Kuntawijaya The Legend of Vasavi Shakti

Sembadra dan Srikandhi



Sembadra dan Srikandhi

0Sembadra terbangun di UKS tepat setelah Shinta berhasil mengeluarkannya dan roh penjaga yang ia miliki dari alam gaib. Gadis itu lalu mendudukkan dirinya di kasur UKS, lalu menoleh ke sekelilingnya dan menemukan Raka yang terbaring di kasur di depannya. Tak menunggu lama, akhirnya Raka ikut siuman dan mendudukkan dirinya perlahan di kasurnya.     

"Duh..... Shinta kampret, masa' gue dilempar keluar dari alam gaib, mana kepala duluan lagi yang jatoh....." Gumam Raka ngedumel sendiri, tidak menyadari bahwa Sembadra tengah terkikik halus di depannya. "Harusnya kamu bilang makasih sama Shinta, Raka. Kalo bukan karena dia, pasti kita masih kejebak disana lho," tegur Sembadra halus seraya menutup mulutnya untuk menahan tawa. Raka yang mendengar teguran itu pun merasa malu, lalu memalingkan mukanya yang sudah semerah tomat.     

"[Nah, dengerin tuh apa kata temenmu, bocah nakal,]" cibir Shinta yang tiba-tiba muncul dalam wujud astral di samping Raka. Raka tersentak kaget dan menoleh kearah Shinta dengan tatapan horor. "Jangan ngagetin gue, pusaka kampret!" Omel Raka sambil mencoba menjitak kepala Shinta. Akan tetapi, Shinta langsung berkelit dari jitakan Raka dan melayang kesamping Sembadra. "[Aduuuhhh....., atuuuutttt..., Rakai galaaaakkk...]" Shinta berkata dengan nada mengejek seraya menyembunyikan tubuh astralnya di belakang tubuh Sembadra.     

Sayangnya, sebuah jitakan berhasil mengenai kepala Shinta, yang rupanya berasal dari sesosok makhluk astral yang keluar dari tubuh Sembadra. "[ADUH! Sakit tau, dasar jurig!]" Pekik Shinta sambil mengulurkan tangannya untuk mencekik sosok astral berwujud perempuan cantik itu, tapi bisa dihindari dengan mudah. "Srikandhi, jangan galak-galak sama Shinta dong. Biar gimanapun juga, Shinta itu kan pusaka punya Raka," tegur Sembadra pada roh bernama Srikandhi itu.     

"[Maafkan aku, Nimas. Habisnya, aku merasa tak tahan dengan kejahilan jelmaan tombak sakti ini,]" ujar Srikandhi seraya menunduk, meski wajahnya sama sekali tak menunjukkan penyesalan. Beberapa buah perempatan muncul di dahi Shinta, yang tampaknya siap untuk melontarkan beberapa ungkapan sayang pada Srikandhi. Akan tetapi, sebelum Shinta bisa mengucapkan kata-kata mutiaranya, Raka sudah terlebih dahulu membekap mulutnya dengan dua tangan.     

"Jangan bikin ribut, pusaka kampret. Kita masih di UKS, bego!" Omel Raka melihat kelakuan perempuan jelmaan tombak pusaka miliknya. Shinta langsung terdiam dengan wajah jengkel, bahkan setelah Raka melepaskan tangannya dari mulut Shinta. "Jangan kaku gitu, Raka. Toh, Shinta kan makhluk astral juga, gak bakal ada yang bisa dengerin dia selain kita," Sembadra kembali menegur Raka, membuat pipi pemuda itu sedikit bersemu merah.     

"[Kayaknya ada yang lagi kesengsem nih,]" Shinta berkata dengan jahil seraya melirik Raka yang pipinya makin bersemu. "Pusaka kampret....." Gumam Raka seraya menaikkan tangannya dengan posisi ingin mencekik. "[Wah, beneran marah nih.....kabur ah!]" Ujar Shinta saat menyadari tuannya kesal karena dipermainkan. Gadis jelmaan tombak suci Vasavi Shakti itu lalu melebur menjadi cahaya dan masuk kembali ke tubuh Raka sebelum Raka sempat mencekiknya.     

Helaan nafas kesal terlontar dari bibir Raka tatkala Shinta kembali berhasil menghindar, padahal dia hanya mencoba menakut-nakutinya saja. Merasa bahwa dia tengah diperhatikan oleh seorang manusia lagi disana membuat Raka menoleh dan menatap Sembadra dengan sewot. "Kayaknya Lo utang penjelasan panjang ke gue, Sembadra. Kenapa lo ngawasin gue dari pertama kita masuk sekolah ini? Kenapa lo tau kalo gue itu reinkarnasi orang lain? Kenapa juga Lo bisa punya roh penjaga macem Srikandhi?" Tanya Raka bertubi-tubi tanpa memberi Sembadra kesempatan menarik nafas.     

"Kelihatannya kalian sudah siuman, Rakai Yudha Taksaka dan Sembadra Ayu Pratiwi," ujar sebuah suara dari arah pintu UKS. Raka dengan spontan menoleh dan mengeluarkan kuda-kuda Muay Thai miliknya, sementara Sembadra hanya menutup muka dengan sebelah tangannya. Tampak di ambang pintu UKS, seorang guru yang sudah cukup tua dengan wajah berekspresi bijaksana. Di bagian dada seragam guru itu, tampak sebuah nametag yang bertuliskan Isman Pranata.     

"Selamat siang, Pak Isman, maaf atas ketidaksopanan yang salah satu murid anda lakukan," ujar Sembadra seraya beranjak turun dari kasur dan menarik turun sebelah tangan Raka. Raka menoleh dengan pandangan penuh tanya kearah Sembadra, yang dibalas dengan tatapan biasa. Raka menoleh kearah Pak Isman, lalu menunduk sedikit untuk menunjukkan penyesalannya.     

"Maafkan saya yang sudah bersikap tidak sopan, Pak Isman. Saya murid kelas 10 IPS B, Rakai Yudha Taksaka," ucap Raka dengan nada rendah, meski masih belum menurunkan kewaspadaannya. "Tidak apa-apa, Raka. Tolong tegakkan badanmu, lalu kalian ikuti saya ke ruang OSIS sekarang," ujar Pak Isman dengan tatapan bijaksana, lalu berbalik dan berjalan pergi. Raka saling berpandangan dengan Sembadra, yang memberinya isyarat mata untuk mengikuti Pak Isman. Keduanya langsung mengenakan sepatu, dan berjalan menyusul Pak Isman ke ruang OSIS.     

"Raka....." Panggil Sembadra saat keduanya melewati kantin. "Ya, kenapa?" Raka menoleh kearah Sembadra, lalu berhenti dan berjalan ke kantin. Sembadra mengekor dibelakang Raka, melihat Raka membeli dua potong roti dan dua kotak susu. "Raka, cepetan, kita udah ditungguin Pak Isman tadi," ujar gadis itu sambil menarik lengan baju Raka. Akan tetapi, Raka hanya terkekeh dan menoleh kearah Sembadra.     

"Lo belom makan kan tadi? Nih, makan dulu, gue juga laper soalnya," Raka berkata sambil menyerahkan sepotong roti dan sekotak susu. Sembadra menerima roti dan susu itu dengan seribu pertanyaan muncul di kepalanya, lalu mendongak dan menatap Raka yang hanya tersenyum. "Jangan liatin gue gitu woi. Makan dulu lah, gue laper," ucap Raka sambil mendudukkan pantatnya di salah satu kursi kantin.     

Sembadra segera saja mengambil tempat duduk disamping Raka, lalu memperhatikan Raka yang sibuk mengunyah roti keju. "Sembadra, Lo sebenernya mau ngomong apa tadi?" Tanya Raka sambil mengunyah roti. Sembadra yang baru mengunyah roti selai stroberi miliknya langsung menoleh kearah Raka, lalu mengunyah dengan pelan. "Sebenernya, aku cuma mau bilang kalo aku juga sama kayak kamu, Raka," ujar gadis itu setelah menelan makanannya.     

Raka memandang Sembadra dengan sebelah alis dinaikkan. Dimasukannya potongan roti terakhir ke mulutnya, seraya kedua mata cokelatnya masih memandang intens kearah gadis itu. "Bentar, gue gak paham. Maksudnya kalo lo itu sama kayak gue itu apa?" Tanya Raka penasaran seraya menusuk kotak susunya dengan sedotan. "Aku juga reinkarnasi seseorang di masa lalu, Raka. Tepatnya, aku dulu adalah istri dari Pandawa yang ketiga, Arjuna," jawab Sembadra malu-malu.     

Tubuh Raka serasa disambar petir saat ia mendengar jawaban gadis manis di depannya. Ia bukannya terkejut saat mendengar bahwa Sembadra juga merupakan reinkarnasi seseorang, melainkan karena cewek yang ia suka itu ternyata sudah menikah di kehidupannya yang dulu. "Lo cuma bercanda kan, Sembadra?" Raka kembali bertanya, kali ini dengan nada yang sedikit aneh. "Aku nggak bercanda, Raka. Aku ini Dewi Sembadra, istri pertama dari Arjuna, atau Raden Janaka. Kami dulu punya anak bernama Raden Irawan, ayah dari raja terakhir di Ngastinapura," bantah Sembadra seraya menggenggam tangan Raka erat.     

'Apes nian nasib gue...' batin Raka seraya memalingkan muka, entah kenapa hatinya merasa seperti ditusuk dengan Vasavi Shakti. Sembadra yang melihat Raka malah memalingkan muka tampak merasa bersalah, namun seseorang telah mendahuluinya untuk mengatakan sesuatu pada Raka. "[Apa yang dikatakan Nimas Sembadra itu benar, bocah. Aku dan Nimas Sembadra dulunya adalah istri dari Arjuna, tapi, itu sudah terjadi lama sekali, jauh sebelum kau bereinkarnasi dan menjadi dirimu yang sekarang,]" ucap seseorang yang ternyata adalah Srikandhi yang muncul dalam wujud astralnya.     

Emosi Raka mendadak naik begitu mendengar perkataan Srikandhi yang bernada dingin itu. Pemuda itu lalu berdiri sambil mengambil kotak susu miliknya dan menyedot seluruh isinya sekaligus. Ekspresi yang ditampilkan oleh pemuda itu sama sekali tak bisa dibaca oleh Sembadra maupun Srikandhi, namun, keduanya tahu kalau Raka tengah emosi karena suhu yang tiba-tiba saja naik di sekitar mereka.     

Raka lalu memutuskan untuk membalikkan badannya dan berjalan menuju ruang OSIS, meninggalkan Sembadra dan Srikandhi yang terpaku akan kekesalan Raka yang tiba-tiba muncul. Sembadra langsung saja memasukkan makanannya yang masih tersisa ke dalam saku, lalu berlari menyusul Raka diikuti Srikandhi yang melayang di belakangnya.     

"Raka! Tungguin aku..." Teriak Sembadra yang masih berlari kecil menyusul Raka. Akan tetapi, sebelum gadis itu berhasil memegang pundak Raka, waktu di sekitar keduanya seolah terhenti dengan kemunculan Shinta dari dalam tubuh Raka. Sembadra terkejut saat Shinta melayang kearahnya dengan ekspresi kemarahan yang tidak biasa. Gadis perwujudan tombak Vasavi Shakti itu menerjang Sembadra, lalu mengayunkan sebuah cakaran berbalut api panas. Sayang, serangan Shinta berhasil digagalkan oleh Srikandhi yang menjadikan dirinya tameng bagi Sembadra.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.