Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KEMBALI DITEROR



KEMBALI DITEROR

3"Mamamu sama sekali tidak menjelakkan kamu, Xel! Justru, katanya kamu itu sangat kuat dan tidak mudah sakit, dan juga cengeng," tukas Lina.     

"Oh, benarkah begitu? Rupanya aku tidak menyadari kalau mama sudah banyak berubah tidak lagi suka menjelekkanku di depan menantu," jawab Axel. Lalu, kemudian mereka semua pun tertawa bersama.     

***     

Sejak kemunculan arwah Chaliya yang asli, Alea selalu dijaga ketak oleh dua orang bodyguard ke mana pun dia pergi. Apalagi, sekarang Dicky juga sibuk dan jarang sekali ada waktu di rumah untuk menemani istrinya.     

"Dwi, kau makanlah dulu. Ini sudah saatnya jam makan siang," ucap Chaliya pada seorang wanita yang selalu mengawal dirinya.     

"tapi, Nyonya. Christie masih belum kembali," ucap wanita itu. Memang dia tidak tahu pasti, apa penyebab nyonya yang dia jaga ini sangat penakut. Tapi, karena sudah dipekerjakan untuk selalu menemanai dan melindunginya, maka dia tidak akan semudah itu meninggalkan nyonyanya.     

Apalagi kamarnya berada di depan, dan dapur di belakang. meskipun jaraknya bisa dikata dekat, karena rumah yang ditenpati adalah rumah minimalis, tetap saja. Lawanya adalah mahluk tak kasat maya dan dia bisa muncul kapan saja di mana saja.     

"Tidak masalah. Ini kan siang hari. kamu pergi saja makan, nanti, kalau Christie sudah kembali, minta dia supaya segera masuk ke dalam kamar," ucap Chaliya sabar.     

"Baik, Nyonya." Wanita muda dengan rambut panjang lurus diikat ekor kuda itu pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Kini, di dalam kamar itu hanya ada Chaliya seorang diri bertemankan buku bacaan yang dia dapatkan di toko buku terbesar di kotanya.     

Awalnya memang tidak apa-apa. Chaliya juga merasa rilex dan merasa tidak ada masalah. Hingga, lima menit berlalu, wanita itu mendapatkan panggilan alam yang mengharuskan dia ke kamar mandi.     

Chaliya meletakkan buku bacaan di tangannya di atas kasur kemudian segera bergegas menuju toilet. Di dalam sana, sampai dia selesai buang air kecil tidak ada masalah. Namun, ketika ia membuka pintu kamar mandi, Tiba-tiba rambut panjangnya ada yang menariknya dari belakang hingga ia membentur tembok.     

Belum sempat dia berteiak untuk memanggil Dwita, lehernya sudah seperti ada yang mencekiknya keras. ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tangngannya memegangi lehernya. terasa kosong. dia tidak merasakan adanya sepasang tangan yang mencekik, tapi cekikan pada lehernya terasa benar-benar sangat kuat sekali. Ia sampai kehabisan napas, lemas dan akhirnya tak sadarkan diri.     

Entah, sudah berapa lama dia pingsan. Begitu dia sadar, dia sudah berada di atas ranjang. di mana di sebelahnya Dicky suaminya duduk menemani dirinya. Sementara di dekat pintu, ada Christie dan jug dwita. memandang ke arahnya juga dengan wajah penuh rasa bersalah.     

"Kamu sudah pulang, Dick?" sapa Chaliya, lirih. Ia masih merasa lemah karena cukup lama tidak bisa bernapas, kehernya juga masih terasa sangat sakit sekali.     

"Kau sudah sadar, Sayang? Bagaimana keadaanmu sekarang? Apanya yang sakit?" tanya Dicky.     

Chaliya masih bingung. dia sedikit bingung dengan kejadian sebelumnya. ia ada sebagian yang ingat, tapi tidak sedikit juga yang dia lupakan.     

"Aku bangun tidur, kan?" tanya Chaliya seperti orang ling lung.     

"Kamu pingsan di kamar mandi. Ada apa? Apa benar, ketika Chris belum kembali ke kamar kau meminta Dwita untuk makan siang, tadi?" tanya Dicky.     

Chaliya diam. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum ia tersadar. Benar, apa yang ditanyakan oleh Dicky. Ketika dia sudah sendirian di dalam kamar, ia bermaksut untuk buang air kecil. Saat keluar dari toilet, seperti ada orang yang menarik rambutnya hingga membentur dinding, dan mencekiknya hingga tak sadarkan diri.     

"Iya, benar. Tadi, itu siapa, ya? Apa jangan-jangan... " Chaliya mulai gelisah dan panik. ia bingung, kepalanya menunduk seperti mencari sesuatu. Sementara Chris dan Dwi juga bingung. harus berbuat apa jika orang yang harus dia jaga tiba-tiba seperti itu.     

Lain halnya dengan Dicky. Dia langsung mendekat Chaliya dalam dekapannya yang hangat. "Ada aku di sini. Kamu jangan takut, oke?" bisiknya lirih.     

"Astaga... mataku ternoda," ucap Chris sambil menutup wajah dengan kedua tangan yang jemarinya terbuka semua, sambil memalingkan wajahnya ke belakang.     

"Kita harus kuat. Mau bagaimana pun, mereka juga pasangan suami istri yang sudah menikah," timpal Dwi. Yang juga sejak tadi nampak curi pandang ke arah Dicky yang memeluk Chaliya.     

Baru saja Chris memalingkan kembali wajahnya melihat ke arah dua majikannya, kembali dua wanita jomblo ngenes itu dihadapkan oleh adekan yang jauh lebih bikin mereka meleleh dan tak kuat lagi. Dicky memegang kedua pipi Chaliya dan berkata, "Lain kali harus patu sama aku, oke? Jangan pernah sendirian, supaya aku juga tenang jika bekerja jauh darimu." Di lanjut dengan mengecup kening Chaliya.     

"Ehem! Ada kami di sini, Tuan," teriak Chris yang sudah tidak tahan lagi.     

Seketika, Dicky pn menoleh, Chaliya juga melihat ke arah wanita itu. Kemudian sama-sama tertawa.     

"Kasian mereka. Jika memang kamu masih akan pergi, pergi saja dulu tidak apa-apa," ucap Chaliya smabil membalas tatapan Dicky.     

"Yakin kamu tidak apa-apa?"     

Chaliya mengangguk pelan sambil tersenyum. "Percayakan saja aku pada mereka. Aku juga berusaha menjaga diriku dengan baik."     

"Ya sudah, aku berangkat dulu, ya Sayang. Mcuah!" Seolah kian menggoda dua jomblo wati yang ada di kamarnya, Kali ini Dicky malah mencium bibir istrinya di depan mereka dengan suara yang sengaja dibuat kencang.     

"Tuan, kau segeralah pergi! Nyonya sudah menyuruhmu," teriak Chris lagi.     

menimpali hal itu, Dicky hanya tertawa saja sambil melempar godaan, "Makanya, kau jadi cewek jangan tomboy-tomboy. Terlalu menyembunyikan sisi lemah dan rapuhmu membuat pria ragu mendekatmu," ucapnya kemudian dia benar-benar pergi. Dari depan pintu, dia juga berpesan pada dua bodyguard wanita tersebut untuk menjaga Chaliya dengan baik.     

"Aku pergi dulu. Kalian di rumah baik-baik, ya? Jaga nyonya dengan benar."     

"Siap Tuan. Anda jangan kawatir. Kami akan menjaganya dengan sebaik mungkin," timpal mereka berdua.     

Setelah Dicky sdah pergi dan lenyap dari pandangan mereka berdua, mereka berdua pun segera berhambur mendekati Chaliya.     

Sudah sembilan bulan mereka dipekerjakan untuk menjaga Chaliya. Jadi, mereka sudah sangat dekat dan akrab sekali, dan tak ada rasa sungkan untuk menggoda nyonyanya. Tapi, hanya Chris. Lain halnya dengan Dwi. dia sedikit merasa sungkan dan canggung.     

"Nyonya, bagaimana bisa punya suami sebaik itu?" tanya Christie.     

___________________     

"Aku sendiri tidak tahu. Mungkin hokiku saja yang memang bagus. Makanya, aku memiliki suami yang sangat baik dan sayang sama aku. Hanya saja, semua itu tidak lah terlepas dari doa. Kita berdoa saja, meminta pada yang kuasa yang terbaik. Nanti, bagaimana hasilnya, biar beliau yang menentukan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.