Kuntawijaya The Legend of Vasavi Shakti

Perisai Dewa Surya



Perisai Dewa Surya

0.     

.     

(WARNING: SPECIAL EPISODE)     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Raka, kamu sedang apa? Kok kamu diam begitu?" Shinta bertanya saat Raka mengambil posisi semedi di kamarnya. Raka hanya mendiamkan Shinta, berusaha untuk fokus dengan semedinya. Shinta menggembungkan pipinya kesal, karena menurutnya Raka tidak perlu bersemedi untuk mencari wangsit (pencerahan). Cukup bertanya saja pada Shinta, karena Shinta adalah pusaka berkelas dewa yang sudah ada jauh sebelum Raka lahir.     

Beberapa hari telah berlalu semenjak pertempuran di Sapta Pratala, tidak terasa bahwa tiga bulan telah berlalu semenjak hari pertama Raka menjadi siswa baru di SMA S. Semenjak itu pula, Raka telah mengalami banyak hal disana, mulai dari gangguan-gangguan gaib yang menyerang siswa-siswi di sekolahnya, sampai pertemuan kembali dengan para prajurit Bathara.     

Beruntung, Raka bisa menghindari kontak berlebih dengan para prajurit Bathara AKA pengurus OSIS SMA S, sehingga dia tidak perlu terlibat masalah baru dengan mereka. Semua itu berkat bantuan dari Sembadra, Shinta, dan teman-teman dekatnya yang selalu muncul di saat yang tepat sebelum para pengurus OSIS bisa berbicara dengannya. Otomatis, hal itu menguntungkan Raka yang memang tidak mau mencari masalah di sekolah barunya itu.     

Semua itu karena Raka masih memiliki urusan yang belum terselesaikan dengan *teman* sekelasnya, yang tak lain adalah Diana. Semenjak pertempuran di Sapta Pratala berakhir dengan para Bhuta yang lari tunggang langgang terkena serbuan Brahma Dahana Ardhadhedhali. Semenjak itu pula, Diana tak terlihat batang hidungnya barang seharipun.     

Anehnya, tak seorangpun dari teman-teman sekelasnya yang curiga dengan ketidakhadiran Diana di kelas. Bahkan, tidak seorangpun guru yang menyebutkan nama Diana saat mereka mengecek kehadiran siswa di kelas 10 IPS B. Hanya Raka sajalah yang menyadari keanehan itu, mengundang rasa curiga untuk tumbuh di hatinya. Raka akhirnya memutuskan untuk mencaritahu sendiri mengenai perkara itu apapun resikonya.     

Untuk itu, Raka memutuskan untuk berlatih lebih keras memperdalam kemampuan beladiri miliknya dan juga kemampuannya dalam mengolah tenaga dalam. Raka menyadari kalau kekuatan petir Rudra miliknya jauh lebih menguras tenaga dalamnya dibandingkan Brahma Dahana. Raka tahu itu karena ia belum lama membangkitkan kekuatan petir Rudra, sehingga kontrol atas tenaga dalamnya menjadi kacau.     

Apalagi, ia sering menggunakan petir Rudra sebagai penambah kecepatan dan ketahanan tubuhnya. Otomatis, tenaga dalamnya lebih cepat terkuras daripada saat ia pertama kali menghadapi para anggota OSIS, membuatnya merasa kesal karena harus bergantung pada Shinta untuk mengisi kembali tenaga dalam miliknya. Raka merasa ini saatnya untuk berlatih lebih keras untuk mendapatkan kembali kemampuannya.     

Salah satu latihannya adalah bersemedi menenangkan pikirannya agar ia bisa mengontrol tenaga dalam miliknya lebih bagus lagi. Keuntungan dari metode ini adalah ia bisa memblokir energi-energi negatif yang akan merasukinya saat dia mengontrol tenaga dalam miliknya, meskipun perkembangannya sedikit lambat. Selain itu, ia bisa mendapatkan wangsit mengenai langkah-langkah yang harus ia ambil selanjutnya.     

Sialnya, gadis perwujudan pusaka miliknya malah mengganggu semedinya, membuatnya sedikit tidak fokus dalam mengontrol tenaga dalam. Dalam hatinya, Raka ingin sekali menegur Shinta agar tidak mengganggu semedinya. Tapi, dia tidak bisa menghentikan semedinya begitu saja, karena ia sudah separuh jalan dalam menyelaraskan energi Brahma Dahana dengan petir Rudra di tubuhnya. Raka hanya bisa bersabar sampai ia akhirnya bisa menyelesaikan proses yang memakan waktu lama ini.     

"Rakaaaa....., bangun dong, kamu udah tiga jam semedi, kamu belum makan juga," ucap Shinta seraya menatap khawatir kearah majikannya. Gadis perwujudan Vasavi Shakti itu melayang mengitari Raka dengan wujud astral miliknya. Sungguh, Raka merasa semakin kesal saat Shinta terus-terusan mengganggu semedinya, sampai urat nadi di dahinya menonjol karena menahan marah.     

Akan tetapi, gangguan itu semakin menjadi-jadi, hingga akhirnya Raka bisa menyelesaikan semedinya dengan melepaskan sedikit tenaga dalam miliknya. Tenaga dalam itu lalu terkonversi menjadi hawa panas yang membuat ruangan itu nyaris terasa seperti oven. Untungnya, Raka dengan cepat menetralkan hawa panas itu dengan cara menarik kembali tenaga dalam yang ia keluarkan.     

Shinta terdiam saat melihat Raka melepaskan hawa panas itu. Dalam hatinya, ia merasa terkejut dan sedikit takut karena telah mengganggu Raka. Apalagi, saat Shinta melihat Raka berdiri seraya menoleh kearahnya dan tersenyum. "Sudah selesai menggangguku berlatih? Kalau belum, lanjutkan dulu sampai kamu puas," ucap Raka dengan nada senang yang dibuat-buat seraya menjatuhkan diri ke kasurnya.     

Raka memperhatikan gadis itu dengan seksama, seolah menunggu jawaban yang akan gadis itu keluarkan. Akan tetapi, Shinta hanya terdiam seakan takut untuk sekedar mengeluarkan suara. Pemuda itu lalu mengatupkan kelopak matanya, mencoba untuk tidur setelah lelah mengontrol tenaga dalam miliknya. Tak lama kemudian, suara dengkuran halus terdengar dari mulut Raka, tanda bahwa ia sudah tertidur pulas.     

Melihat Raka sudah tertidur pulas, Shinta mengubah tubuhnya menjadi ke kondisi fisik, dimana ia memiliki tubuh selayaknya manusia biasa. Dengan hati-hati, gadis itu duduk di dekat kepala Raka, lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding dalam posisi setengah berbaring. Ia lalu memindahkan kepala Raka ke pangkuannya dengan hati-hati, lalu mengusap kepala pemuda itu penuh perasaan. "Maaf kalau aku ganggu kamu, Raka," bisik Shinta pelan.     

~Kuntawijaya~     

"Weh....? Ini dimana ya? Kok gelap gini...." ujar Raka saat ia tiba di sebuah tempat yang sangat gelap. Tempat itu mirip seperti tempat dimana dia bertemu dengan Shinta untuk pertama kalinya. Hanya saja, tempat itu terasa lebih ramai dan menyeramkan, seolah ada sesuatu yang siap menerkamnya di tengah kegelapan itu. Raka bisa mendengar bunyi-bunyian yang seperti kicauan seribu ekor burung dari segala penjuru. Untuk pertama kalinya, bulu kuduk Raka meremang di tempat sepi semacam itu.     

Raka menghela nafas dalam, berusaha menenangkan diri, dan mulai melangkahkan kakinya untuk menjelajahi tempat itu. Setiap langkah yang ia ambil membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Aura mencekam yang ia rasakan sebelumnya terasa semakin menguat seiring langkah kakinya. Rasanya seperti Raka tengah dicekik oleh sesuatu yang merangsangnya untuk merasa takut.     

Setelah sekian lama melangkah dan tidak menemukan apapun, Raka memutuskan untuk berhenti. Selain karena rasa takut yang semakin mencengkeramnya, nafasnya pun terasa sesak. Entah apa penyebabnya, yang pasti, tempat ini membuatnya merasa tidak nyaman. Instingnya terus-menerus meneriakkan kalau ia harus segera melarikan diri dari tempat itu.     

Benar saja, tak lama setelah Raka berhasil menormalkan nafasnya, sebuah kilatan petir melesat kearahnya. Kilatan petir itu menyambar dadanya dengan keras, membuatnya jatuh terpelanting ke tanah dengan keras. Raka yang tidak siap dengan serangan itupun hanya bisa menerimanya dengan pasrah. Kekuatan yang dia miliki seolah hilang seluruhnya, membuatnya tak bisa menghindar dari serangan itu.     

Saat Raka jatuh tertelungkup di tanah, Raka bisa melihat seekor hewan tampak mendekat kearahnya. Bentuknya menyerupai seekor rusa jantan yang sangat besar, dengan tanduk yang seolah terbuat dari beberapa bilah pedang bergaya barat yang disambungkan ke kepala rusa itu. Kilatan-kilatan petir kekuningan tampak menyelimuti sekujur tubuh rusa besar itu, seakan menjadi pelindung bagi tubuh si rusa.     

Rusa itu berjalan mendekati Raka yang masih terbaring di tanah karena tubuhnya kesemutan setelah disambar petir itu. Seharusnya Raka sudah mati karena tersambar petir yang kelihatannya berasal dari tubuh rusa itu, tapi, anehnya ia sama sekali tak terluka. Raka hanya tidak bisa menggerakkan sekujur tubuhnya karena setruman petir sebesar jutaan volt itu, membuatnya hanya bisa memandang si rusa yang juga balas memandangnya dengan tatapan aneh.     

Rusa itu lalu menurunkan moncongnya hingga menyentuh dahi Raka, dan petir dalam jumlah besar langsung mengaliri tubuh Raka. Bija milik Raka langsung terbentuk seketika, diikuti bertambahnya intensitas petir yang mengalir ke tubuh pemuda itu. Raka ingin sekali berteriak karena merasakan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bija di dahi Raka sedikit demi sedikit tergerus, seolah sedang dibentuk ulang oleh petir rusa itu.     

Hal yang selanjutnya terjadi adalah, Raka merasakan bahwa suhu tubuhnya meninggi dengan cepat. Tubuhnya berpijar terang, menerangi seisi ruangan yang ternyata tampak seperti sebuah ruangan bawah tanah yang kosong. Petir-petir yang tadinya menyetrum tubuhnya kini mengalir di antara energi Brahma Dahana yang melapisi tubuhnya. Raka merasakan kekuatan yang meluap-luap di sekujur tubuhnya, diikuti Bija miliknya yang memiliki tambahan ornamen petir di kedua sisinya.     

Rusa itu lalu menarik moncongnya dari kepala Raka, dan secara mengejutkan, Raka bisa mengangkat tubuhnya dengan gerakan yang kaku. Kilatan-kilatan petir semakin menjadi-jadi di sekelilingnya, hingga akhirnya pakaian yang Raka kenakan berubah wujud menjadi layaknya pakaian perang seorang raja pada zaman kerajaan kuno di Indonesia.     

Pakaian yang Raka kenakan saat ini berupa sebuah celana longgar sepanjang betis dengan bagian kaki yang tertutupi sepatu emas selutut yang dipenuhi ornamen bunga dan matahari. Diatas celananya, terikat sebuah kain jarik berwarna merah kecokelatan dengan ornamen-ornamen aneh berwarna emas. Di kedua lengannya, terpasang gelang lengan berwarna emas dengan hiasan permata berwarna merah di sendi tangan dan gelang lengan berwarna emas di kedua lengan atasnya.     

Tak sampai disitu saja, sebuah rompi besi berwarna emas dengan ukiran-ukiran berwarna merah tua melapisi tubuhnya, dilengkapi dengan simbol matahari di tengah dadanya. Selain itu, sebuah mahkota yang menyerupai tiga pasang tanduk terpasang di kepalanya, menambah kesan sangar pada pemuda itu.     

Si rusa sendiri hanya menjatuhkan dirinya di posisi istirahat seraya menatap Raka dengan tajam. Tenaga dalam yang tadinya meledak-ledak keluar dari tubuh Raka seakan kembali terserap ke dalam tubuh pemuda itu, membuat Raka hanya bisa berdiri kaku setelah mengubah penampilannya sendiri. Dia bisa merasakan, bahwa di dalam tubuhnya mengalir kekuatan yang sangat-sangat besar, seolah dia merasa bisa menghancurkan sebuah kota tanpa bantuan siapapun.     

Raka menatap kijang di depannya dengan tatapan marah dan mengintimidasi. Bibirnya berdecak kesal seraya kedua tangannya terangkat dan disilangkan di depan dada. Raka mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk mencoba mengintimidasi rusa itu, lalu bertanya dengan nada penuh amarah, "Siapa sebenarnya kau? Apa yang sudah kau lakukan padaku tadi?!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.