Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KELUAR DARI RUMAH SAKIT



KELUAR DARI RUMAH SAKIT

0Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, ini dia pun sudah diperbolehkan pulang dengan catatan supaya banyak istirahat tidak terlalu banyak bergerak jika memang tidak mendesak.     

Selama Chaliya berada di rumah sakit, Yulita setiap hari terus menjenguk dan bahkan meminta giliran menjaga di rumah sakit. Jadi, ketika tahu kalau Chaliya sudah diperbolehkan pulang siang nanti, dengan cepat, Yulita meminta agar Chaliya tinggal di rumahnya saja.     

Rupanya tidak hanya Yulita yang menginginkan agar Chaliya tinggal di kediamannya supaya bisa merawat gadis itu. Tapi, Livia pun juga memiliki keinginan yang sama pula.     

"Dicky apabila pulang ke Bandung kan kejauhan Bagaimana jika tinggal di rumah Ibu saja ibu kan juga tidak ada pekerjaan di rumah jadi bisa membantumu merawat Chaliya dengan baik apabila kamu bekerja," ucap Livia dan Yulita bersamaan.     

Yulita dan Livia saling pandang. Mereka saling tatap dengan canggung. Bahkan, begitu pun dengan Chaliya dan Dicky. Mereka berdua jadi salah tingkah tidak tahu harus memilih yang mana untuk dijadikan tempat tinggal semuanya sama-sama baik dan memiliki niat dan keinginan kuat supaya bisa merawat dirinya.     

Jika memilih salah satu pasti salah satu dari mereka ada yang akan kecewa. Itulah masalahnya, dia tidak ingin membuat sosok yang sudah menganggap dirinya seperti putri yang sendiri merasa kecewa karena ditolak, apalagi jika sampai mengecewakan ibu kandungnya yang sudah lama sekali merindukan dirinya.     

"Oh, jadi bagaimana, Chaliya? Kau ikut ibu, atau ibu Yulita?" tanya Livia.     

"Nggak apa-apa Bu biar saya dan Dicky kembali ke Bandung saja. Kalian tidak perlu khawatir di sana ada orang yang akan merawat dan menjaga aku secara khusus," jawab Chaliya.     

"Apakah tidak apa-apa perjalanan jauh dari sini ke Bandung?" tanya Yulita, menunjukkan sifat keibuan nya dan rasa khawatir nya yang cukup berlebihan.     

"Nggak apa-apa kok Bu kita kan naik mobil nanti biar di modif dulu, supaya bagian belakang mobil berubah jadi tempat tidur. Jadi, selama perjalanan dari Jakarta ke Bandung aku tidak akan merasa lelah dan capek karena nyaman bisa berbaring," jawab Chaliya sambil tersenyum, agar2 wanita yang menganggap 2 wanita yang ingin menjadi ibunya itu tidak merasa khawatir.     

"Memodif seperti yang banyak di iklankan di sosial media seperti itu? Apakah tidak memakan waktu lama, Dicky?" tanya Yulita.     

"Tidak kok Bu salah satu temanku memiliki mobil seperti itu yang biasa disewakan. Jadi Aku menggunakan mobil tersebut betulan dia juga mau ke Bandung, katanya. Jadi, biar kami tuker mobil saja demi kenyamanan Chaliya," jawab Dicky.     

"Oh, ha sudah kalau begitu. Kami berdua titip Chaliya, ya? Tolong jaga dia baik-baik demi kami," ucap Yulita.     

Wajar saja Livia bersikap seolah tidak mau kalah dalam memberi perhatian kepada Alea titik karena dia merasa bahwa Allah lebih dulu mengenal dirinya sebelum dia. Karena yang dia tahu dia adalah sosok Chaliya gadis berasal dari negeri gajah putih dan datang ke Indonesia karena ajakan mendiang putranya. Sama seperti orang lain dia pun beranggapan bahwa dia dan suaminya ke adalah orang baru bagi kali ya seandainya tahu bahwa dia adalah Alya Putri nya pasti dia akan lebih berhati-hati karena tidak mau menyinggung orang tua kandung dari wanita tersebut.     

" Pasti, ibu. Saya pasti akan menjaganya dengan baik Jadi kalian berdua tidak perlu khawatir percayalah pada saya."     

***     

Demi menenangkan hati kedua ibu itu Dicky meminta dua orang anak buahnya untuk ke rumah sakit dengan membawa mobil travel di mana di belakangnya sudah dirubah menyerupai kamar hotel mini yang sedang viral di media sosial ini.     

Karena ingin terus menemani sang istri di belakang maka dia meminta salah satu dari mereka untuk mengemudikan mobil. Dan, yang satunya membawa mobil pribadinya.     

"Kamu cepat sembuh ya biar bisa segera main-main ke Jakarta lihatlah sekarang dua wanita itu begitu sangat menyayangimu ingin selalu berada didekatmu dan memberikan perawatan khusus untuk ketikan tahu kau sedang sakit seperti ini."     

"Iya aku tahu. Tapi coba lihat setiap kali bersama tante Livia Apakah kau tidak merasa bahwa dia selalu memperlakukan dirimu seperti mendiang putranya?" tanya Chaliya sambil menatap wajah suaminya yang duduk di sebelahnya. Sementara dirinya masih saja tetap berbaring padahal lukanya sakit tapi terus duduk juga punggungnya pegal.     

"Iya tapi aku tidak masalah mau di anggap aku ini Diki ataupun Andra putra kandung yang sudah lama meninggal tidak apa-apa aku hanya merasakan ketulusan yang diberikan kepadanya untukku. Entah itu palsu atau semu, setidaknya dengan begini aku bisa merasakan seperti apa kasih sayang seorang ibu terhadap putranya. Kenapa ya aku kok berasa kalau Tante Olivia itu benar-benar menganggap aku seperti putranya bukan lantaran karena aku mirip dengan Dicky. Walaupun awalnya memang begitu.     

"Memang iya aku rasa juga demikian. Awalnya memang karena kan memiliki wajah seperti putranya yang sudah meninggal. kedua arabella meskipun sadar siapa dirimu dia tetap saja bermanja dan kau meladeninya. Lalu, selanjutnya, kok menunjukkan sukacitamu terhadap perlakuan yang diberikan oleh tante Livia. Ya sudah jadi dia seperti merasa, bahwa dia dapat menemukan kembali putranya."     

"Jujur sayang selama hidupku hingga saat ini berusia tiga puluh empat tahun, baru kali ini aku merasakan seperti apa itu rasanya bahagia."     

Chaliya memandang suaminya dengan serius sebenarnya ia tahu apa maksud yang disebut bahagia itu hanya saja suaminya takut bahwa dirinya tidak akan paham jadi dengan cepat dan sedikit tergagap bikin menjelaskan ulang.     

"Kamu jangan salah paham selama ini aku cukup bahagia dan tidak menderita maksudnya bukan bahagia yang seperti itu. Tapi,... "     

"Iya aku tahu udah nggak usah dijabarin!" Jawab Chaliya.     

Dicky pun tersenyum.     

***     

Karena beberapa hari ini disebutkan dengan urusan keluarga, Elizabeth baru sempat sekarang menjenguk Chaliya lagi ke rumah sakit.     

Seperti biasa wanita paruh baya itu tidak pernah mengetuk pintu terlebih dahulu ketika hendak masuk ke bangsal Chaliya. Karena dia tahu, setiap kali dia datang untuk menjenguknya kamar inap wanita itu tidak pernah sepi. Karena yang menjaga tidak hanya Dicky saja. Ada Livia yang menyayangi dirinya seperti menyayangi putrinya sendiri, dan Yulita yang sudah tahu, siapa Chaliya sebenarnya.     

"Selamat siang, Chaliya! Maaf, Tante baru sempat menjenguk kamu," ucapan kita membuka pintu dan melihat ke dalam.     

Kamar rawat VIP tersebut sepi tak berpenghuni bahkan barang-barang di atas nakas pun juga sepertinya sudah rapi bersih.     

'Loh kemana mereka, ya? Masa sih sudah pulang kok tidak ngabarin aku?' batin Elizabeth. Jadi, dia hanya berfikir kalau Dicky dan salah satu wanita yang ingin menjadi ibu Chaliya itu hanya keluar mengajak Chaliya jalan- jalan supaya tidak bosan di kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.