Cinta seorang gadis psycopath(21+)

CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA



CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA

0Christie dan Dwita benar-benar memperhatikan Chaliya. Mereka, sejak awal sangat menyukai Chaliya. Dia tidak hanya cantik. Tapi, juga sangat baik dan memperlakukan mereka yang bekerja padanya seperti layaknya teman.     

"Kau juga sangat baik. Makanya, mendapatkan tuan. Kalian memang seras dan tak terpisahkan. Semoga selamanya kalian tetap berjodoh. Jangan ada pelakor di antara kalian," ucap Christie.     

"Ya, cukup maut saja yang memisahkan kalian, semoga abadi hingga kakek nenek, ya?" tugas Dwita.     

"Terimakasih. Oh, iya, katanya, kalian itu anak didik Dicky di bidang bela diri yang dia dirikan, ya? Sudah berapa lama kalian belajar di sana?" tanya Chaliya mengalihkan topik pembicaraan.     

"Ya, benar. Aku sejak kecil juga sudah diasuh sama Tuan. Kala itu aku masih berusia sembilan tahun. Kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan. Tuan mengajakku pulang, dan mendukung apa saja yang ingin aku lakukan. Dari semua seni olahraga yang dia tunjukkan padaku, aku lebih tertarik dengan bela diri. Jadi, dia memasukkan aku di sana.     

Kami sangat dekat, dia memperlakukanku layaknya seperti seorang adik. Lalu, sembilan bulan lalu, aku mendengar bahwa tuan butuh seorang bodyguard untuk menjaga istrinya, aku benar-benar berharap untuk dipilih. Tak kusangka, nyonya sendiri yang memilih aku dan Dwita. Kami benar-benar sangat bersyikur kala itu, Nyonya."     

Chaliya tersenyum mendnegar jawaban panjang lebar dari Christie. Kini, dia mengalihkan pandangannya pada Dwita yang lebih banyak diam tak seperti Christie.     

"Lalu, kau sejak kapan ikut dengan Dicky, Dwi? Apakah juga sejak dini seperti Christie?"     

"Tidak, saya ikut tuan saat berusia enambelas tahun. Anak buahnya yang meneolong saya dari kejaran kakak tiri saya yang hendak melecehkan saya. Dia sangat baik dan membawaku pada tuan Dicky. Karena di dalam hatiku menyimpan banyak kebncian, aku memilih mengikuti pelatihan bela diri agar bisa membalas dendam. Namu, seiring berjalannya waktu, aku merasakan hangatnya kebersamaan cinta tinggal di sini. Sehingga, pikiran balas dendam yang hanya menggerogoti hatiku itu percuma. Aku memilih untuk berdamai dengan masalaluku. Apalagi, aku memiliki sahabat seperti Christie dia sangat baik sekali."     

Chaliya tersenyum getir mendengar cerita Dwita. Masa lalu mereka sama-sama kelam. Tapi, mereka bisa bersabar hingga menemukan sosok yng tepat, bisa menjaga mereka dan tidak hanya memanfaatkan tenaga mereka saja.     

Bahkan, dari Andra dan Dicky si pemiliki cinta yang sangat luar biasa membuat dirinya juga menjadi tenang. Tak ingin lagi menyakiti seseorang. Meskipun dengan cara yang berbeda. Dicky memang cenderung membiarkan, dan berusaha menunjukkan dampak dan hikmah setelah dia mengikuti nafsunya, atau menahannya. Namu, jika Andra dulu, dia berani melarang, dan langsung menasehatinya, Dan anehnya Chaliya juga nampak nurut saja.     

Hingga akhirnya takdir memutuskan mereka harus berpisah untuk selama-lamanya.     

"Memang, kita memiliki masa lalu yang berbeda-beda. Dicky, bagiku juga adalah sebuah anugrah."     

"Ya, kami tahu itu. Oh, iya Nyonya. Anda tadi belum makan siang. Apakah perlu saya mengambilkan sesuatu di dapur?" tanya Dwita.     

"Aku bingung mau makan apa. Rasanya tidak berselera," jawab Chaliya.     

"Jangan gitu, Nyah. Nanti anda sakit dan pingsan, bisa-bisa kami dimarahi sama Tuan. Ya, kalau cuma dihukum gak masalah. Kami takut, oleh beliau kembali dilempar ke jalanan," timpal Christie.     

Chaliya pun tertawa. Mereka berdua, memang paling bisa membuat dirinya lupa dengan masalah dan beban mentalnya selama ini. Dia tidak menyangka, bagaimana Dicky memiliki banyak orang untuk bisnis gelapnya di bawah tanah sebanyak itu. Bukan jumblah yang membuat wanita itu menjadi heran. Tapi, bagaimana bisa, dari ribuan orang semua bisa kompak sama-sama baik dan seperti keluarga saja.     

"Begini saja, kalian ikut aku ke dapur. Kita akan masak di sana dan makan bersama," ucap Chaliya menyingkirkan bantal dari pangkuannya dan beranjak.     

"Baiklah!" jawab mereka berdua setuju. Tak peduli perut sudah kenyang, dan baru saja makan. Untuk memakan masakan Chaliya, sama sekali mereka tidak keberatan.     

"Tapi, ngomong-ngomong beruntung banget, ya Tuan Dicky memiliki nyonya Chaliya. Selain cantik, baik, juga pintar masak."     

Chaliya hanya diam. dalam hati dia berkata, 'Kata siapa aku baik? Apapun yang menarik pada diriku, dia tidak beruntung dengan ini, dibandingkan pengorbanan dia yang bisa menerimaku yang sbeenarnya adalah seorang psycopath.'     

Mereka berdua terus bercengkrama, ngobrol dan makan sampai perutnya kenyang. Sehingga, di ja, makan siang mereka pun sudah tidak merasa lapar lagi. Sebab, Chaliya masak untuk makan siangnya sudah mendekati jam makan malam. Pukul 17.34 waktu setempat.     

Karena sudah tidak tahan dengan rasa kantuknya, baru pukul setengah delapan malam Chaliya sudah mengantuk berat dan akhirnya memutuskan untuk tidur. Sementara, dua gadis itu menunggu Chaliya di dalam kamar duduk di sofa yang disediakan sambil ngobrol dan memainkan gadgetnya.     

Meskipun Chaliya tidak sedang tidur, sebenarnya tidak masalah jika mereka bermain hp. Karena, dia hanya bertugas menjadi temannya saja. hanya sekedar emmastikan supanya Chaliya tidak sendiri saja. Bukan bayi yang dijaga. Mereka juga tidak membereskan rumah, mencuci atau emmasak. Dicky sudah memperkerjakan seorang pembantu. Mengambil salah satu dari mensionya.     

Karena dia tidak mau ambil resiko jika mengambil orang baru di yayasan. Seperti apa kinerjanya, jika sudah pernah bekerja bersamanya, dia juga tahu.     

"Kira-kira tuan Dicky nanti akan pulang pukul berapa, ya?" tanya Christie membuka percakapan.     

"Aku tidak tahu. Tapi, sperti yang kita tahu selama ini. Jika nyonya sudah mengalami hal seperti siang tadi, sepertinya juga tidak akan lama lagi dia akan kembali. Kenapa?"     

"Aku ngantuk, sekali. kekenyangan kebanyakan makan," jawab Christie sambil tertawa.     

"Ya sudah kau tidur saja. Kebetulan, aku masih belum mengantuk," ucap Dwie.     

"Ah, tidak. Aku sungkan sama kamu, dan pada tuan nanti jika dia sudah kembali. Mengizinkan kita menjaga istrinya, artinya dia percaya sama kita."     

"Bagus kalau begitu. Tahan saja dulu dengan minum kopi. Aku berharap, semoga tuan segera kembali, supaya kita bisa segera ke kamar untuk tidur," timpal Dwita yang sebenarnya juga sama-sama sudah mengantuk.     

Dalam tidurnya Alea bermimpi. Ia, tetap menggunakan identitas tubuh Chaliya. Dia datang di sebuah tempat yang asing, sama sekali dia belum pernah datang ke tempat ini.     

Dia bingung, dan bertanya-tanya dalam hati. Untuk apa dia datang ke tempat ini, dan kenapa? Ada urusan apa sebenarnya? Tempat ini saja terasa begitu asing. Hanya suara ranting-ranting yang terinjak saja, sebagai pemecah kesunyian yang terasa familiar di telinganya. dia tidak mengerti sama sekali ingin pergi namun tidak tahu kemana jalan keluarnya.     

"Oh rupanya kau sudah datang aleha. Lama sekali aku menunggumu." ucap seorang wanita cantik dengan lekuk tubuh indah duduk dengan kedua kaki menyilang bagaikan ratu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.