Cinta seorang gadis psycopath(21+)

DITUNJUK SEBAGAI DOKTER PENDAMPING OPERASI



DITUNJUK SEBAGAI DOKTER PENDAMPING OPERASI

0Mawar menghampiri kembali Chaliya yang terlihat sangat hancur. Dia berusaha menenangkan hati temannya.     

"Bagaimana perasaanmu terhadap suami sekarang? Jika di dalam hatimu masih cinta dan harapan untuk bersamanya lagi, kamu lihat saja, apa yang coba dia tunjukkan padanya!"     

Chaliya masih bergeming dalam posisinya tadi. Menatap kosong ke arah langit-langit kamar inapnya.     

"Aku memperhatikan dia tadi datang dengan raut wajah yang sangat sakit. Apa yang dia katakan juga terlihat begitu serius. Bahkan, sedikitpun dia tidak mempercayai bahwa kau menggugurkan anak kalian," ucapan buat lagi.     

"Lagu Aku harus bagaimana, Mawar? Sedangkan bayangan ketika mereka bertemu tadi begitu lekat di dalam benakku. Dari ekspresi mereka berdua... Jelas sekali terlihat bahwa mereka melakukannya sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun," jawab Chaliya.     

"Bolehkah melihat hal itu karena kamu memang istrinya dan tidak akan terima melihat suamimu melakukan hal itu dengan wanita lain. Apalagi... dengan seseorang yang sudah kuanggap sebagai keluarga. Namun, kembali aku ingatkan saya penyesalan itu berada di akhir tidak di depan. Kamu lihat apa yang akan diajukan sebelum menyesal pada akhirnya."     

"Setelah ini saja, setelah keluar dari rumah sakit. Aku nggak mau pulang ke rumahku boleh aku numpang di rumah kamu dulu untuk beberapa hari?" tanya Chaliya, meminta izin.     

"Kau boleh tinggal di rumahku sama kau mau."     

****     

Beberapa orang perawat dan keluarga pasien nampak lalu lalang di area rumah sakit dengan kesibukan masing-masing. Seorang pria bertubuh tinggi, putih dan tegap mengenakan jas putih telihat edikit lesu keluar dari bangsal, kemudian dia menuju ruangan khusus, meletakkan stetoskop yang sejak tadi ia kalungkan pada lehernya. Menghempaskan tubuhnya pada kursi dengan mata terpejam.     

"Tok tok tok!"     

"Masuk!" Jawab pria yang baru saja meninggalkan jas putihnya tersebut kemudian ia meluruskan posisi duduknya.     

Pintu terbuka lebar, dari ambang pintu nampak seorang wanita berpakaian serba putih dengan membawa berkas di tangannya berjalan menuju kearahnya.     

"Dokter, ini laporan pasien yang nanti akan melakukan operasi wasir. Profesor meminta anda, menjadi dokter pembantu," ucap suster tersebut.     

"Katakan saja di atas meja! Aku akan segera melihatnya!"     

Setelah itu khusus tersebut pergi meninggalkan ruangannya Samuel terpaku menatap berkas di atas meja berwarna kuning tersebut.     

Setelah hampir 1 tahun resmi menjadi seorang dokter, baru kali ini dia menerima tawaran menjadi dokter pembantu operasi. Itupun juga bukan operasi ringan, atau operasi kecil.     

Ia teringat dengan bayangan dua tahun setengah yang lalu, di mana dia masih menjadi seorang koas selama enam bulan. Dalam situasi yang mendesak disaat semua Dokter piket benar-benar tidak ada karena ketepatan kala itu hari libur, datang seorang pasien yang mengeluh kesakitan luar biasa pada perutnya. Setelah melakukan pemeriksaan dan rontgen ternyata wanita itu mengalami usus buntu dan harus segera ditangani sebelum terlambat dan mengakibatkan permasalahan yang fatal.     

Dalam keadaan yang begitu mendesak, profesor dan direktur yang bertanggung jawab di rumah sakit tempat ia magang kebetulan juga sama-sama tidak bisa dihubungi... Dan melihat kondisi pasien juga sudah sangat parah dan kemungkinan akan tidak tertolong apabila terlambat mendapatkan penanganan.     

Akhirnya, bermodalkan tekad yang besar dan niat untuk menyelamatkan wanita tersebut, Samuel memberanikan diri melakukan operasi dengan dibantu oleh beberapa rekan kuas dan perawat yang memiliki pengalaman mendampingi operasi, dan hasilnya ternyata operasi pun sukses wanita itu berhasil diselamatkan.     

Namun... Apa yang kamu dapatkan dari teman sesat maka luas dan para dokter? Dia dimarahi habis-habisan, bahkan sempat dibully karena terlalu berani mengambil resiko besar sebagai seseorang yang masih belum memiliki pengalaman, selain hanya mempelajari materi.     

Lalu detik ini, dia ditunjuk secara pribadi oleh profesor atau dokter ahli bedah yang bertanggung jawab di rumah sakit ini sebagai dokter pendamping.     

"Oh, operasi sebentar lagi, aku harus bersiap," gumam Samuel begitu tersadar bahwa, operasi akan dilakukan tidak sampai sejam lagi.     

Dengan segara pria itu mengganti pakaiannya dengan pakaian serba biru dan mengenakan tutup kepala serta masker dan menuju ke ruang operasi untuk melakukan persiapan.     

Satu jam berlalu titik operasi pun berjalan dengan lancar. Hanya saja pasien masih belum mendapatkan kembali kesadarannya secara penuh.     

"Aku yakin, tidak sampai 2 tahun Kau pasti sudah bisa mengikuti tes sebagai dokter ahli atau profesor. Aku sudah mengetahui bakat mu sejak awal bahkan semenjak kau menjadi kelas diam-diam aku sudah memantaumu," ucap dokter Wiliam, sambil menepuk pundak Samuel dengan bangga.     

Samuel yang merasa bahwa pujian itu terlalu berlebihan Ia hanya bisa menunduk dan menyembunyikan senyumnya karena malu. Dengan rendah hati pula yang menjawab, "Anda terlalu berlebihan, Dok... Sebesar apapun anda melihat bakat saya itu tidak akan dapat melebihi Anda yang sudah menggelar sebagai dokter ahli bedah selama lebih dari 3 tahun."     

"Hahaha!" mendengar jawaban dari Samuel, dokter William hanya tertawa terbahak titik selama dia bekerja dan membimbing para khas dan dokter baru, baru kali ini dia baru menemukan dokter yang sangat rendah hati. Padahal dia tahu bahwa dirinya hebat dan bisa melakukan operasi meskipun tanpa pengalaman.     

memang itu terlalu berbahaya dan sangat dilarang bagi para koas apalagi baru 6 bulan menjadi koas. Namun, buktinya operasi itu juga berhasil.     

Walaupun banyak yang mengatakan kali ini berhasil tapi belum tentu dengan yang kedua kali dan seterusnya... Karena untuk pengalaman melakukannya secara langsung dia masih belum ada titik yang dia dapatkan hanyalah sebuah teori untuk praktek nya belum.     

Yang dikatakan oleh para dokter senior adalah benar dan tidak salah. Tapi, memberi apresiasi selama tidak berlebihan atas keberhasilan yang telah melakukan kala itu juga tidak salah. Memang harus begitu, meskipun juga harus tetap menerima wejangan.     

"Kamu harus percaya dengan kemampuan kamu. Aku percaya Kau pasti bisa! Selamat berjuang semoga tahun depan kau sudah dilantik dan mendapatkan gelar sebagai seorang dokter ahli di bidang yang kau inginkan," ucap dokter Wiliam, yang lebih akrab disapa dokter Wil.     

Masih dengan muka datar Samuel kembali masuk ke ruangannya dia berganti pakaian mengenakan setelan celana panjang kemeja berwarna biru muda, dan jas berwarna putih.     

Kembali dia duduk untuk membuat laporan atas beberapa pasien yang dia tangani hari ini.     

"Pink!" Berfikir kalau itu adalah zat penting yang berkaitan dengan pekerjaannya di rumah sakit tersebut, dengan segera, pria itu mengeluarkan ponsel dari nafas dan mengecek pesan tersebut.     

Setelah membaca siapa yang mengirimkan pesan dari aplikasi hijau tersebut, tersungging sebuah senyuman di bibirnya.     

"Hay, Sudah beberapa hari ini kau sama sekali tidak menghubungiku. Segitu sibuk ja kah kamu? Atau kau yang tidak memiliki rasa rindu kepadaku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.