Cinta seorang gadis psycopath(21+)

DALAM RUANGAN



DALAM RUANGAN

0Seketika suasana ruangan tersebut pun menjadi hening. Dua insan yang tadi nyaris terlibat dalam pertengkaran kini semua hanya diam. Yang terdengar hanya suara petikan keyboard pc mereka berdua. Di sela-sela kesibukannya, Alea merasakan getaran dari benda pipih yang ia letakkan di saku rok span yang ia kenaka. Diperhatikannya keadaan sekitar, terutama atasannya yang berada dalam satu ruangan dengannya. Setelah memastikan kalau pria itu hanya fokus dengan layar monitornya, secara diam-diam Alea pun membuka isi pesan tersebut.     

ANDRA: "Kamu sakit apa sebenarnya? Maafin aku, ya?"     

ALEA: "Aku tidak apa-apa, Ndra. Kamu tidak perlu berlebihan seperti itu, oke?" balas gadis itu dengan menyisipkan emot tersenyum.     

ANDRA: "Lea, maaf jika pertanyaanku ini terlalu lancang. Apa sih sebenarnya hubungan antara kamu dan pak Max? Kenapa begitu terdengar sangat akra?"     

Tanpa pikir panjang, Alea mengatakan hubungan anatara dia dan Max yang sebenarnya. Mungkin efek dari kasmaran, sudah jadi rahasia umum, wanita yang tengah jatuh cinta dan cintanya terbalas, apalagi pria yang dicintai itu yang lebih dulu mengatakan padanya, pasti bawaannya ingin mengumumkan itu agar seluruh dunia tahu, kalau mereka berdua saling mencintai dan ingin saling memiliki.     

"Oh, itu? Kami sebenarnya dalam masa PDKT, Ndra?" tulis Alea dengan emot tertawa.     

Alea mungkin saat ini sangat bahagia, bisa memberi tahu teman terbaiknya, melihat seperti apa orang yang suka padanya cemburu. Tapi, lain halnya dengan Andra yang merasakan patah hati. Balasan terakhir dari Alea terasa bagai petir yang menyambar tubuhnya di siang bolong saja.     

'Jadi benar dugaanku selama ini?' batin Andra. Ia diam sejenak, pikirannya melayang entah ke mana. Tapi, setelah dipikir lagi, Andra sadar, selama ini dia tidak pernah berterus terang pada Alea atas perasaannya. Wajar saja jika Alea tidak tahu. Ingin menyatakan cinta setelah kembali dari pasar Expo kala itu, dia malah minder duluan dengan keadaan rumah yang gadis itu miliki yang sepertinya memang berasal dari keluarga berada.     

Ponsel yang tadi Andra masukkan ke dalam laci meja kerjanya, kembali ia raih. Ia sudah berjanji akan menjadi orang yang selalu ada untuk Alea dalam keadaan apapun, terutama di saat ia butuh dan terjatuh. Dengan berat dan tangan gemetar, Andra mengirim pesan balasan pada teman baiknya itu yang sepertinya sebentar lagi akan dimiliki oleh orang lain.     

"Oh, benar, kah? Aku ikut senag atas dirimu, selamat ya? Jangan lupa undangannya, ya?" tulisanya. Tak lupa, ia berikan emot tersenyum pada di akhir kalimat sebelum ia mengirimkannya.     

Baru saja Alea hendak menulikan ucapan terimakasih Max langsung memanggil Namanya, "Alea!"     

Seketika gadis itu pun melemparkan benda pipih dalam genggamannya dan memasang posisi duduk tegap menghadap kea rah Max yang tiba-tiba saja memanggil Namanya dengan suara yang cukup lantang. "Iya, Pak?"     

"Kamu percaya, tidak kalau aku serius sama kamu? Jadi, mau berapa lama kamu akan mengujiku?" ucap pria itu dengan intonasi yang berbeda, kali ini lebih lembut.     

'Oh, pria ini? Benar-benar seperti roler corter. Paling pinter membuat sport jantung seseorang,' batin Alea.     

"Bagaimana?" tanya pria itu lagi meyakinkan.     

"Saya juga perlu mempertimbangkan berbagai hal, dan tidak bisa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa, Pak. Tolong mengerti saya," ucap Alea dengan ekspresi melas.     

"Baiklah, aku akan mengerti. Tapi, apa hubunganmu dengan Andra sebenarnya?" Rupanya Max cukup penasaran juga melihat kedekatan anatara Alea dan Andra.     

Akea tersenyum tipis, kemudian ia menjawab dengan jujur pada pria Blasteran berdarah Inonesia-Jerman tersebut. "Hubungan kami berdua tidak lebih dari seorang teman saja, Pak. Tapi, karea kami berteman sudah lama berteman, jadi ya dekat lah."     

"Baiklah kalau begitu. Kapan kau akan memberi jawaban atas perasaanku?"     

"Tok… tok… tok!" Baru saja Axel bertanya demikian, pintu di luar ruangannya sudah ada yang mengetuk sebanyak tiga kali.     

"Ck, siapa, sih?" umpat Axel dengan kesal. Sementara Alea malah tersenyum geli sekaligus senang. "Masuk!" jawabnya dengan nada yang dingin khas dirinya.     

"Permisi, Pak. Ini ada proposal pengajuan Kerjasama dari perusaan Tecno. Sudah saya pelajari. Namun ada beberapa syarat yang sepertinya sedikit ambigu. Jadi, lebih baik and abaca saja dulu isi perjanjian tersebut," ucap seorang wanita dengan pakaian serba mini dan sexy menampakkan setiap lekukkan pada tubuhnya.     

"Oh, iya Lis. Letakkan saja di atas meja. Nanti akan coba kulihat," jawab Max.     

Sementara, gadis bernama Lisa tersebut pun langsung keluar meninggalkan ruangan 3x4 yang hanya dihuni oleh dua orang saja. Kabarnya sih, di dalam sana juga ada tempat tidur serta kamar mandi juga.     

"Saya mau memfotocoy beberapa berkas dulu, pak?" ucap Alea berpamitan," ucap Alea sambil membawa beberapa lembar kertas.     

"Kenapa kamu tidak meminta tolong karyawan magang atau OB saja, Alea?"     

"Tidak usah, sambil melatih diri untuk berjalan, Pak," jawab gadis tersebut kemudian lenyap dari pandangan Axel Maxmiliam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.