Cinta seorang gadis psycopath(21+)

CINCIN UNTUK ARABELLA



CINCIN UNTUK ARABELLA

0Setelah mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Arabella, dengan berat hati akhirnya Prita pun menyetujui ajakan gadis itu untuk ikut makan malam bersama.     

Sebenarnya sih dia paling ogah banget makan satu meja dengan orang yang dianggap saingan nya. Tapi bagaimana Dia adalah seorang sekalipun hanya dokter umum, tetap saja image harus dijaga. Apabila tidak pasti dia akan sangat malu apabila salah satu pengunjung restoran ini ada yang kebetulan sakit periksa di rumah sakit tempat ia bekerja, dan pas dia pula yang menangani. Mau taruh mana itu muka? Apalagi sejak awal dia berteriak semua mata tertuju padanya hingga saat ini.     

Mereka bertiga makan malam sama-sama diam. Kesunyian hanya dipecahkan oleh musik dari restoran itu, dan bunyi yang berasal dari gesekan sendok garpu pada piring makan mereka bertiga.     

Sengaja arabella diam bukan karena dia kehabisan bahan untuk mengecat dan membuat Prita ngedown... Tapi, dia sudah merasa kasian dengan gadis itu. Apalagi dengan sangat percaya diri dia mengatakan bahwa Samuel adalah tunangannya. Padahal Bagaimana keputusan pria itu dia juga tidak tahu. Menerima perjodohan yang dilakukan oleh mama tiri dan tantenya Samuel. Jika dia bersedia, setidaknya Dia bebas dari rasa malu atas apa yang dia katakan barusan. Tapi apabila Samuel menolak perjodohan itu.... Tidak masalah arabella masih bisa menanganinya jika hanya berhadapan dengan satu orang seperti orang macam Prita. Itu baginya tidaklah sulit jika dibandingkan dengan macan yang ada di kantornya.     

"Samuel, Arabella terima kasih atas ajakan makan malamnya hari ini aku akan mengingatnya Dan suatu saat aku juga akan mengajak kalian berdua untuk makan malam. Karena ini sudah gelap dan besok aku harus masuk pagi jadi aku mohon pamit dulu ya?" ucap Prita, Karena dia sudah tidak tahan berada di dalam situasi ini. Lebih baik segara mengundurkan diri sebelum melihat aksi mesra mereka berdua yang hanya ujungnya akan membakar hati dan perasaannya sendiri.     

"Kenapa terburu-buru?" tanya Arabella.     

"Iya soalnya aku besok harus pagi jadi ya Tapi nanti kalau tidur terlalu malam besoknya malah kasihan dia bangun. Next time kita ketemu lagi ya?" ucap Prita dan buru-buru kabur.     

Setelah gadis yang dianggap perusuh oleh Arabella itu sudah pergi meninggalkan tempat, Arabella dan Samuel saling pandang.     

"Benar ya yang dia katakan kalau dia adalah satu-satunya teman wanita yang paling dekat dengan kamu?" tanya Arabella dengan tatapan penuh intimidasi.     

"Tidak tahu. Aku tidak merasa dekat dengan siapapun. Hanya saja, apabila dibandingkan dengan cewek yang lain yang bekerja di rumah sakit tersebut memang hanya dia yang sering aktif mengajakku ngobrol," jawab Samuel jujur.     

Arabella diam sesaat. Sementara Samuel memperhatikan gadis yang ada dihadapannya dengan sedikit takut. Entah kenapa... dia merasa takut saja apabila Arabella marah dan tidak terima. Tapi, rupanya dugaannya salah. Arabella malah menunjukkan ekspresi puas ketika tertawa.     

"Ah jadi yang aku katakan padanya tadi itu benar dong Kamu tidak akan menceritakan seseorang atau bila itu tidak akan kau anggap spesial atau berkesan di hati kamu?" ucapannya ceria.     

"Iya benar. Lalu, kamu tadi, mengatakan soal tunangan dan calon suami suami kepadaku itu... " Lagi-lagi Samuel dibuat ragu untuk melanjutkan kalimat tanya kepada Arabella.     

"Oh soal itu ya? Maaf aku hanya berniat membantu menyingkirkan seseorang yang kau anggap ngengat. Apabila kamu tidak suka... ya aku minta maaf... "     

Samuel terdiam lalu dia berpikir bahwa ini adalah momen yang tepat untuk memberikan cincin peninggalan mendiang ibunya dulu.     

"Tidak, Arabella. Aku sama sekali tidak keberatan. Justru aku akan senang apabila kau menganggap aku ini adalah tunanganmu. Lalu, bagaimana? Apakah kau bersedia menikah denganku?" ucap Samuel, sambil membuka boks berisi cincin dan menyodorkannya kepada Arabella.     

Tentu saja melihat hal itu arabella syok. Syock dan terkejut bukan karena dia tidak menyukai hal ini, tapi justru malah sebaliknya.     

"Jadi kamu mengajakku makan malam, kali ini hanya untuk memberikan cincin untuk mengikat ku supaya tidak menjalin hubungan dengan pria lain?" tebak Arabella.     

"Iya... " Jawab Samuel sambil tersenyum tipis. Sedikit canggung.     

"Ah tidak sia-sia apa yang aku katakan pada gadis itu tadi... Ah, maksudku dokter Prita. Apakah diam-diam selama ini dia naksir sama kamu?"     

"Aku tidak tahu karena aku tidak pernah memperdulikan setiap gadis yang bekerja di rumah sakit tersebut. Aku hanya peduli pada penyakit yang diderita oleh pasien yang aku tangani," jawab Samuel.     

"Ah, jawaban mu sungguh benar-benar so sweet. Begini kan aku jadi tenang nggak was-was dan kepikiran kamu terus bagaimana jika nanti di goda oleh cewek lain disana yang jauh lebih cantik dariku," jawab Arabella.     

"Iya aku akan setia sama kamu Sayang lalu bagaimana kamu mau nggak nikah sama aku?" tanya Samuel.     

Arabella tersenyum dan mengangguk cepat hingga beberapa kali, kemudian menyodorkan tangan kirinya untuk disematkan cincin pada jari manisnya.     

"Yah aku bersedia menikah denganmu cepat kamu pasang cincin itu di jari manisku!" seru gadis itu.     

Perlahan namun pasti Samuel meraih tangan kiri gadis itu lalu menyematkan cincin emas putih dengan berlian Eropa tersebut.     

Setelah cincin terpasang dengan sempurna tersungging sebuah senyuman pada bibir mereka berdua.     

Arabella mengangkat tangannya memperhatikan cincin itu dia tersenyum sambil berkata, "ini sangat indah sekali Bagaimana kamu bisa tahu dengan selera aku aku sangat menyukainya akan menjaga ini dengan sepenuh hati apalagi ini adalah cincin yang kamu gunakan untuk melamarku."     

"Apakah kamu menyukai itu? Jika tidak tidak apa-apa kamu simpan saja itu lain kali apabila kita sama-sama sudah ada waktu kita pergi ke toko perhiasan kamu pilih sendiri cincin seperti apa yang kamu suka," ucap Samuel.     

"Tidak, aku sangat menyukai ini," jawab gadis itu dengan cepat.     

"Syukurlah! Karena kamu menyukai kecil itu Jadi aku minta sama kamu tolong kamu jaga baik-baik cincin itu jangan sampai hilang. Karena itu adalah cincin peninggalan dari mendiang ibuku tante emi yang menyimpan untukku dan baru kemarin memberikannya padaku untuk diberikan padamu."     

"Samuel... Benarkah?" tanya Arabella terharu dengan apa yang dikatakan pria di depannya.     

Samuel mengangguk pelan. Dia tersenyum lebar, namun tetap saja tidak menghilangkan di bawahnya sebagai seorang dokter tampan yang pendiam. Mungkin Jika diingat-ingat ini adalah kali pertama yaitu bisa tersenyum selebar itu sebelumnya sih tidak pernah tersenyum aja seperti sangat berat dan mahal sekali.     

"Terima kasih sudah mempercayai aku untuk kau jadikan teman hidupmu untuk selamanya," ucap arabella yang membuat sambal terkejut gadis itu melompat dari kursinya dan berhambur memeluk erat Samuel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.