Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PENUSUKAN DI BELAKANG RUMAH



PENUSUKAN DI BELAKANG RUMAH

0"Arabella... Arabella!" teriak Samuel sambil berlari.     

"Samuel Aku tidak mau duduk di pelaminan sedangkan kakak sekarang sedang terluka parah aku harus ke rumah sakit untuk melihat Seperti apa keadaannya sekarang," teriak Arabella berlinangan air mata.     

"Iya sayang aku mengerti aku tidak mengajakmu untuk kembali di pelaminan menemui para tamu tapi sebagai suamimu aku harus memastikan keselamatan dirimu jika memang mau ke rumah sakit menyusul kakak ayo sama aku Kamu jangan sendirian tidak baik seorang wanita mengenakan pakaian pengantin keluar sendirian tanpa ditemani suaminya maupun walinya," jawab Dicky menjelaskan panjang lebar supaya istrinya tidak lagi marah-marah karena salah paham.     

"Samuel!" Hanya itu satu kata yang bisa terucap dari arabella ia menangis karena terharu kemudian menghampiri suaminya dan memeluknya erat.     

"Pakai mobilku saja ya aku akan menyupir."     

"Terima kasih banyak ya sudah mau mengerti aku."     

Samuel hanya tersenyum dan mengangguk pelan.     

***     

Di luar instalasi gawat darurat, Dicky, pak Rafi, Yulita dan Elizbath sama-sama panik. Mereka semua berdoa dan berharap supaya kalian baik-baik saja.     

Terlebih Yulita. Sudah lama sekali Dia kehilangan putrinya dan kini putrinya kembali belum lama menemukan sosok putrinya karena baru ada keberanian baginya untuk mengakui bahwa dirinya adalah Alea, dia malah terusuk parah.     

Sedih, khawatir, dan takut kehilangan kembali jelas, sudah pasti wanita itu rasakan hanya saja bagaimanapun ia menahan diri supaya tidak meracau dan mengungkapkan apa yang dia rasakan sekarang atau jika tidak dia akan benar-benar kehilangan putrinya untuk selama-lamanya karena kasus yang dilakukan oleh putrinya dulu sangat berat bahkan dia juga, terancam hukuman mati.     

"Kak Dicky Bagaimana keadaan Kak Chaliya?" teriak Arabella masih mengenakan pakaian pengantin.     

Semua orang menoleh. Di belakang Arabella juga ada Samuel, yang juga sama-sama mengenakan jas pengantin yang senada dengan warna gaun yang dikenakan oleh Arabella.     

"Arabella Samuel Kenapa kalian berada di sini?" tanya Elizabeth, bingung.     

"Iya, Ma. Aku tidak bisa tenang di sana menikmati pesta sendiri di sana. sedangkan, salah satu fauna dara ku ada yang terluka."     

"Kamu tenang ya kita doakan supaya dia baik-baik saja," ucap Yulita. Yang juga terharu dengan kedatangan sepasang pengantin yang ia hadiri barusan.     

'Alea, Sayang. Lihatlah! Ada lebih dari 5 orang datang ke sini berharap supaya kau baik-baik saja. Bertahan, ya Nak. Kuatkan dirimu melawan rasa sakit ini, supaya kamu bisa melewati rasa sakit yang sekarang kau alami apakah kau tega melihat kami yang datang disini kecewa?' batin Yulita. Pandangan matanya tidak lepas dari Lampung menunggu dokter atau perawat yang menangani putrinya segera keluar dengan membawa berita baik.     

Sementara sejak tadi Dicky hanya diam membisu. Lelah dengan keadaan pria itu pun berdiri dan beranjak pergi berpamitan kepada Raffi dan Yulita, "Ayah, Ibu aku akan ke kantor polisi," ucapannya. Kemudian langsung pergi begitu saja tanpa menunggu persetujuan dari dua orang tersebut.     

Sesampainya di kantor polisi dan menemui komandannya, Dicky berkata dengan tegas dan ada yang begitu mendalam.     

"Komandan, Bagaimana ini bukankah ini penjara yang terkenal sangat ketat penjagaannya? Tapi kenapa kalian bisa kecolongan begitu lama? Dwi tahanan di lapas ini mengatakan pada saya bahwa dia sudah berkeliaran dan mengawasi kehidupanku bersama istri lebih dari 2 bulan. Bagaimana ini bisa terjadi?"     

Dicky benar-benar menunjukkan rasa kecewanya. Kemudian pandangannya tertuju pada sosok berbadan kurus tinggi tegap dan atletis yang berdiri di ujung ruangan. Diki menatap wajah polisi tersebut sambil tersenyum sinis lalu kemudian berkata pada sang komandan.     

"Mohon maaf karena kelalaian kami Tuan, Dicky. Kami berjanji akan melakukan pencarian lebih maksimal lagi," kecap komandan tersebut bersungguh-sungguh dan merasa malu kepada Dicky.     

"Baiklah, saya akan memberi kesempatan satu kali lagi tapi bolehkah saya melihat daftar para polisi yang bertugas di sini siapa saja?" Ucap Dicky Setelah dia menatap tajam kearah yang nampak sedikit gentar karena menakutkan sesuatu.     

"Iya Tuan, Saya akan tunjukkan pada anda," ucap komandan itu kemudian mengambil sebuah buku besar daftar nama para polisi tugasnya dan sekaligus tangkap yang sudah diraih.     

Setelah membolak-balik buku yang lumayan tebal tersebut akhirnya apa yang dicari oleh Dicky pun akhirnya ketemu.     

Di sana muncul wajah pria yang berdiri di sudut ruangan itu berbadan kecil virus rahangnya kokoh dan tubuhnya atletis dia bernama Bobi. Yang akrab dengan sapaan Bob.     

Terima kasih Pak komandan ucap pria itu kemudian pergi begitu saja tanpa melakukan sesuatu yang mencurigakan.     

***     

Sementara di rumah sakit, dokter yang menangani Chaliya sudah keluar.     

Buru-buru semua orang yang sudah menantikan dokter tersebut keluar dan menanyakan bagaimana keadaan pasien yang dia tangani.     

"Lukanya memang parah dan cukup dalam pasien mengalami kehilangan banyak darah dan juga menerima banyak jahitan. Tapi tidak apa-apa itu tidak membahayakan karena persiapan Wisnu tidak mengenai organ vitalnya," jawab dokter itu panjang lebar seketika semua orang berseru, mengucap puji syukur pada Tuhan yang masih melindungi Chaliya.     

"Apakah tapi sudah diperbolehkan masuk untuk melihatnya, Dok?" tanya Yulita yang sejak tadi tidak bisa berhenti meminta pada Tuhannya supaya anak semata wayangnya tidak mengalami cedera yang parah dan baik-baik saja.     

"Iya boleh tapi hanya satu orang saja tidak bisa lebih," jawab sang dokter.     

Seketika mereka pun kecewa apabila yang boleh masuk hanya satu orang dan itupun waktu yang diberikan tidak lebih dari setengah jam saja karena pasien harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu banyak bicara.     

Meskipun sangat ingin Juli kita harus mengendalikan diri atau keselamatan putrinya yang jadi ancaman. Jujur sebagai seorang ibu Dia sangat ingin masuk ke ruang instalasi gawat darurat. Hanya saja sebagai orang yang terlihat jarang berkomunikasi dengan tali A dan hubungannya masih samar tidak terlihat dekat dia tidak berani berkata dan berbuat apa-apa.     

Beruntung Elisabeth tahu bahwa Chaliya sudah mengatakan pada kedua orang tuanya siapa dirinya sebenarnya jadi, dia pun berkata, "Ibu Julita akhir-akhir ini Chaliya sering datang ke panti untuk menjadi seorang relawan di sana, kan? Kau pasti akan sangat sedih karena suaminya belum datang lebih baik anda saja yang masuk ke IGD lebih dulu tidak perlu dilakukan kami kelak Jika dia sudah benar-benar pulih dari keadaannya kami juga akan memiliki kesempatan yang sama untuk bisa ngobrol lambat dengan Chaliya," ucap Elizabeth.     

"Ba... Baik, Nyonya," jawab Yulita. Tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam ruang IGD.     

Setelah Yulita masuk ke dalam ruang IGD Elisabeth tersenyum tipis karena dia berhasil membuat ibu dan anak bersama dalam keadaan seperti ini, tanpa mengundang rasa curiga pada siapapun termasuk Putranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.