Cinta seorang gadis psycopath(21+)

SI GADIS BAIK



SI GADIS BAIK

0"Oh ternyata si gadis baik itu masih ingat dengan papa, ya? Lalu kamu jawab gimana Lis kamu bilang bapak sudah baik-baik saja atau masih sering menggunakan kursi roda?" tanyanya, penasaran.     

"Iya dong Papa sih ingat. Kecuali apabila dia memang sudah menjadi amnesia, mungkin tidak akan mengingat apapun," jawab Elizabeth sekenanya.     

"Lalu bagaimana dengan kabarnya Apakah dia baik-baik saja?"     

"Sudah lebih baik dari sebelumnya. Tadi kulihat disana dia juga sudah terlihat begitu ceria."     

"Kenapa Apakah dia dalam masalah?" tanya kakek Hardi penasaran.     

"Bukan masalah sih... Lebih tepatnya musibah," jawab Elizabeth.     

"Musibah? Musibah apa, Lis?"     

"Dia baru saja keguguran. Setelah 2 hari dirawat di rumah sakit, dan istirahat di rumah selama beberapa hari, Dia memutuskan untuk pergi ke panti asuhan untuk membuat pikirannya menjadi lebih baik, dan tidak terlalu larut dalam kesedihan."     

Mendengar jawaban dari putrinya, kakak Hardi Wijaya terdiam.     

"Kasihan sekali, apa heran kenapa orang baik selalu menerima musibah lebih banyak daripada orang jahat?" guman kakek Hardi lirih. Namun, pasti bisa didengar dengan jelas sekolah Elizabeth.     

'dia orang yang berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya, Pa. Musibah yang datang adalah ujian untuk nya bisa tetap tegar menjadi baik atau dialog marah dan kembali menjadi jahat seperti dulu,' batin Elizabeth. Tapi, dia lebih memilih diam tidak mengatakan yang sebenarnya. Dia mengetahui segalanya karena sudah dipercaya oleh alam mampu menghandle rahasia orang lain. Apabila tidak, mungkin, walaupun mengetahui sesuatu pasti hanya sedikit tidak sebanyak ini. Informasi yang didapat juga masih samar-samar antara benar dan tidak.     

"Begitulah kah cara Tuhan menguji hambanya Dia memberikan banyak cobaan mampu atau tidak menjadi tetap baik, jika mampu maka dia akan menjadi orang yang terpilih. Namun apabila tidak, ya berubah jadi jahat. Jadi hamba yang dilaknat."     

"Iya, Eliz. Kamu benar."     

***     

"Huaaaa... Mama!" teriak Rajatha, ketika tubuh mungilnya tiba-tiba diangkat oleh sang babysitter ketika dia berjalan hampir sampai dapur.     

"Susi... Tolong jaga dan apa sih dia dulu. Alihkan perhatiannya kau ajak ke taman atau ke mana supaya dia tidak menangis minta kugendong. Aku masih belum selesai memasak!" teriak Lina. Dia memang tidak popia dengan suara tangisan anak-anak. Hanya saja apabila mendengar suara anak kecil menangis apalagi itu anaknya sendiri, tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan sangat pusing sekali.     

Susi tahu hal itu, tapi entah kenapa akhir-akhir ini dia Jadi sedikit teledor dalam menjaga putranya. Walaupun akred orangnya tidak sampai membuat Rajata terjatuh atau mengalami sesuatu yang berbahaya. Tapi membuat putranya menemukan dirinya ketika sibuk lalu menangis minta digendong sama saja, dinamo menganggap babysitter yang dipekerjakan teledor.     

Namun itu hanya anggapan sepihak darinya dia tidak pernah mengadukan kepada siapapun termasuk mertua dan suaminya, apalagi sampai menegur Susi secara langsung. Sama sekali tidak pernah dia lakukan karena dia takut hal itu akan membuat baby sisternya menjadi tersinggung.     

Berteriak pun dia juga menggunakan ada manja seperti dirinya manja kepada Axel agar, perasaan dan kekeluargaan dalam rumah itu tetap terjalin meskipun tidak ada hubungan darah dan berbau saudara di antara mereka.     

"Nyonya, Bagaimana jika ini biar saya saja yang melanjutkan. Kasihan Tuan kecil dia nangis terus minta digendong sama Nyonya," ucap salah satu pelayan kakek mertuanya yang bertugas di dapur, dan yang bertanggung jawab menyiapkan ide-ide dan menu makanan setiap harinya di rumah keluarga Wijaya.     

"Susi sudah mengajaknya ke taman. Sebentar lagi harusnya dia juga sudah diam tidak lagi menangis. Tidak apa-apa biar aku saja yang masak, atau nanti aku sel akan kehilangan selera makannya. Apakah bibi ingin aku dimarahi oleh mertuaku karena tidak becus merawat suami? Sehingga putranya menjadi kurus setelah menjadi suamiku," jawab Lina sambil tertawa.     

"Tentu saja tidak nyah... Melihat uang kecil saya merasa kasihan saja. Kan ini sudah hampir selesai jadi saya berpikir bagaimana jika saya saja yang meneruskan yang penting soal racikan bumbu kan Nyonya muda yang bikin," jawab si bibi, sambil ikut tertawa.     

Hanya saja dia tertawa nya sangat ditahan tidak selepas Lina. Kalau sampai dia ikut-ikutan tertawa lepas seperti majikannya, sungguh sangat tidak sopan sekali.     

"Ini tinggal menumis aja nggak pa-pa biar saya yang lanjutin. Nanti kalau sudah selesai, tolong bibi pindahin ke wadah mangkok yang biasa tuan muda ada gunakan untuk menaruh makanannya ya? Saya akan melihat Rajata udah tenang apa belum," ucap Lina.     

"Baik, nyonya."     

10 menit kemudian Lina sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya di dapur. Hidangan khusus untuk Axel berhasil diselesaikan termasuk juga bubur untuk putranya. Usianya memang sudah lebih dari 1 tahun. Anak seusia itu biasanya sudah makan nasi tim. Tapi, karena putranya tidak terlalu suka mengunyah nasi tim sangat tidak cocok untuknya dia takut pencernaannya akan bermasalah jadi alternatifnya dia tetap memberikan bubur, hanya saja teksturnya lebih kasar dibandingkan dengan bubur anak berusia 8 bulan.     

Melihat putranya bermain dengan sang baby sitter di taman, Lina tersenyum seorang diri. Mau ditegur seperti apapun Hanya kesalahan kecil sepertinya tidak perlu. Tak selama ini ini dalam mengasuh Susi juga sangat baik dan telaten. Buktinya dalam sekejap Rajata sudah kembali tenang dan ceria.     

"Karena Rajata tidak lagi menangis apa aku lebih baik mandi aja ya dulu? Biar sekalian nanti enak pas suami datang Aku sudah rapi dan wangi," gumam Lina. Kemudian kembali beranjak masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri.     

Usai mandi, Lina mendapati putranya sedang bermain di ruang tengah. Dia tidak hanya bersama dengan baby sisternya tapi juga bersama neneknya.     

Menyadari bahwa mamanya sudah ah berpakaian rapi, bocah berusia 1 tahun setengah itu langsung berlari kearah mamanya sambil tertawa dan kemudian memeluk kaki Lina.     

"Aduh, anak mama... kasian sekali, ya sejak tadi dicuekin... Mama masih buatin bubur untuk Rajasa dan lauk untuk Papa. Maafin, mama ya, Sayang kalau kerjanya tidak secepat bibi? Mereka sudah ahli sedangkan mamamu belum dimaklumi ya sayang," ucap Linda sambil menggendong putranya dan beberapa kali mencium pipinya.     

"Lina, ayo ke meja makan! Ini sudah waktunya untuk makan malam," ajak Elizabeth.     

"Baik, Ma," jawab Lina sambil tersenyum. Sambil menggendong putra nya, ia melihat ke arah jam dinding yang terpasang di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit petang. Tapi suaminya masih juga belum datang. Karena biasanya dia tiba di rumah ketika Iya dan bibi masih sibuk menyiapkan makanan di meja makan. Lalu kenapa hari ini sampai tiba waktu makan malam dia masih juga belum datang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.