Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MEMANFAATKAN KESEMPATAN



MEMANFAATKAN KESEMPATAN

1Chaliya mulai membereskan barang-barang pribadi yang sering ia pakai, dan memasukkannya ke dalam koper. Ini adalah hari yang sudah ia tentukan di mana dia akan mulai tinggal di rumah Dicky suaminya.     

"Apakah kau yakin bisa sendiri tanpa ditemani oleh siapapun di rumahku, nanti?" tanya Dicky.     

"Iya. Kenapa aku ragu menjauhkan suamiku dari pandangan wanita lain yang menginginkannya?" jawab Chaliya tanpa mengalihkan pandangannya dari barang-barang yang dia bereskan.     

Dicky tersenyum. Dia melangkah beberapa langkah dan memeluk istrinya dari belakang. "Terimakasih, ya?"     

"Kenapa harus mengucapkan itu? Sudah seharusnya, kan aku menjaga apa yang sudah menjadi milikku?"     

"Iya aku tahu itu. Tapi ya terima kasih aja aku ingin ngucapin itu hingga banyak kali,"ucap Dicky tanpa melepaskan pelukannya pada Chaliya.     

Chaliya hanya diam dan tersenyum seorang diri. Sementara kedua tangannya masih sibuk dengan barang-barang yang akan dia kemasi.     

"Oh, iya!" Chaliya melonggarkan kedua lengan Dicky yang melingkar di pinggangnya, kemudian membalikan tubuhnya, kemudian mereka pun berhadapan. "Aku lupa mengatakan sama kamu. Nanti sekitar pukul 2 sore aku ngajak aku buat yoga. Boleh, tidak?"     

Dicky tidak langsung menjawab. Nampaknya ia tengah memikirkan sesuatu.     

"Kamu nggak usah berpikir yang macam-macam. Yoga untuk ibu hamil biar ibu dan janin sehat," ucap Chaliya sambil tertawa. Dia tahu pasti suaminya berpikir bahwa dia pergi ke tempat tersebut untuk menjaga tubuhnya saja supaya tidak melepaskan melahirkan. Ingin berkata tidak, takut dikira nanti dia tidak memiliki pengertian sebagai seorang suami. Jika berkata iya lebih khawatir kan jelas kesehatan dan keselamatan sama janin.     

"Oh, ke sana, ya? Baiklah. Memang kamu mau pergi sama siapa?" tanya Dicky.     

"Itu, sama Mawar. Dia juga hamil. Bagaimana? Boleh, tidak?"     

"Jadi kamu cuma berangkat berdua saja dengan Mawar?"     

"Iya. Kan, suaminya bekerja ke luar negeri. Kamu di rumah saja nggak perlu aku kasihan kan dia ada suaminya," ucap salia berusaha memberi pengertian kepada Dicky.     

"Oke, baiklah. Kamu jaga diri baik-baik, ya? Cepat hubungi aku apabila ada masalah!"     

"Baik, Ya sudah karena kita berpindahnya masih besok, biarkan ini begini saja aku akan bersiap untuk pergi," ucap Chaliya, sangat bersemangat.     

"Kalian berangkat sendiri-sendiri dari rumah ke lokasi yoga atau.... "     

"Mawar yang akan datang ke sini menghampiriku," jawab Chaliya dengan cepat, memotong kalimat Dicky.     

"Ya sudah, kamu hati-hati, ya?" ucap Dicky, kemudian mengecup kening Chaliya.     

"Tin tin tin!"     

"Itu pasti mobil Mawar. Aku berangkat dulu, ya?"     

"Baiklah! Kamu hati-hati, ya!"     

"Iya!"     

Chaliya berpapasan dengan Dwi yang baru saja kembali dari basecamp. Dia menyapa Chaliya seperti biasa, seolah tidak ada hal busuk yang ia sembunyikan dari majikannya.     

Begitupun Chaliya, dia membalas sapaan tersebut juga seperti biasanya. Dia bersikap seolah-olah tidak tahu hal apa yang telah disembunyikan oleh gadis pendiam yang nampak polos itu.     

"Eh, siapa gadis itu? Kamu tidak memiliki pembantu remaja, kan?" tanya Mawar saat Chaliya sudah duduk di samping kemudi.     

"Bukan, dia bukan asisten rumah tangga. Tapi dia adalah bodyguard yang dulu menjagaku dari teroran seseorang," jawab Chaliya.     

Mawar diam. Ia tidak terlihat terkejut sama sekaki mendengar pernyataan teman sesama modelnya dulu.     

"Kamu kok diam saja?" tanya Chaliya.     

"Terus aku harus berkata wow gitu?" jawab Mawar sambil menyetir.     

"Memangnya kamu enggak kepo siapa yang meneror ku?" tanya Chaliya sambil memandang wajah temannya.     

Bukannya menggeleng atau mengangguk. Tapi, Mawar justru malah tertawa ngakak seperti orang gila.     

"Tertawanya sudah jangan terlalu asyik fokuslah dengan kemudian kepegang!" seru Chaliya. Karena, selain jalanan yang cukup padat, dari arah berlawanan ada beberapa pengguna motor yang nyetir menyelinap mobil di depannya secara Zig Zag.     

"Lagian, kau ini juga aneh. Wajar jika orang sepertimu selalu hidup dalam teroran," jawab Mawar. Sudah mulai berhenti tertawa.     

Chaliya terkejut dengan pernyataan itu. Dia takut, identitas di masa lalunya... Mawar mengetahui itu.     

"Kau ini dulunya seorang model terkenal, papan atas. Membintangi iklan banyak produk. Lalu suamimu... Dia adalah pengusaha sukses, seorang sultan! Pasti banyak yang ingin menjadikan kamu sebagai alat agar suamimu mundur dan sedikit mengalah dalam berbisnis pada lawan. Tidak ada yang aneh menurutku."     

***     

Dwi yang mengetahui Chaliya pergi, dan Dicky tengah bersantai di ruang tengah, ia tersenyum sinis.     

"Bukankah ini kesempatan emas? Aku tidak akan selamanya diam begini, kan? Aku juga wanita yang berhak bahagia," gumam Dwi lirih.     

Dia kembali ke kamarnya, ia berganti pakaian, dan memakai parfum yang memiliki daya pikat bagi lawan jenis yang mencium aromanya. Ia dapatkan benda tersebut dari toko online beberapa hari yang lali.     

Setelahnya, dia pergi ke dapur membuatkan secangkir kopi untuk Dicky.     

"Tuan, ini saya buatkan kopi," ucap gadis itu. Seraya meletakkan kopi tersebut di atas meja.     

"Terimakasih, ya Dwi," ucap Dicky tanpa memalingkan wajahnya ke arah Dwi yang sudah membuatkan kopi untuknya.     

"Rumah sakit sekali, Tuan... pada ke mana?" tanya Dwi. Memulai obrolan.     

"Iya, semua pergi. Jadi rumah sepi," jawab Dicky dengan nada datar.     

"Silakan diminum kopinya, Tuan. Keburu dingin," uap Dwi.     

"Oh, iya!" Tanpa berbasa-basi DJ langsung meraih cangkir tersebut dan menyesap kopi buatan Dwi.     

"Bagaimana rasanya Tuan, apakah enak?" tanya Dwi sambil mendekatkan tubuhnya pada tubuh majikan guna supaya arti mencium aroma parfum yang ia kenakan.     

"Em... Biasa aj... " Ketika pria itu menghirup nafas ia mencium aroma yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Dia tahu ini parfum tapi baunya wangi dan segar berpadu jadi satu sehingga ia sangat menyukai aroma Ini Dan tanpa sadar dia terus menghirup napas panjang untuk menikmati aroma ini lebih lama.     

Benar saja parfum yang memiliki daya pikat itu langsung bereaksi dengan cepat. Dicky yang semula hendak mengatakan biasa saja dan tidak ada yang spesial dari kopi yang dibuat oleh Dwi, seketika berkata bahwa kopi ini adalah kopi terenak yang pernah ia minum seumur hidupnya.     

Jelas Dwi senang. 'aroma parfum sudah menunjukkan kinerja yang bagus, sekarang tunggu saja reaksi dari kopi yang akunya barusan. Aku yakin dengan begitu selamanya kau tidak akan bisa lepas dari genggaman ku,' batin gadis itu sambil menyeringai.     

"Nyonya di mana Tuan?" tanya gadis itu. Sengaja dia menjadikan Chaliya sebagai topik obrolan. Meskipun sebenarnya dia eneg jika membahas tentang wanita itu. Namun, tetap dia lakukan supaya apa yang jadi niat dan rencananya tidak terlalu mencolok.     

"Dia, ya? Dia tadi pergi ke sanggar untuk melakukan yoga bersama temannya yang sama-sama sedang hamil. Kamu, kenapa di rumah sendiri? Kenapa tidak ikut Chris yang sedang touring?" tanya Dicky.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.