Cinta seorang gadis psycopath(21+)

AJAKAN MAKAN MALAM



AJAKAN MAKAN MALAM

0"Hay, Sudah beberapa hari ini kau sama sekali tidak menghubungiku. Segitu sibuk ja kah kamu? Atau kau yang tidak memiliki rasa rindu kepadaku?"     
0

Dengan cepat Samuel membalas pesan tersebut. "Siapa bilang aku tidak merindukanmu? Dugaanmu benar apabila kau mengira aku sibuk. Aku memang benar-benar sibuk akhir-akhir ini." Setelah menulis itu dengan segera Samuel mengirim hanya kepada Arabella.     

"Ya sudah Jika kamu tidak sibuk segera tentukan kapan kita bisa bertemu dan di mana?" balas Arabella dengan semangat.     

Samuel nampak berpikir sejenak lalu kemudian ia menemukan sebuah ide dan tersenyum tipis. Dengan segera dia menuliskan balasan yang mengatakan bahwa, "Bagaimana jika nanti aku aku menjemputmu dan sekalian lomba meminta izin pada ibu kamu untuk aku ajak makan malam di rumahku? Aku kan sudah tahu siapa tanteku Dia seorang janda kami hidup hanya berdua sejak dulu. Harusnya tidak masalah kan apabila bertemu dengannya sekali lagi di rumahnya?"     

Setelah pesan itu terkirim dan mendapatkan centang dua kembali Samuel mengirim pesan susulan, "supaya kamu memiliki waktu lebih banyak untuk mengenal lebih dekat siapa Tante aku yang sebenarnya. Kamu tidak perlu takut ingatlah Dia sangat menyukaimu."     

"Baiklah, aku tidak keberatan titik lagi pula kau juga sudah tahu kan seperti apa ibuku membuat peraturan?"     

"Aku bebas kapan saja memulangkan mu titik asal pukul 9 sudah tiba di rumah."     

"Oke, good boy. Nanti kalau Mas pulang kerja aku akan mengatakan hal ini pada ibuku. Setuju atau tidak nya aku akan kabarin ke kamu. Tapi meskipun seandainya nanti buku setujukah juga tetap harus mengizinkan aku padanya."     

"Iya, Arabella," jawab Samuel, sangat gemas dengan sosok Arabella yang menggemaskan dan manja.     

****     

Privasi menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Keluar masuk ikut latihan di fashion yang dimiliki oleh Dicky, dan tetap tinggal di rumah Chaliya sesukanya.     

Dia tetap bersikap tenang meskipun sudah melakukan lebih dari satu tindak kejahatan. Karena, dia merasa... Rahasia itu tetap aman dan tidak diketahui oleh siapapun. Yaaah, walaupun tuan yang mengetahui apa yang sudah dia lakukan, Dwi yakin Dicky tidak mungkin melaporkannya kepada polisi. Sebab Dia tidak memiliki bukti yang akurat atas apa yang dia lakukan.     

Namun siapa sangka bahwa yang dia pikirkan ternyata salah. Ketika dia bersantai menikmati cemilan yang berada di dalam lemari es, terdengar seseorang memencet bel rumahnya.     

"Haduh siapa sih yang datang mengganggu istirahatku saj," club gadis itu seolah-olah dia adalah si pemilik rumah yang tengah menikmati hari-harinya yang santai.     

Karena bel terus-terusan berbunyi dan dipencet, Dwi pun menjadi sedikit kesal. "Sbeentar!" teriaknya, kemudian dia menggerutu seorang diri, "melihat dari caranya memencet bel, sepertinya ini adalah kurir yang mengantarkan paket. Tidak masalah, karena si pemilik rumah sudah tidak ada dan kemungkinan besar tidak kembali kesini lagi. Maka, apapun yang dipesan oleh sang majikan itu sudah resmi menjadi miliknya.     

Namun setelah pintu dibuka ternyata dugaannya salah. Yang datang adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dan tegap mengenakan pakaian polisi, dan di belakangnya, dua orang polisi mengarahkan pistol kepadanya, dengan pelatuk yang sudah siap untuk dipetik mengenai dirinya.     

"Hah? untuk apa kalian datang ke mari?" tanya Dwi, terkejut dan memasang ekspresi muka yang begitu panik, tak dapat disembunyikan.     

"Apakah benar ada yang bernama saudara Dwi? Saya datang untuk memenuhi perintah untuk membawa anda ke kantor polisi," jawab polisi yang bertubuh tinggi besar tersebut.     

"Atas dasar apa? Aku tidak melakukan kejahatan apapun! Jika kau ingin melakukan menangkap ku tak harus memiliki alasan dan bukti yang kuat!"     

"Anda diduga melakukan pembunuhan terhadap korban bernama Christie. Untuk bukti silahkan anda lihat sendiri di kantor ikutan bersama kami!" seru polisi tersebut sambil membuka borgol yang ia selipkan pada pinggangnya.     

"Tidak masalah itu adalah tuduhan palsu aku tidak melakukan pembunuhan terhadap siapapun apalagi Christie dia adalah teman baikku," teriak histeris kemudian Ia berlari ke belakang termasuk menutup pintu.     

Tapi sayang, rupanya polisi sudah mengepungnya. Beberapa personil tidak hanya berjaga di area luar rumah saja. Tapi, beberapa dari mereka yang membawa senjata lengkap dan mengenakan alat pelindung sudah berhasil menyusup ke dalam rumah.     

Jadi, ketika Dwi berbalik ia langsung disambut oleh tiga orang polisi sekaligus dibelakangnya yang lengkap membawa pistol.     

Dwi memang sering berlatih ilmu bela diri, bahkan cara menghadapi lawan yang memakai senjata tajam, termasuk pistol dia juga tahu, Bagaimana caranya Ia pun juga pernah praktek hanya saja jika lawannya hanya ada satu orang bukan lebih. Jadi ya kewalahan ketika mendapati 3 orang polisi sekaligus yang membawa pistol dan mengarahkan kepadanya.     

"Kalian semua pergi! Jangan berani menembakku!" bentak Dwi.     

"Ikutlah ke kantor bersama kami dengan baik-baik titik maka kami tidak akan menyakitimu!" jawab salah satu dari mereka.     

"Tidak! Aku tidak bersalah! Aku tidak melakukan apa yang telah komandan kalian tuduhkan. Jadi, untuk apa aku harus ke kantor polisi dan mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan?" jawab wanita itu, kemudian meraih sebuah botol di atas meja dan memecahkan kedua ujungnya.     

'melakukan ini mungkin lebih baik daripada harus menggosok dipenjara!' gumamnya dalam hati. Lalu kemudian meskipun nampak sedikit ragu ia memaksakan diri menusukkan bagian runcing dari botol yang baru saja ia pecahkan pada perutnya.     

"Kau mau apa mau ngejar aku silakan saja pasti sebentar lagi aku juga akan mati aku akan bebas dari hukuman," ucap Dwi dengan tersenyum sinis penuh kemenangan meskipun dia sudah roboh tidak mampu lagi berdiri bahkan darah tidak hanya mengucur dari perutnya yang terluka akibat luka dari botol yang baru saja dia pecahkan namun darah juga keluar dari mulut dan juga hidungnya.     

Melihat tersangka melakukan percobaan bunuh diri dengan segera 3 polisi itu melakukan pertolongan mencabut botol yang pecah bagian ujungnya dari perut Dwi, lalu mengikat perutnya yang terluka, guna menghambat darah yang keluar lebih cepat. Dengan segera, Dwi dilarikan ke rumah sakit terdekat, dengan harapan nyawanya masih bisa tertolong.     

Tiba di rumah sakit Dwi sudah kehilangan kesadarannya akibat darah yang keluar terlalu banyak. Namun, dia masih belum kehilangan nyawanya. Iya termasuk kuat dan sepertinya keberuntungan telah memihak kepada Nya. Entah, itu sebuah keberuntungan atau bukan bagi dirinya yang mencoba melakukan bunuh diri. Karena darah yang sesuai dengannya tersedia sangat banyak di rumah sakit tersebut. Jadi, pihak rumah sakit tidak perlu repot-repot melakukan, pencarian seseorang dengan darah yang sama demi menyelamatkan dirinya.     

Selama perawatan di dalam kamar gue dijaga oleh dua orang polisi begitupun di bagian luarnya. Sebenarnya tidak masalah apabila hanya dijaga di luar saja. Namun Karena dia melakukan percobaan bunuh diri untuk menghindari hukuman, maka dirinya harus terus tetap do pantau.     

****     

Membutuhkan waktu 2 hari untuk memulihkan kembali kondisi Chaliya, meski tidak langsung baik seperti sebelumnya. Namun karena dia memiliki nafsu makan yang cukup baik di rumah sakit, maka ia pun sudah diizinkan untuk pulang.     

"Pulang ke rumahku saja, ya? Supaya aku bisa dengan mudah menjaga dan merawatmu selama kau sakit," ucap Mawar, menawarkan diri.     

"Iya Oma aku akan tinggal di rumahmu dulu untuk beberapa hari kedepan nya. Aku masih tidak ingin dan belum siap untuk kembali ke rumahku sendiri, bayangan dari perbuatan Dicky dan gadis murahan itu terus saja menghantui pikiranku membuat aku semakin sakit saja," jawab Chaliya.     

"Baiklah! Kamu jangan memikirkan macam-macam dulu. Saat ini yang terpenting adalah kau harus kembali sehat dan pulih seperti sebelumnya. Semoga Apakah benar aja segera terungkap. Kau yang sabar, ya?" ucap Mawar.     

"Iya," jawab Chaliya lirih, nyaris tidak terdengar.     

Setelah melunasi administrasi dan mengemasi barang-barang pribadi milik Chaliya, Mawar meminta supirnya untuk membawa semua pakaian Chaliya ke dalam bagasi mobil. Sementara, dia yang mendorong kursi roda yang diduduki oleh khalifah yang masih sedikit merasa lemah dan lemas.     

Baru saja dia keluar dari lift, mereka sudah dihadapkan oleh pemandangan seorang ibu yang menggendong putranya kira-kira berusia tiga tahunan, bayi itu memang memiliki wajah lokal tidak ada sedikitpun blasteran bule nya. Namun, bayi itu terlihat sangat tampan dan menawan.     

Chaliya tersenyum, lalu tanpa sadar tangannya meraba ke arah perutnya yang sudah rata. 'Jika saja janin ini, tidak gugur... Apa aku akan memohon kepada Tuhan supaya mengaruniai aku anak seperti anak itu,' batin Chaliya.     

Menyadari kalau temannya terpaku dengan balita yang baru saja melintas di hadapannya, Mawar hanya terdiam, seolah membiarkan temannya puas memandang balita tersebut yang kini sudah lenyap dari pandangan mereka berdua. Lalu kembali mawar melangkah maju sambil mendorong kursi roda tersebut.     

"Mawar Aku tahu kamu lelah. Tapi aku ingin datang ke suatu tempat," ucp Chaliya.     

"Kondisi kamu masih lemah, Cha! Aku tidak melarangmu pergi ke mana pun, dan bahkan aku juga tidak keberatan mengantarkanmu ke mana saja yang kau mau. Tapi, ingat! Kau yang baru saja keguguran harus sering-sering dan banyak-banyak istirahat, titik no debat!" ucap Mawar. Awalnya dia tidak pernah mengatur dan mengarahkan temannya, apalagi itu adalah Chaliya. Namun entah kenapa setelah beberapa hari terus bersama dengan Chaliya, mantan model seniornya, ia tiba-tiba saja memiliki rasa sayang terhadap Dahlia dan ingin selalu memberi yang terbaik untuknya.     

"Aku hanya ingin bermain ke salah satu panti asuhan terdekat di sin, Mawar!" jawab Chaliya dengan suara lemah.     

"Baiklah kalau memang kamu ingin ke panti asuhan. Aku akan mengantarkanmu dan menemanimu bermain sampai puas di sana. Namun, tidak sekarang! Balik dulu ke rumahku dan tidurlah dengan tenang setelah kondisi tubuh mu terlihat membaik Aku janji aku akan mengantarkanmu saat itu juga, tapi apabila kondisi masih terlihat lemah dan buruk seperti ini maka harus ditunda."     

"Baiklah," akhirnya wanita itu pun lebih memilih patuh pada temannya, karena ia pun juga masih merasa sangat lemas dan ingin segera berbaring bukan bermain dengan bayi, atau balita.     

Setelah di rumah, dan Chaliya sudah terjaga dari tidur siangnya, tiba-tiba wanita itu teringat dengan sesuatu yang diberikan oleh Dicky dua hari yang lalu padanya ketika masih di rumah sakit. Ia berpikir untuk mengeceknya. Namun, tidak sekarang, dan aku tidak akan melihatnya seorang diri. Mawar harus menemaniku untuk melihat, apa yang terdapat dalam flashdisk tersebut.     

Setelah mawar menghampiri dirinya, segera Chaliya, mengutarakan maksud dengan keinginannya. "Mawar, apakah kau sudah senggang tanda catnya jika memang iya, ayo kita lihat apa yang terdapat di dalam benda kecil ini," ajak Chaliya memaksa.     

"Baiklah," Mawar mengangguk tenang. Dia tidak tahu apa yang terdapat dalam hadis tersebut titik namun, karena tadi Dicky mengatakan bahwa di dalam benda itu terdapat bukti bahwa dirinya hanya dijebak dan tidak bersalah, maka dia pun yakin, untuk memutar video di depannya tidak akan jadi masalah.     

Namun sayang itu hanya ada dalam terkaan Mawar saja.     

Memang, awal video tidak menunjukkan seperti yang ia lihat dari rekaman CCTV tersembunyi yang disalurkan ada HP Chaliya. Tapi, justru menunjukkan sebuah pemandangan kota yang ia tinggali saat ini.     

Kamera itu bergoyang dan berjalan cepat sepertinya, pemilik yang mengenakan kamera tersembunyi itu pasti tengah berlari.     

Selang beberapa saat terdengar suara Digi memanggil nama Christie. Namun setelah wanita yang duduk di atas kursi putih dengan gestur tubuh seperti Christie itu pun menoleh dan menyeringai.     

Dia bukan Christie melainkan Dwi yang mengenakan pakaian yang biasa dipakai Christie dan juga tas ransel yang selalu menempel pada punggung gadis itu.     

Suaminya nampak terkejut dan beberapa kali menanyakan dimana keberadaan Christie.     

Dwi tidak menjawab di mana keberadaan sahabatnya, ia malah Dian berani menggodanya dan mengatakan apa yang telah dia lakukan sambil menunjukkan barang bukti. Yaitu parfum pemikat, supaya, Dicky yang mencium aroma itu langsung terpikat kepadanya, dan ternyata, itu berjalan dengan sangat cepat.     

Selain itu duit juga mengatakan bahwa dalam kopi yang diminum oleh Dicky, kopi yang dibuat sendiri memang sengaja Ia memasukkan beberapa tetes cairan obat perangsang. Terangsang dan terpikat maka hari terlarang pun tak terhindarkan. Itu terjadi, bahkan, di saat panas-panasnya, Dicky berusaha memasukkan miliknya pada dirinya, Chaliya datang, dan menyaksikan sendiri seperti apa suaminya ayang tengah telanjang bulat, juga tengah menggauli wanita lain dengan asikya.     

Setelah melihat video itu, Chaliya sedikit merasa menyesal dan bersalah. Karena, dia sudah lebih dulu menuduh suaminya dan tidak berusaha sedikitpun untuk mempercayainya.     

Video terus berjalan, dikit terus mencecar Dwi menanyakan dimana Christie berada.     

Lalu kemudian dengan entengnya jawab "Karena kamu terus menanyakan sahabatku dan ingin melihatnya maka aku beritahu di mana kah dia."     

Gadis itu menurunkan tas ransel dari pundaknya, meletakkannya di atas kursi yang sejak awal ia duduki, membuka resleting tas tersebut dan mengeluarkan sesuatu dari salamnya, lalu melempar ke depan Dicky.     

Itu adalah sebuah kepala yang wajahnya nampak mulus, cantik bak boneka dengan rambut berantakan dan melepaskan di hadapan Dicky. Sejak saat itu video berakhir.     

Sementara Mawar Sangat syock berat, dan sempat tidak berani keluar rumah jika memang tidak mendesak keadaanny.     

Lain halnya dengan Chaliya. Dia tetap tenang dan merasa dejavu dengan kepala manusia yang menggelinding dalam rekaman tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.