Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KAMERA KECIL DI KEMEJA



KAMERA KECIL DI KEMEJA

1"Cinta? Omong kosong! Aku tidak percaya kau mencintai dia hanya karena dia cantik cerdas dan memiliki popularitas tinggi. Kau tidak mencintainya hanya kagum, selain dia cantik dia juga memiliki body yang seperti boneka yang jadi idaman semua para kaum adam. Kau menikahinya hanya ingin membuat semua lelaki patah hati saja kan tidak benar-benar mencintainya Kau hanya mencintai aku menyayangi aku tapi kau tidak mengakui karena aku tidak memiliki kecantikan yang seperti wanita itu miliki!"     

"Jika kamu berpikir seperti itu maka kau salah. Aku tidak mencintaimu memang selama ini aku tidak pernah membawa wanita di rumahku karena wanita yang aku nikmati di luar sana hanyalah sebagai pelampiasan. Aku sudah pernah berjanji pada almarhum papa aku hanya akan membawa 1 wanita yang akan aku jadikan sebagai istri. Yaitu Chaliya."     

"Terserah kamu mencintai dia atau tidak. Tapi aku berani bertaruh... Dia sudah muak dengan kamu dan tidak akan percaya denganmu lagi atas apa yang sudah dia lihat. Kau menjelaskan apa? Mau berkata bahwa yang dia lihat tidak seperti yang dia pikirkan padahal dia melihat kau telah menghiasi kemaluanmu pada dinding kewanitaanku dan berusaha untuk memasukkannya," jawab Dwi dengan penuh kemenangan.     

"Mungkin di luar sana Aku adalah seorang buaya yang menikmati banyak betina diluaran sana. Tapi itu aku lakukan ketika aku masih belum. Setelah aku menikah aku berjanji tidak hanya pada wanita yang kunikahi tapi juga pada diriku Tuhanku dan almarhum papa aku aku hanya akan setia dan mencintai satu wanita yaitu istriku saja. Aku yakin meskipun aku tidak memiliki bukti yang cukup kuat kau telah menjebakku dan memasukkan sesuatu didalam kopi itu," ucap Dicky berulang-ulang karena, Dwi tak juga mengakui perbuatannya tersebut.     

"Anda cerdas sekali. Meskipun tidak memiliki bukti apa-apa... Anda bisa tahu apa yang telah saya lakukan dan saya masukkan di dalam kopi anda itu. Ya ada kopi itu saya memang memasukan sesuatu selain kopi... Gula dan air. Apa air kopi tidak akan bisa di sesap, dan tanpa gula, Anda tidak akan bisa menikmati itu."     

Rupanya Dwi sangat keras kepala. Meskipun sudah dicecar dengan pertanyaan yang sama beberapa kali dia tetap saja tidak mengakui perbuatan busuk yang dilakukan.     

"Baiklah jika kau tidak mau mengakui... Di mana Christie sekarang?" tanya Dwi, merasa kesal. Dia sudah menyiapkan kamera tersembunyi pada ada baju yang dia kenakan untuk menjadikan bukti pada Chaliya, apabila Dwi mau mengatakan apa yang dia lakukan sebagai bukti, supaya rumah tangganya bisa diperbaiki. Karena, demi apapun dia tidak mau kehilangan istrinya yang sangat dia cintai.     

"Anda mencari Christie? Begitu ingin tahu kah?" tanya Dwi, sambil tersenyum misterius dan menjatuhkan cangklongan ransel itu di atas kursi kemudian dia membuka resleting tas itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. "Dia, kah yang kau cari?" ucap sambil mengangkat rambut, dari dalam tas tersebut, yang ternyata itu adalah potongan kepala Christie yang penuh darah.     

"Astaga, Dwi! Kau membunuhnya?" tanya Dicky dengan mata terbelalak. Dulunya dia memang seorang mafia yang terkenal sangat kejam. Namun, sekalipun dia tidak pernah menyiksa wanita apalagi membunuhnya dan memisahkan kepala dengan tubuh. Dia tidak setega itu. Lalu, bagaimana dengan dwi, sebagai sesama wanita tega melakukan hal tersebut kepada sahabatnya sendiri?     

"Kenapa Anda terkejut seperti itu, Tuan? Bukankah ini ajaran dari Anda seseorang yang bisa dipercaya adalah orang yang sudah mati. Dia memang sahabat saya... dulu. Namun, tidak dengan sekarang. Bersahabat dengan dia sebaik apapun keselamatan saya terancam. Sebab Dia mengetahui rahasia besar saya. Meskipun dia sudah berjanji ketika tertangkap basah untuk tidak memberikan bukti ini kepada Anda apalagi menyebarluaskan terkait hal yang baru saja saya lakukan, itu tidak akan menjamin, bahwa apa yang dia katakan itu akan benar-benar dia lakukan. Makanya tanpa babibu aku langsung melepas kepalanya hingga terpisah dari tubuhnya. Karena hanya dengan cara ini dia akan bisa menepati janjinya.     

Tidak mau memperpanjang urusan dengan gadis psikopat ini, Dicky langsung berlari sekencang mungkin menuju mobilnya.     

Sementara Dwi yang merasa tempat ini aman dan sepi tidak ada yang melihatnya Dia hanya bisa tertawa terbahak hingga puas. Setelah itu, barulah dia memungut kembali kepala sahabatnya yang dia lempar ke hadapan majikan tadi, lalu memasukkannya ke dalam tas.     

Dicky medal gas mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi seperti orang kalap. Entah dia takut atau terkejut. Yang jelas dia masih berharap ini adalah sebuah mimpi melihat kepala seseorang yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.     

"Christie... Malang sekali masibmu, Sayang! Kau sejak kecil hidup sebatang kara sebagai yatim piatu yang hanya mengandalkan makanan dari sisa orang yang sudah dibuang di tong sampah.     

Kuhampiri kau yang masih berusia 8 tahun ku ajak ke basecamp berharap supaya aku bisa menjalani hidup dengan baik dan bahagia dengan saudara-saudaramu di sana meskipun tanpa orang tua kandung.     

Memang aku sempat melihat senyumanmu dan kau tumbuh dewasa namun Kenapa demi pengabdianmu kepadaku.... Ya Tuaaaan, Chris.... " Keluh Dicky dalam hati. Dia menangis, tak peduli, meskipun dia seorang lelaki. Bagaimanapun dia juga adalah seorang manusia yang memiliki hati nurani pasti juga akan sedih apabila kehilangan orang yang dia cintai untuk selama-lamanya."     

Beberapa kali dikirim mengelus dadanya yang terasa sangat sesak. Dia merasakan sesuatu menonjol pada pakaiannya, Iya teringat kalau ia telah memasang kamera kecil pada pakaian tersebut guna merekam kejadian dengan orang yang berhadapan dengannya.     

"Oh, ini kameraku," gumam pria itu, dengan benda kecil menyerupai kancing kemeja yang akan tepat di bawah kerah bajunya. Dia berani menjamin siapapun lawannya yang tidak mengetahui sendirian, pasti dia akan mengira itu hanyalah kancing baju biasa.     

"Aku tidak perlu menunggu lama lagi dengan bukti rekaman pada kamera kecil ini aku bisa menjelaskan semuanya kepada Chaliya. Aku tidak butuh parfum pemikat itu dan juga hasil laboratorium tersebut aku tidak butuh lagi ini sudah lebih dari segalanya untuk mengembalikan hubunganku dengan Chaliya," pikir Dicky.     

****     

"Ach... Aduh... " keluh Chaliya tiba-tiba meluruskan posisi duduknya di samping kemudi yang semula bersandar sambil memejamkan mata.     

"Kau kenpa, Cha?" tanya Mawar panik.     

"Aku tidak tahu, Mawar. Perutku tiba-tiba sakit banget... Aaaaah!" Pekik Chaliya kesakitan.     

"Ya sudah, kita ke rumah sakit saja. Jangan sampai kandungan kamu kenapa-napa," ucap Mawar. Padahal, duaratus metet lagi, mereka sudah tiba di rumah Mawar. Tapi, kalau emmang keadaannya seperti ini, apa boleh buat? Mau tidak mau dia harus membawa temannya ke rumah sakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.