Cinta seorang gadis psycopath(21+)

SIAPA ALEA?



SIAPA ALEA?

0Max mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, "Om kemana, Tante?" tanyanya karena sudah merasa kenal walau hanya sekali berjumpa.     

"Ada, dia sedang tidak enak badan," jawab Yulita singkat. Membuat Axel jadi bingung, dan akhirnya memilih diam.     

"Kamu mau duduk dulu di sini, apa langsung ke kamar, Alea?"     

"Ke kamar saja,Bu."     

"Nak Axel, bisa minta tolong antar Alea ke kamarnya? Tante siapkan dulu makan siang untuk kalian," ucap Yulita dengan ekspresi yang susah dijelaskan.     

"Bisa Tante," jawab pria itu, antusias langsung berdiri dari duduknya menuntun Alea perlahan ke kamar.     

Sekitar 30 menit Yulita masuk kamar Alea mengajak Alea dan Axel untuk makan siang bersama.     

Di sana juga ada Rafi, duduk di kursi dengan piring di depannya.     

"Alea, kamu sudah sehat, Nak?" tanyanya, sedikit ragu, tapi binar matanya tidak dapat membohongi kalau dia benar-benar bahagia melihat putrinya sudah baikan. Walau, muka depresi masih kental ketara di setiap gerak geriknya. Termasuk tatapannya yang kosong meski memandang ke arah Alea.     

"Iya, Ayah. Alea sudah sehat, Ayah juga cepat sehat ya?"     

Tidak ada jawaban dari Rafi selain anggukan seperi anak kecil yang penurut karena takut. Kembali Rafi menunduk menghabiskan sarapannya dengan sedikit tergesa-gesa sampai nasinya berantakan di meja dan mengotori baju serta celana yang dikenakannya.     

Melihat perubahan drastis dari om Rafi, Axel kemabli teringat akan Andrea penulis psycopath.     

'Om Rafi berubah drastis, bahkan tidak menyapaku, biasanya kami akrab mengobrolkan bisnis. Ada apa ini?'     

"Xel, ayo dimakan, keburu dingin nanti!" seru Alea ketika melihat Axel nampak melamun.     

Axel tersenyum sambil berusaha merilex kan pikirannya yang hampir kacau. "Iya, Alea."     

Sebuah panggilan Watsap berdering di ponsel Alea, kebetulan berada di atas meja, tanpa sengaja Max melirik, terlihat foto profil dari pnenelfon, seorang gadis bersmbut ikal, mengenakan mini dress biru.     

"Wulan?" lirih Max, meraba layar sentuhnya mencari kontak wa Wulan, ternyata profil yang digunakan juga sama, "Apakah keduanya saling kenal? Lalu, hubungan mereka apa?" Pikir Axel, karena ia tidak sempat melihat nama kontak itu. Karena dengan cepat Alea meraih benda pipih tersebut dari atas meja. Seperti ia masih merahasiakan identitas dirinya sebagai penulis.     

Alea mematikan panggilan, lalu memohon diri untuk kembali ke kamarnya, "Alea ke kamar dulu, ya."     

"Aku antar, Alea," ucap Axel menawarkan diri.     

"Baiklah," jawab Alea. Mau menolak, tapi dia menyukai saat-saat ketika dekat dengan pria itu.     

Sementara Yulita dan Rafi memandang keduanya sampai di ambang pintu kamar Alea.     

"Kau lihat seperti apa mereka, Mas?" ucap Yulita berusaha mengajak suaminya ngobrol meskipun kondisi mental dan kejiwaannya tidaklah normal.     

Rafi mengangguk cepat sampai beberapa kali tanpa berkata sepatah pun.     

"Kau cepatlah sehat ya, Mas. Jika mereka berjodoh, kita bisa mengadakan pesta megah untuk pernikahan mereka," ucap Yulita sambil tersenyum penuh harap.     

Rafi hanya diam. Entah, pikirannya pergi ke mana. Sesaat kemudian, tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya beberapa kali dan menampari wajahnya sendiri hingga meninggalkan bekas memar.     

Mengetahui akan hal itu, dengan segera . Sebab, Yulita merasa kalau Axel sudah merasa ada yang aneh dan tidak beres dengan suaminya.     

Di kamar Alea tanpa sengaja Max mnjatukan sebuah buku, diambilnya buku itu, ternyata sebuah Novel.     

"Suka baca, ya?"     

"Iya, aku punya banyak koleksi karya dari beberapa penulis terbaik, walau tidak seterkenal Tereliye dan Asma Nadia," jawab gadis itu.     

"Oh, ya? Kutu buku juga, ya? Kukira hanya memainkan game pada laptop yang selalu kau bawa saja, timpal Axel tersenyum."     

"Aku tidak suka bermain game. Sebenarnya itu aku menulis," Jawab Alea keceplosan.     

"Menulis apa?" tanya Max sedekit terkejut. Apalagi dengan telfon masuk dengan profil foto Wulan, yang bekerja sebagai editor tetap di salah satu penerbit.     

"Menulis diary, haha," jawab Alea mengantisipasi.     

Max membaca judul dan penulis yang tertera dalam cover buku itu,BROKEN HOME. ANDREA S.     

"Alea, aku pergi dulu, tadi ada janji dengan temanku,"     

"Iya, Pak. Terimakasih atas semuanya,"     

"Untuk besok kamu tidak perlu buru-buru masuk kerja dulu, beristirahatlah di rumah!" seru Axel, lalu pergi.     

Max merasa janggal atas apa yang terjadi pada ayah Alea, bahkan sempat ia berfikir ada kaitannya antara Alea dan Andrea S penulis psycopath yang Wulan ceritakan beberapa hari yang lalu.     

"Stop Max, dia hanya penikmat karya Andrea S, dan kebetulan sama-sama hoby menulis," gumam Maxmiliam seorang diri. Karena, ia tidak yakin kalau Alea hanya menulis diary saja.     

Sesampainya di rumah, ia langsung menuju kamar. Pikirannya terasa sangat lelah. Max membuka pintu kamar, di sana ada seorang gadis mengenakan tanktop hitam dan hot pant warna biru terang model sobek sehingga pahanya terekspos jelas berdiri di depan cendela, wajahnya sedikit mendongak, matanya memandang luasnya langit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.