Laga Eksekutor

Rasa Cemas Sang Istri



Rasa Cemas Sang Istri

0Beberapa petugas keamanan menyerbu masuk dan memandang Yudi yang sedang terkapar di lantai. Mereka sangat terkejut. Mengapa wakil presiden perusahaan itu bisa seperti ini?     

"Siapa? Siapa yang membuat onar?" tanya kepala keamanan dengan keras. Di waktu normal, dia tidak berani menyinggung siapa pun di sini, tetapi sekarang berbeda. Wakil presiden perusahaan dipukuli, jadi ini adalah kesempatan untuk mencari perhatian darinya. Jika dia bisa mengatasi si pembuat onar, mungkin Yudi akan senang dan memberinya banyak imbalan.     

Tidak ada seorang pun di ruangan itu yang berbicara. Di satu sisi, ada Yudi yang merupakan wakil presiden perusahaan, dan di sisi lainnya ada seorang asisten yang baru menjabat beberapa hari, tetapi mereka tahu bahwa orang itu bukan pria sembarangan. Dia bahkan berani melawan wakil presiden.     

Jika ada pegawai yang berani berdiri saat ini, otaknya pasti tidak digunakan dengan baik. Oleh karena itu, semua pegawai di ruangan hanya bisa diam saat mendengar pertanyaan dari kepala keamanan yang sedang berusaha mencari sanjungan dari Yudi itu.     

"Tidak ada yang berbicara? Siapa yang berani melakukan sesuatu kepada Pak Yudi? Bagaimana bisa ada orang seperti itu di Jade International? Benar-benar kurang ajar!" kata kepala penjaga keamanan dengan suara keras.     

Mahesa sedikit mengernyit, lalu berjalan ke arah kepala penjaga keamanan sambil tersenyum, "Akulah yang memukulnya. Ada apa? Apakah kamu masih ingin membela anjing mati ini?" Meskipun dia sudah dipromosikan menjadi asisten direktur, Mahesa sebenarnya baru saja bekerja sepenuhnya di sini selama dua hari, jadi tidak semua orang mengenalnya, dan kepala keamanan adalah salah satunya.     

"Siapa kamu? Kamu berani melakukan itu kepada Pak Yudi? Kamu tidak tahu seberapa hebat dirinya? Apakah menurutmu ini adalah tempat di mana kamu bisa berbuat seenaknya?" Kemudian, kepala penjaga keamanan itu menoleh dan berkata kepada penjaga keamanan lainnya, "Tangkap pembuat onar ini!"     

Pada saat ini, Widya, yang baru saja keluar dari kantor presiden bersama Sukma langsung berbicara, "Hentikan!"     

"Bu Widya?" Kepala keamanan berkata dengan heran, "Bu Widya, Anda datang di saat yang tepat. Pria ini memukul Pak Yudi. Apakah menurut Anda saya harus memukulinya atau mengirimnya ke kantor polisi?"     

"Jika kamu berani melakukan sesuatu padanya, cobalah." Widya berkata dengan dingin.     

"Ini…" Kepala penjaga keamanan itu membeku, tidak mengerti apa maksud Widya.     

Pegawai lain yang hadir di tempat kejadian tiba-tiba mengerti bahwa itu adalah masalah orang dalam. Mendengarkan nada bicara Widya, sepertinya wanita itu berdiri di sisi Mahesa. Ini sangat menarik. Yang satu adalah presiden perusahaan dan yang lainnya adalah wakilnya, dan kini mereka saling melawan. Apakah keduanya ada masalah?     

Namun, meski memang ada masalah antara Widya dan Yudi, mereka tidak akan sampai berkelahi. Mereka semua adalah orang-orang dengan harga diri yang tinggi dan bermartabat. Terlalu berlebihan untuk sengaja menciptakan situasi seperti ini, apalagi melibatkan Mahesa.     

"Apa yang kalian lihat?" Widya melepaskan aura yang kuat dan menatap semua orang, "Apa tidak ada yang bisa kalian lakukan selain menonton kehebohan ini? Aku membayar kalian untuk bekerja bukan untuk menonton pertunjukan."     

Semua orang terkejut dengan aura Widya, dan mereka kembali ke meja mereka satu demi satu, mulai sibuk dengan pekerjaanya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.     

"Kalian, bawa dia ke rumah sakit." Widya menatap beberapa penjaga keamanan.     

"Baik, Bu Widya." Kepala keamanan merasa sangat tertekan. Dia penasaran siapa Mahesa. Bagaimana bisa bos besar mendukungnya? Bukan hanya itu, Mahesa juga membuat kepala keamanan tersebut meninggalkan kesan buruk pada Widya.     

"Mahesa, ikut aku!" bentak Widya.     

"Baik." Mahesa mengangguk dengan acuh tak acuh.     

Widya melangkah ke kantor. Setelah hanya berjalan beberapa langkah, lalu berhenti dan berkata kepada pegawai yang ada di luar ruangannya, "Dengarkan aku, kendalikan mulut kalian dan jangan biarkan hal ini tersebar." Setelah berbicara, dia pergi dengan ekspresi serius.     

Mahesa menaikkan alisnya dengan penuh kemenangan, tetapi setelah itu dia memutar matanya saat melihat Widya yang memarahi para pegawainya.     

Usai Widya masuk ke kantornya, dia menggeser pintu yang rusak. Mahesa tersenyum dan berjalan di depan istrinya, "Istriku yang baik, mengapa kamu mencariku?"     

"Jangan beri aku senyuman menjijikkan itu, ikutlah denganku." Widya memelototinya, lalu berjalan ke sebuah ruangan kecil di kantor.     

Mahesa penasaran. Apakah setiap kantor memiliki ruangan rahasia? Apa yang akan dilakukan wanita ini padanya sekarang? Namun, dia tetap mengikuti jejak Widya untuk masuk ke sebuah ruangan kecil. Ternyata di dalamnya ada sebuah tempat tidur kecil. Mahesa sangat gembira. Apakah istrinya ingin tidur dengannya?     

"Istriku yang baik, kenapa kita tidak pulang saja? Ada banyak orang di perusahaan, jika kita ketahuan, itu akan terlalu memalukan." Mahesa menggosok tangannya dengan malu-malu.     

Awalnya Widya tidak benar-benar bereaksi, tetapi ketika mata Mahesa menatap dadanya, dia tiba-tiba mengerti. Wajahnya langsung memerah, tapi hatinya penuh amarah. Dia menggigit bibir merahnya dengan keras, "Mahesa! Kamu memang makhluk paling mesum di dunia ini!"     

"Apa? Apa kamu lupa? Jika bukan karena suamimu ini datang tepat waktu, apa yang akan terjadi padamu tadi? Sebagai hadiah, kamu seharusnya bersedia memuaskanku." Mahesa tersenyum.     

"Memuaskanmu? Jangan pernah berpikir tentang itu!" Widya mengutuk.     

"Istriku, kamu bukan wanita yang masih perawan sekarang, apakah sulit untuk memuaskanku?" Mahesa cemberut dan berkata dengan nada manja.     

"Kamu…" Widya ingin mencekik bajingan itu. Pada akhirnya, Mahesa mengerucutkan bibirnya. Dia menatap Widya dengan wajah sedih, "Istri yang baik, jangan perlakukan aku seperti ini."     

Melihat penampilan Mahesa yang menyedihkan, Widya merasa marah dan benci di dalam hatinya, tetapi dia tidak tahan. Dia tidak bisa melihat wajah itu. "Jangan berpura-pura! Kamu seharusnya tidak perlu berkelahi dengan Yudi seperti tadi."     

Sekaran Widya merasa tertekan dan penuh kebencian karena Yudi. Pria kentut itu pasti tidak akan pernah melepaskannya, terutama karena dia kehilangan harga diri usai dikalahkan Mahesa.     

Melihat istrinya yang tampak bingung, Mahesa masih bisa tertawa, "Hei, apakah kamu sedang sedih? Apakah kamu membutuhkan layanan dariku?"     

Tidak ada jawaban dari Widya. Dia hanya menatap tajam ke arah Mahesa. Melihat hal ini, Mahesa segera berbicara lagi, "Sangat mudah untuk mengalahkannya, jangan khawatir. Jika tadi aku tidak memukulnya, dia akan terus mengganggumu. Sekarang dia pasti sudah kapok," kata Mahesa.     

"Betapa konyolnya dirimu, Mahesa, menurutmu dia siapa?" Wajah Widya tiba-tiba menjadi dingin lagi.     

"Ini… istriku, aku tidak sedang membicarakanmu, aku sedang berbicara tentang bajingan itu."     

Widya mendengus dingin, dan kemudian menunjukkan kekhawatiran lagi. Dia tahu bahwa Mahesa tidak takut pada Yudi dan ayahnya, tetapi bagaimanapun juga, kedua orang itu adalah bagian dari Jade International. Mereka mungkin akan membunuh Mahesa sebentar lagi. Tidak, Widya tidak ingin melihat hal seperti itu.     

"Suamiku…" Widya mengubah sikap dinginnya, dan tiba-tiba meraih tangan Mahesa.     

"Ada apa?" ​​Mahesa terkejut. Ini agak tidak normal, ada yang salah.     

"Bisakah kamu menjanjikan satu hal padaku?" Widya dengan lembut menjabat tangan Mahesa dan berkata dengan suara yang manja.     

Melihat Widya seperti ini, Mahesa merasa tubuhnya gemetar. Wanita di hadapannya ini tidak biasanya bersikap demikian. "Istriku, katakan saja padaku jika ada yang harus aku lakukan. Melihatmu bertingkah seperti bayi, aku jadi agak takut."     

Widya segera melepaskan tangan Mahesa. Sambil mendengus, dia kembali ke tatapan dinginnya, "Aku harap kamu tidak melawan Yudi dan ayahnya, Jangan membunuh orang sesuka hati."     

"Itu…"     

"Apa?" Widya mengerutkan kening.     

"Tentu saja, bagaimana mungkin aku tidak mendengarkan perkataan istriku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.