Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MENANTI KELAHIRAN SANG BAYI



MENANTI KELAHIRAN SANG BAYI

2Tanpa terasa, waktu berjalan begitu cepat. Semenjak Axel memutuskan untuk melupakan masa lalunya dan menerima Lina sebagai istri, hidupnya jadi merasa lebih bahagia dan sempurna.     

Kala itu Axel tengah menemani istrinya yang hamil besar jalan-jalan di taman rumahnya yang besar dan luas.     

Sejak pagi tadi, Dina mengatakan kalau perutnya sudah mulai kontraksi. Hanya saja kontraksinya masih jarang berjarak setengah jam dan beberapa detik sakit lalu hilang. Artinya waktu lahiran masih lama. Jadi dia jalan-jalan agar mempercepat bayi mereka lahir.     

"Apakah ini sangat menyakitkan?" tanya Axel, sambil memegangi perut besar Lina dengan khawatir.     

"Iya. Ini memang sakit. Tapi, aku masih bisa menahan nya," jawaban kita itu sambil terus berjalan tanpa mengenakan alas kaki.     

"Lagu sampai kapan kau akan menahan nya? Apakah kau terus akan menahan nya sampai nanti malam?"     

Mendengar pernyataan itu dari suaminya Lina tertawa. Dia memaklumi. Sebab selama ini aku juga belum pernah mengetahui seperti apa wanita hamil dan proses persalinannya.     

"Bukan begitu Axel. Kata almarhum mamaku dulu, bayi akan lahir setelah aku merasakan sakit yang hebat dan luar biasa, hingga tidak bisa menahan nya. Karena ini aku masih bisa menahan artinya dia lahir nya masih lama," jawab Lina panjang lebar. Agar tidak terjadi salah paham lagi.     

Aksan dapat berpikir keras. Iya berjalan di sebelah Lina sambil memandang itu. "Lalu berapa lama lagi dia akan lahir?"     

"Aku tidak tahu kalau tidak malam ini, mungkin, ya besok pagi," jawab Lina.     

"Oh, aku kira kamu bisa memprediksikan kira-kira kapan."     

"Tentu saja tidak. Kenapa? Apakah kau sudah tidak sabar ingin melihat seperti apa putramu lahir nanti?" tanya Lina sambil mencubit pipi Axel.     

"Tentu saja aku sudah tidak sabar ingin melihat seperti apa putraku. Apakah dia tampan seperti ayahnya, atau melebihi."     

"Kau ini! Adu, sakit," ucap Lina sambil meringis saat tiba-tiba perutnya kembali kontraksi.     

"Apakah, perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Axel merasa panik.     

"Aku masih belum kenapa-napa. Jadi, jangan buru-buru. Aku tidak mau terlalu lama di rumah sakit. Pengennya, tiba di sana, langsung lahiran," jawab Lina.     

"Baiklah, kalau begitu aku nurut saja. Sekarang tugas ku hanyalah menjadi suami yang siap siaga," tukas Axel.     

***     

Chaliya langsung mematikan laptopnya. Dia tersenyum seorang diri sambil menatap Dicky. Meskipun senyumannya nampak menunjukkan sedikit rasa sakit.     

"Apakah kamu memiliki rencana lain?" tanya Dicky sambil menatap ke dalam mata Chaliya.     

"Rencana apalagi? Rencana yang aku katakan padamu kemarin itu tidak untuk dilakukan sekarang. Tapi, nanti     

"Barangkali kau menginginkan mereka kehilangan anaknya. Aku bisa dengan mudah membantunya," ucap Dicky, memberi usul.     

Chaliya menunjukkan senyuman liciknya kemudian berkata. "Ah, idemu lumayan juga. Mari, sekarang juga kita pergi ke pengadilan agama. Kau bersiaplah, bawa foto copy KTP KK dan ketatanegaraan dari daerah setempat," ucap Chaliya penuh semangat.     

Dicky menatap Chaliya sampai melotot. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang wanita itu katakan. Untung saja, Dia tidak sedang minum ataupun makan. Atau jika tidak, Dia pasti sudah tersedak sampai hampir mati.     

"Aku menawari mu sebuah rencana untuk membunuh bayi itu. Mungkin. Itupun jika kamu setuju jika tidak ya terserah. Tapi kenapa kamu malah mengajakku ke pengadilan agama?" tanya pria itu sambil menggigit kerah kaus yang dikenakannya.     

"Tentu saja kita melangsungkan pernikahan. Emang kita mau apa ke pengadilan agama? Untuk bercerai kita juga belum menikah," jawab wanita itu dengan santai.     

"Apa yang kau rencanakan sebenarnya? Apakah kau masih berpikir, Axel akan kebakaran jenggot mendengar pernikahan kita?" tanya Dicky ragu. Sebab pertanyaan yang ia lontarkan saat ini, seolah mengarah ke mengolok chalya ke-gr-an. Merasa kalau Axel masih belum bisa move on pada dirinya sepenuhnya.     

"Aku tidak peduli dia mau kebakaran jenggot atau tidak. Untuk mengalihkan agar mereka curiga kita yang mengambil anaknya, Ya kita harus menjalankan pernikahan. Ambil anak itu hidup-hidup bawa ke hadapanku," ucap thalia dengan serius.     

Dicky, adalah seorang mafia kelas atas. Pandai memonopoli hal-hal kotor menjadi rapi, hingga sampai saat ini namanya tetap baik sebagai Dicky sang pengusaha muda yang tampan.     

Padahal di balik usaha industri nya yang kini tengah berkembang sangat pesat, ada usaha ilegal dan haram memperjualbelikan organ tubuh manusia.     

"Apa rencanamu sebenarnya coba katakan! Kenapa setiap hari kamu membikin rencana aku selalu saja tidak pernah bisa menebaknya?" tanya pria itu frustasi sambil mengacak rambutnya sendiri.     

Chaliya tersenyum bangga. Kemudian, ia berkata, lirih di dekat telinganya. Anggap saja dia tengah berbisik. "Jadi rencana aku seperti ini, biarkan mereka bahagia dulu menunggu kelahiran buah hati Axel dan Lina. Siapkan dua kelompok orang untuk melakukan pekerjaan yang aku perintahkan. Kelompok pertama, mengawasi mereka menunggu hingga perayaan tiba. Saat perayaan dan pengenalan anggota keluarga Wijaya yang baru saja lahir, minta salah satu anak buahmu untuk memviralkan video pribadi adegan ranjang yang Axel lakukan bersama Lina di kamarnya itu."     

Dicky melongo. Memang, ini cukup membuat mereka malu dan Axel sekaligus istrinya akan kehilangan muka. Apa lagi selain di internet, rekaman itu juga akan dibeberkan pada layar yang nantinya akan digunakan untuk menunjukkan foto si bayi dan momen yang akan dipamerkan.     

"Aku tidak menyangka kalau kau ternyata selicik ini, Cha. Selama ini aku hanya mengira kalau aku adalah seorang psikopat biasa," ucap Dicky, lebih dari sekedar kagum.     

"Lalu kau pikir psikopat itu sekedar membunuh dan memutilasi saja? Jika yang ada dalam benakmu hanya seperti itu, Kamu salah besar. Karena kau aku juga adalah seorang psikopat!" ujar Chaliya sambil meletakkan telunjuknya pada dada bidang Dicky.     

"Walaupun aku pernah membunuh, tapi hanya dengan pistol dan 1 kali tembak saja tidak seperti kamu, Sayang," keluh Dicky. Tak terima dirinya di kata psikopat oleh wanita yang dicintai.     

"Psikopat itu tidak hanya sekedar membunuh dengan sadis. Tapi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu pun juga bisa disebut psikopat, Sayang."     

"Apakah aku juga termasuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanku?" tanya Dicky nyaris tak percaya dengan dirinya.     

"Menjual organ tubuh manusia untuk menambah kekayaan mu. Padahal dari semua bisnismu semua juga telah berjalan lancar. Kamu bukanlah orang yang kekurangan. Tanpa melakukan hal haram itu pun kau juga bisa mencapai popularitas kekayaan sampai di level tertinggi."     

"Oh seperti itu juga termasuk kategori dalam psikopat ya?" ucap Dicky sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Intinya psikopat itu ada kadarnya rendah atau ringan kalau aku sudah psychopath aku dan berat. Karena kejahatanku sudah parah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.