Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MENU SPESIAL UNTUK AYAH



MENU SPESIAL UNTUK AYAH

0Seperti yang sudah Alea janjikan pada sang ayah, ia sudah berada di depan pagar kantor ayahnya dengan rantang susun di tangannya.     

"Ayah!" sapa Alea melihat sang ayah sudah di depannya.     

"Sudah lama menunggu?" tanya pria itu sambil tergopoh berlari dan membukakan pintu.     

"Tidak," gadis itu menggelengkan kepala, berjalan di belakang Rafi.     

"Kita duduk di taman saja ya, Lea." Rafi terus berjalan menggandeng putrinya.     

Sementara Alea hanya membalasnya dengan anggukan.     

Rafi mengajak putrinya duduk di sebuah bangku bercat putih yang tersedia di sana. Sementara Alea membuka bungkusan dalam tas nya memberikan 1 kotak berwarna biru lepada Rafi.     

Dengan senang Rafi menerima kotak itu lalu membukanya, "Wah krengsengan daging dan acar, lengkap dengan nasi? Ayah cicipi, ya!" Dengan segera laki-laki mengambil potongan terkecil lalu melahapnya.     

Alea hanya tersenyum tipis dalam hati ia berkata, 'Mau dimasak apapun aku bisa. Tapi, jika dijadikan makanan yang berkelas, apakah pantas wanita hina perebut suami orang seperti dia? Makanya aku cari yang praktis. Begitu juga baik, daripada aku memintamu memakannya mentah, atau hidup-hidup.'     

"Ini luar biasa enak, Alea." Mata Rafi membulat, "Rupanya, puteri ayah jago masak ya," ucapnya sambil lahab memakan menu yang ada di depannya. Saking nikmatnya, ia melupakan seseorang yang ia khawatirkan, dan tidak memberinya kabar sejak kemarin.     

Sementara Alea mengamati sang ayah yang lahab makan sambil menikmti salad buah sayur yang sengaja ia buat tadi kusus dirinya. Dia merasa eneg jika makan daging. Jadi, memilih beberapa jenis sayur yang bisa dikonsumsi mentah, dan menjadikannya sebagai salad.     

'Pipi, dagu, bibir atas, bibir bawah, lidah,' batin Alea, berusaha menngingat bagian daging yang dimakan Rafi sambil mengunyah makanannya. "enak ayah? Semoga ayah tidak lagi merindukan Intan. Karena kalian sudah bersatu," ucapnya sambil tangannya sibuk merapikan tempat makan. Karena dia dan papanya sudah selesai.     

Rafi tersedak, ia terbatuk-batuk mendengar ucapan Alea, tidak ada pikiran negatif di kepalanya, sebatas kaget saja, "Apakah kamu tahu tentang hubungan ayah dan Intan, Alea?" Kemudian tangannya meraih botol yang tadi sudah Alea sediaka, lalu meminum jus jeruk di dalamnya.     

"Ya tahu lah, makanya aku cari inisiatif menyatukan kalian." Alea masih enggan memandang ke arah ayahnya. Dia sibuk dengan box dan tas bekal di tangannya tadi.     

"Menyatukan bagaimana?" Rafi berkerut kening semakin tidak mengerti atas apa yang Alea ucap. Jelas saja, dia sebagai orang waras dan normal, tidak akan berfikir sampai sejauh itu.     

"Yang Ayah makan itu daging kepala Intan, otaknya bercampur dengan kuah, enak kan? Enak lah... Dan daging yang Ayah makan paling akhir adalah potongan lidah dan bibirnya, bukannya Ayah suka melumat bibir itu saat kalian bersama? Sekarang tak perlu mencari dia, dia yang kau kagumi sudah tertanam dalam dirimu untuk selamanya, selamat kalian sudah bersatu." Alea beranjak hendak melangkah meninggalkan Rafi. Namun langkahnya terhenti.     

"Aku baru ingat, mungkin Ayah perlu tahu ini." Alea gadis cantik berkilit putih dengan ranbut di cat pirang itu mengambil gawai dari dalam tasnya. Ia ingin mempertontonkan sebuah Video. Terlihat jelas di sana Alea membuka Frezer mengeluakan kepala dengan rambut panjang berantakan. Dihadapkan tepat di depan camera, wajah membeku pucat penuh luka, mata sebelahnya hancur. Namun masih bisa dikenali walau sangat jelek dan menyeramkan.     

"Kau akan bersatu dengan ayahku, kusulap kau agar dia tertarik agar selamanya kalian bersama." Nampak Alea tersenyum sinis dalam rekaman amatir itu, sambil menyibak rambut yang menutupi wajah kepala yang dia pegang dan dengan sengaja, gadis itu mengarahkan wajah itu pada kamera.     

Kini yang dilakukan selanjutnya, Alea menyingkirkan kulit kepala Intan, memotong bagian demi bagian daging dari wajah serta mengambil otaknya dengan parang.     

Sementara daging direbus, Alea menyipakan bumbu-bumbu lalu menumisnya.     

Video berdurasi kurang lebih 15menit itu sukses membuat Rafi shock.     

"Intan!" Rafi melotot tak percaya menyaksikan rekaman itu, bahkan ia muntah-muntah saat durasi video sampai pada ales memotongi daginh dan memasaknya.     

Alea kembali tersenyum sinis. Dia puas dengan redaksi yang ayahnya tunjukkan. Dengan anggun dan perlahan, ia melangkah, lalu berbisik pada telinga sang ayah. "Kuka dikeningku ini, akibat perbuatannya. Jadi, dia merasakan kematian yang tidak mudah. Salah satunya, seperti yang kau lihat, mulut sampai pipinya robek. Itu kulakukan saat dia hidup. Matanya juga aku tusuk paku saat dia mencaciku. Setelah benar-benar mati, barulah, kupotong kepalanya, kusimpan pada frezer, sementara tubunya, sudah habis menjadi santapan srigala liar di hutan. Mungkin sekarang sisa tulang-tulangnya saja. Tapi, jangan khawatir, nanti jika sudah kering aku akan membakarnya. Jadi, jangan berfikir kau bisa melaporkan aku ke kantor polisi, oke Ayahku, Sayang."     

Alea tersenyum puas. Kemudian dengan gerakan sopan, mencium punggung tangan ayahnya, wanita itu pergi meninggalkan area kantor. Bagaimana pun, ia juga masih bekerja. Jangan sampai telat. Meskipun ceo-nya tidak akan marah. Dia malas saja jika harus berurusan dengan pria berdarah Jerman dengan nama Axel Maximilam itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.