Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MEMELIHARA PSIKOPAT



MEMELIHARA PSIKOPAT

0"rupanya apapun yang ingin aku katakan ke kamu tidak perlu aku mengatakannya kau sudah tahu dengan sendirinya kau memiliki kecerdasan yang sangat tinggi Dicky pantas, Chaliya lebih memilih kamu daripada aku," canda Axel.     

Axel dan Dicky pun akhirnya sama-sama tertawa.     

"Pertanyaanmu bukan seperti seorang intelijen yang menanyai kliennya tapi lebih cenderung pada orang yang kepo dengan urusan orang lain, Axel."     

"Ya kan aku penasaran ingin tahu. Apakah tidak boleh biar aku lebih semangat untuk melakukan pencarian informasi terkait polisi tersebut dan juga segera menemukan Dwi untuk ditangkap dan diadili."     

"Yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ku memasukkan obat perangsang pada minuman ku dan menggunakan parfum pemikat sehingga aku tidak sadar dan melakukan sesuatu yang terlarang padanya dan itu pun diketahui oleh Chaliya, yang tiba-tiba pulang karena ada barangnya yang tertinggal.     

Aku ingin segera melaporkan diri ke polisi Tapi semua juga harus disertai barang bukti kan jadi aku meminta supaya Christie mencari bukti tersebut di dalam kamar Dwi.     

Tapi, kartu yang malang, ketangkap basah memegang benda pribadi milik Dwi yang digunakan untuk mengerjai ku tanpa banyak bicara Dwi langsung menembus kepalanya hingga terpisah dari jasadnya."     

"Malang juga nasib kamu, Dicky. Tanpa kau sadari kau telah memelihara seorang psikopat."     

"Lagipula siapa yang tahu Axel? Bukankah seorang psikopat tidak bisa di deteksi kecuali kita benar-benar tahu seperti apa karakter dia dan apa saja yang dilakukan di belakang kita. Jika memang psikopat ada ciri-cirinya seperti kofit pasti aku juga tidak akan memelihara dia cukup penolong dan membiarkan dia hidup di jalanan menentukan hidupnya sendiri. Walaupun aku tidak menjamin dengan cara itu bisa membuat aku aman, setidaknya aku tidak memberi celah dan kesempatan supaya dia jatuh cinta dan mengagumi diriku yang rupawan ini."     

Atau tertawa lantang tidak ingat bahwa dia datang ke rumah sakit untuk memberi pertolongan pada mantannya yang tengah terluka parah akibat tusukan titik di sini dia malah ketawa terbahak seolah-olah tidak ada masalah ke rumah sakit hanyalah melakukan rekreasi. Walaupun sebenarnya tidak pantas sekali seperti itu.     

"Ya sudah kalau begitu. Ayo, kita kembali. Siapa tahu Chaliya sudah terjaga kembali."     

***     

Dwi berlari ke tengah hutan. Dengan napas yang sudah terlalu lelah karena terlalu jauh dia berlari Ia pun langsung menghempaskan tubuhnya di atas tanah yang penuh dengan dedaunan kering dari pohon-pohon besar sekitar hutan itu yang berjatuhan dia terlentang dan mengambil nafas.     

"Gila! Siapa orang yang mengejarku itu? Hebat sekali, dia! Sepertinya untuk menghancurkan gigi dan cantiknya bukanlah hal yang mudah karena dikelilingi oleh orang-orang yang berkemampuan. Apalagi, Tuan. Aaaah. Aku benar-benar lelah dan haus. Tapi, tidak ada yang bisa aku minum. Satu-satunya cara supaya aku bisa minum adalah harus masuk lebih dalam lagi ke dasar hutan siapa tahu di sana aku bisa menemukan sungai atau sumber mata air lainnya," gumam Dwi kemudian berusaha bangkit dan berjalan masuk ke dalam hutan yang lebih dalam untuk mendapatkan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa dahaga nya.     

Sudah satu bulan dia tinggal di dalam hutan dan tidak tetap pada satu tempat itu saja dia berpindah-pindah karena takut keberadaannya dapat diketahui oleh orang lain. Karena menyamar menjadi gelandangan sepertinya bukanlah cara yang tepat dan tidak menjamin dirinya bisa selamat.     

Setelah beberapa kilo menyusuri hutan akhirnya Dwi menemukan sebuah sumber mata air dia minum di sana hingga puas dan mencuci mukanya yang terasa panas dan gerah.     

Setelah puas minum Dwi bersandar di bawah pohon besar sambil berpikir dan mengatur rencana Apa selanjutnya yang akan dia lakukan supaya bisa membunuh Dicky dan membiarkan hidup Chaliya menjadi segan dan mati tak mau.     

Walaupun tidak mengetahui masalah Chaliya secara keseluruhan, Dwi juga tahu bahwa gadis itu adalah sosok yang sangat susah jatuh cinta mencintai tuan yang saja karena wajah tuannya sangat mirip dengan tunangannya yang sudah mati.     

Dan dari informasi yang beredar di kalangan anak buah Dicky, Chaliya tidak langsung menerima lamaran Dicky. Melainkan Dicky masih harus menunggu cukup lama. Sekitar satu tahun setengah, perjalanan hati Chaliya mulai luluh dan setelah di dekati selama dua tahun, barulah keduanya menikah.     

Dwi tersenyum seorang diri kemudian kembali Dia bergumam, "Sungguh, tidak dapat dibayangkan Bagaimana jika kamu mengetahui tiki mati di depanmu atau langsung melihat mayat yang saja. Pasti hidupmu akan hancur Chaliya. Selamat untuk saat ini mungkin kau masih bahagia walaupun merasakan sedikit sakit akibat pisau yang menancap pada punggung mu, setidaknya dengan begini kau mendapatkan perhatian yang ekstra dari orang-orang sekitarmu termasuk Dicky yang sebenarnya adalah milikku. Tapi, setelah ini, aku pastikan, kau akan menjadi penghuni tetap rumah sakit.     

****     

Seperti biasa, setelah Dwi pergi dari rumahnya, Bob tidak lagi menyukai jam pulang titik karena apabila dia di rumah dia terus saja terbayang-bayang akan gadis yang beberapa pekan ini menjadi teman hidup dan pemuas hasrat seksualnya.     

Tapi, tidak pulang juga ngapain di sini terus? Walaupun ada kasur. Tapi, fasilitas dan kenyamanan tidak akan sama dengan di rumah. Namun berada di rumah rasanya Dia sangat galau dan hampir gila saja.     

"Bob, kuperhatikan beberapa hari ini Kamu sepertinya tidak sedang baik-baik saja. Kenapa? Apakah kau ada masalah?" tanya sesama polisi dengan pangkat AKP. Roy.     

Bob tersenyum tipis, dan berkata, " Aku tidak apa-apa. Hanya merasa sedikit tidak enak badan saja, kok. Ya sudah, ayo kita pulang!" ujar Bob yang sudah mencangklong ranselnya pada sebelah pundaknya.     

"Jadi, kau merasa tidak enak badan? Apakah perlu aku mengantarkan kamu untuk pulang?"     

"Roy aku hanya sedikit tidak enak badan saja jadi tidak perlu khawatir aku baik-baik saja aku akan pulang dan segera istirahat, setelah tiba di rumah," ucapku sambil tersenyum dan menepuk pundak Roy untuk meyakinkan temannya bahwa dirinya tidak apa-apa. Minimal, menunjukkan bahwa dirinya tidak seburuk yang dia pikirkan.     

"Oke, Ya sudah kalau pulang lah dengan hati-hati jika menemui masalah kabari aku."     

Bob hanya tersenyum dan memberikan hormat pada teman satu angkatannya itu dan beranjak meninggalkan tempat tersebut.     

Benar saja, Setelah tiba di rumah bos seperti orang yang kebingungan tidak tahu harus melakukan apa keluar masuk kamar ke dapur ke ruang tamu begitu saja terus.     

Padahal, rencananya dia langsung berbaring dan tidur sejenak untuk melepaskan penat rasa lelah di badan dan juga pikirannya supaya tidak terus-menerus memikirkan Dwi yang membuatnya menjadi setengah gila. Tapi nyatanya yang ada malah kebalikannya walaupun dia sempat berbaring dan sekedar memejamkan mata dia kembali bangkit dan bingung sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.