Cinta seorang gadis psycopath(21+)

DOKTER TAMPAN



DOKTER TAMPAN

2"Ya ampun... ternyata di dunia ini masih ada orang baik. dan saya sangat beruntung dan bersyukur sekali telah dipertemukan dengan orang baik seperti anda. sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak nyonya-nyonya. Apakah anda benar-benar ikhlas memberikan kembalian ini? jumlahnya, lebih besar dari ongkos, lo Nyonya?" laki-laki driver online tersebut bertanya. Iya lebih meyakinkan dirinya sekecil atau sebesar apapun benda yang dia terima dari orang lain yang bukan menjadi haknya apabila si pemberi tidak ikhlas, mungkin dia takut rezeki itu tidak akan memberi berkah kepada keluarganya.     

"Astaga bapak ini orangnya sangat teliti sekali ya? Iya Pak tapi apapun saya ikhlas. Lagi pula saya juga ada kok sebenarnya uang pas tapi karena saya ingin memberikan tips sekaligus sedekah jadi saya mengambil satu lembar uang yang melebihi biaya ongkos Saya dari rumah sakit ke sini," ucap Lina     

Berusaha meyakinkan sang bapak.     

"Baik, Nyonya. Terima kasih banyak Semoga apa yang Anda berikan kepada saya hari ini di balas oleh Tuhan berlipat-lipat lebih banyak di masa depan," ucap sang sopir kemudian berlalu.     

Lina masih berdiri di tempatnya memandang taksi tersebut yang berlalu menjauh hingga lenyap dari pandangan. Diam-diam dia tersenyum seorang diri, merasa kagum saja dengan sosok luar biasa yang baru saja dia temui.     

Siapa pun orangnya jika mendapatkan tips pasti akan senang dan langsung menerimanya akan tidak jarang di zaman sekarang yang sudah mendapatkan sesuatu lupa mengucapkan terima kasih langsung pergi begitu saja. Namun tidak dengan orang yang baru saja dia temui. Usianya memang sudah tidak lagi muda. Namun tidak juga tua. Sebagai sopir taksi online, pendapatan juga tidak menentu banyak tidaknya tergantung dari penumpang yang dia dapatkan. Apalagi daerah Bandung seperti ini sangat jarang sekali orang bepergian. Pasti mereka juga terkena dampak. Namun saat mereka menerima sedikit uang saja, masih mempertanyakan ikhlas atau tidaknya si pemilik memberikan kepadanya sungguh orang yang patut ditiru.     

"Selamat datang, Nyonya muda Lina," sapa seorang asisten rumah tangga dengan pakaian khas pelayan yang rapi. Dia juga menggunakan sepatu hitam dengan kaus kaki warna putih.     

"Selamat malam juga. Di mana kakek dan Rajatha?" tanya wanita itu. Karena dia mendapati suasana rumah sudah begitu sepi.     

"Tuan besar dan tuan kecil berada di kamar lantai atas, Nyonya. Saya tidak tahu mereka Sudah tidur atau belum. Hanya saja tadi saat saya melintas seperti masih mendengar suara Tuhan kecil dan tuan besar sedang bercanda," jawab asisten rumah tangga itu.     

"Baiklah, aku akan coba naik ke atas untuk melihatnya.     

Karena suasana di sekitar kamar sangat sepi, wanita itu melangkah perlahan. Berusaha sebisa mungkin supaya tidak mengeluarkan suara langkah kaki yang berisik. Untuk berjaga-jaga apabila putra dan kakeknya Sudah tidur, maka dia tidak mengganggunya.     

Semakin ia mendekat dengan pintu kamar, semakin dia melanjutkan langkahnya, dan berfikir untuk yg mengintip dari lubang kunci, tapi ternyata pintu tidak ditutup dengan sempurna masih sedikit terbuka.     

"Kebetulan sekali pintu tidak ditutup," gumam Lina, seorang diri, dengan suara yang sangat pelan sekali. Dengan sangat hati-hati dan perlahan wanita itu mendorong pintu. Saking waspadanya, dia bahkan sampi menahan napas, dan Membaca bukan kedua matanya dengan rapat.     

"Krieeek!"     

Sial, pintu yang biasanya dibuka tidak menimbulkan suara, Kenapa saat membuka pintu di rumah kakek mertuanya bisa bersuara sangat bising begini? Sungguh konyol sekali untuk rumah orang kaya kaya Wijaya. Tidak bisakah dia membenarkan pintu? Oke harap dimaklumi ini bukan bidang sang kakek. Namun setidaknya dia juga bisa kena bayar orang lagi pula berapa sih ongkosnya? Jika dibandingkan dengan satu saja pelayan yang dipekerjakan di sini, pasti tidak sampai 10% nya.     

Karena takut mengganggu penghuni yang ada di dalam, Lina menghentikan membuka pintu, ingin melihat keadaan di depannya tapi takut. Jadi, dia memilih untuk membuka sebelah matanya saja dan melihat.     

Nampak olehnya, sang kakek yang tengah tidur di atas ranjang dengan Rajatha yang mungil. Sementara, Susi, dia tidur di single sofa yang terletak di bawah spring bad sang kakek. Jika melihat dari puasanya, sepertinya Susi ketiduran lebih dulu sebelum sang kakek.     

Lina diam-diam tertawa. Ini sangat lucu. Namun, dalam hati, dia juga memberi cuapan selamat pada baby sister yang ia pekerjakan. Karena, dia memiliki majikan yang sangat baik. Namun meskipun dia berfikir seperti itu, dia tidak berpikir bahwa dia adalah majikan yang baik. Meskipun dia memperlakukan baby sisternya dengan baik, Ia kan status hanya menantu datang ke rumah ini tidak membawa apa-apa. Terlebih sebenarnya dia juga pernah bekerja ikut orang, meskipun beda bidang. Apapun profesinya selama bukan usaha milik sendiri sama saja namanya babu yang tugasnya menerima perintah dari orang yang menggajinya.     

Ia bersyukur karena memiliki majikan yang baik. Siapa lagi majikan kalau bukan pria yang kini menjadi suaminya, sekaligus ayah dari putrnya.     

***     

Sekitar pukul tujuh pagi, dokter yang bertanggungjawab datang ke kamar rawat didampingi seorang suster yang membawa buku portofolio dan bolpoin yang berguna untuk mencatat perkembangan pasien dan obat apa saja yang akan diberikan saat pasien nanti keluar dari rumah sakit.     

"Selamat pagi, saatnya chek up atau pemeriksaan," ucap dokter pria itu yang masih terlihat muda, tampan dan ramah.     

"Selamat pagi dokter," Elisabeth seketika dia meletakkan ponselnya dan berdiri, menyambut kedatangan sang dokter.     

"Saya periksa dulu ya Pak Axel seperti apa keadaannya," ucap dokter muda itu lagi, sambil memasang stetoskopnya dengan benar dan meletakkan pada dada Axel dan bagian hati. Kemudian ia nampak berbicara dengan suster yang berada di sampingnya, dan suster itu menulis sesuatu di atas lembaran portofolio yang dia bawa.     

Sekitar tiga menitan, daftar itu menyimpulkan bahwa luka yang Axel alami dari kecelakaan kemarin memang tidak begitu serius. Dia hanya mengalami sedikit trauma saja. Jika memang perkembangannya terus membaik, mungkin nanti sore sudah bisa pulang," ucap dokter itu pada pasien dan keluarga yang menemaninya.     

"Terimakasih banyak, Dok," ucap Elizbath menatap kagum pada dokter yang ada di depannya.     

"Sama-sama, ibu. Tolong, perhatikan kondisi putranya. Kontrol terus supaya tidak semakin parah. Harus banyak istirahat dan konsumsi air putih," lanjut doketer itu.     

"Ya dok terima kasih banyak saya akan menjaga putra saya dengan sangat baik."     

Dokter itu tersenyum, kemudian berkata, "Terimakasih atas waktunya." Lalu, pergi keluar meninggalkan kamar VIP itu dengan suster, dan menuju ke rumah kamar rawat yang lain.     

"Mama, kenapa matanya jelalatan gitu sih lihat cowok ganteng? Ingat mah usia muda nggak muda, lagi. Mama sudah tua dan jadi nenek-nenek. Sedangkan dokter tersebut masih sangat mudah, bahkan, sepertinya lebih muda dariku," ucap Axel sambil mencubit lengan Elizbath.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.