Cinta seorang gadis psycopath(21+)

TRAGEDI DI PERNIKAHAN ARABELLA



TRAGEDI DI PERNIKAHAN ARABELLA

0"Dwi! Hentikan!" teriak Chaliya. Dengan cepat dia memeluk Dicky sehingga tusukan yang ditujukan pada Dicky malah mengenai punggungnya.     

"Chaliya!" teriak Dicky. Terkejut.     

Begitupun Dwi. Saking terkejutnya gadis itu sempat diam terpaku dan nyaris tidak mempercayai bahwa dia salah sasaran. Karena, dia tidak merasakan kedatangan seseorang dan tau-tau Chaliya bisa langsung melindungi Dikcy di waktu yang tepat.     

"Dwi! Apa yang kau lakukan? Beraninya kamu!"     

Setelah sadar dengan berbuatannya Dwi mengambil langkah mundur. Beberapa kali dia menggelengkan kepala sambil berkata lirih, "Tidak aku tidak bersalah ini dia sendiri yang menyerahkan tubuhnya untuk dilukai Bukan Aku sengaja ingin melukainya apabila diamati jangan salahkan aku!"     

"Siapapun cepatlah ke belakang rumah tolong aku cepat selamatkan istriku!" teriak Dicky.     

Setelah beberapa kali teriak sepertinya teriakannya terdengar hingga depan rumah atau memang ada seseorang yang berada di sebelah rumah tidak jauh dari tempat mereka bertiga. Sehingga tidak berselang lama orang pun berdatangan menghampiri mereka.     

Sadar bahwa dirinya kini telah ketahuan dan tidak aman banyak orang yang datang apalagi statusnya adalah seorang buronan Dwi pun segera melarikan diri melompat pagar dan pergi entah kemana. Yang jelas dia berusaha menyelamatkan diri dari 4 masa yang mungkin kalap karena perempuan tidak akan seperti itu.     

Rina Axel dan Elizabeth berlari ke belakang melihat carinya yang sudah terluka dan penuh darah dalam pangkuanmu Dicky pantas mereka terkejut namun mata Axel yang memang sangat jeli dan teliti melihat sekelebat bayangan hitam kemudian mengejarnya.     

Pria itu yakin bahwa Chaliya memang diserang oleh seseorang. Sebab, tidak mungkin Dicky melakukan itu.     

"Dicky Bagaimana ini bisa terjadi?" teriak Yulita yang juga turut hadir di acara nikahan Arabella dan Samuel.     

Dicky yang bingung harus bagaimana dan menjawab apa untuk memberi penjelasan kepada Ibu mertuanya hanya diam.     

"Siapapun jangan pegang pisau yang masih menancap dalam tubuhnya biarkan dokter yang menangani atau nanti sidik jari kita yang malah menempel pada pisau itu dan kitalah yang akan menerima tuduhan dari polisi. Lebih baik cepat panggil ambulan," ucap Elizabeth dengan tegas dan lantang. Di tengah-tengah kepanikannya, wanita paruh baya yang memang hebat itu masih bisa berpikir secara jernih dan melakukan apa yang perlu segera dilakukan, dari pada mencemaskan sesuatu yang nantinya malah berakibat fatal bagi Chaliya.     

"Sudah, Mah ambulans dari rumah sakit terdekat sedang perjalanan menuju kemari," jawab Lina.     

Sementara Axel, yang merasa gagal mengejar gadis itu. Setelah merasa kesal dengan dirinya sendiri dan mengumpat seorang diri pula Akhirnya dia pun tersadar bahwa memberi pertolongan pada Chaliya itu yang lebih utama.     

"Bodoh! Lalu, bagaimana tadi, Dicky juga terluka apa tidak? Bagaimana jika keduanya sama-sama terluka?" dengan segera Axel berlari ke tempat kejadian. Di sana, sudah tidak ada lagi siapa-siapa. Selain hanya sisa darah yang sedikit banyak atau mungkin karena tempat itu itu sudah berlantai sehingga darah tidak mengembus tapi mengambang nila menganak sungai.     

Aksar berlari ke depan begitu dia tiba di sana sebuah mobil ambulans pergi meninggalkan rumah ibu tirinya.     

"Kak Axel! Apa yang terjadi sama kak Chaliya?" tanya Arabella ketakutan sampai menangis.     

"Kakak tidak tahu pasti tapi tadi di belakang rumah ada sosok berpakaian serba hitam berlari ketika kakak dan mama Elizabeth menyusul ke belakang."     

"Apakah kakak menangkapnya?" tanya Arabella dengan tatapan penuh harap.     

Tidak tega menghancurkan harapan adik tirinya Axel menunduk dengan lesu Ia pun menggeleng kan kepala.     

"Lalu, Apakah kakak mengenali dan melihat Seperti apa wajah pelakunya laki-laki apa perempuan?"     

Sepertinya kali ini Axel benar-benar harus menghabiskan seluruh harapan Arabella hingga akar. Membiarkan sang adik tiri kecewa dengan kenyataan yang ada.     

"Tidak Arabella. Maafkan kakak yang telah gagal untuk menangkapnya saja bahkan belum sempat hanya saja Jika diperhatikan dari gestur tubuhnya sepertinya dia itu seorang wanita."     

Awalnya arabella masih terlihat tenang dan diam baik-baik saja karena di tempat itu tamu masih banyak karena waktu juga masih belum terlalu petang baru sekitar pukul 8 malam. Jadi, tamu sedang banyak-banyaknya. Tapi, setelah beberapa menit ke depannya sepertinya dia sudah tidak bisa tahan.     

Dia bergegas menyinsingkan gaun pengantinnya yang lebar dan panjang.     

"Arabella Kamu mau kemana?" teriak Samuel dan Livia bersamaan.     

"Aku mau ke rumah sakit mau lihat seperti apa keadaan kakak sekarang aku harus tahu pokoknya," teriak Arabella tidak peduli.     

Samuel berlari mengejar istrinya ingin ikut pergi ke rumah sakit sebab tidak pantas bagi dirinya apabila melarang arabella yang baru saja dia nikahi untuk menemui sosok yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri.     

Tapi untuk ikut menemani ke rumah sakit dia pun juga dilema karena para tamu yang datang untuk menyaksikan hari kebahagiaan mereka sangat banyak. Jika tetap di sini sepertinya lucu pengantin yang kebanyakan dari pihak perempuan datang di kediaman mempelai perempuan malah pengantin perempuan nya nggak ada yang ada malah pengantin prianya kan lucu.     

"Tante, bagaimana ini?" tanya Samuel meminta saran dan persetujuan dari tante Emy.     

Dengan bijaksana wanita paruh baya dengan tubuh yang sedikit berisi itu berkata dengan lemah lembut. Dia adalah istrimu. Saat ini dia sedang panik tidak bisa berpikir jernih karena saudaranya terluka jadi lebih baik kamu dampingi dia untuk membuktikan bahwa kau adalah suami yang baik."     

"Tapi bagaimana dengan para tamu?"     

"Sudahlah itu urusan kami yang penting cepat sesuai istrimu dampingi dia jangan biarkan gadis dengan riasan seperti itu dan dibalut dengan gaun pengantin mengemudikan mobil sendiri. Yang ada dia nanti dikira orang-orang adalah Siti Nurbaya milenial."     

"Baik, Tante terima kasih." Tempat lagi setelah mendapatkan izin dari ibu mertua dan tandanya sebagai wali Ia pun segera bergegas mengejar Arabella.     

"Lihatlah dia benar-benar kaku. Kata-kata aku yang seharusnya cukup lucu dan menghibur pun tidak berhasil untuk membuatnya tersenyum. Apalagi tertawa. Tidak, kan Besan?" ucap tante Emy pada Livia.     

"Tidak apa-apa besan bagaimanapun itu memang karakter yang sudah dimiliki oleh nak Samuel. Tapi, sejauh ini yang kami tahu, nak Samuel adalah sosok pria yang sangat baik dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pasangan.     

"Arabella... Arabella!" teriak Samuel sambil berlari.     

"Samuel Aku tidak mau duduk di pelaminan sedangkan kakak sekarang sedang terluka parah aku harus ke rumah sakit untuk melihat Seperti apa keadaannya sekarang," teriak Arabella berlinangan air mata.     

"Iya sayang aku mengerti aku tidak mengajakmu untuk kembali di pelaminan menemui para tamu tapi sebagai suamimu aku harus memastikan keselamatan dirimu jika memang mau ke rumah sakit menyusul kakak ayo sama aku Kamu jangan sendirian tidak baik seorang wanita mengenakan pakaian pengantin keluar sendirian tanpa ditemani suaminya maupun walinya," jawab Dicky menjelaskan panjang lebar supaya istrinya tidak lagi marah-marah karena salah paham.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.