Kaisar Dewa

Humanoid Fish



Humanoid Fish

0Pertarungan yang terjadi di antara kapal perang kelas Setengah-Biksu melawan mayat Setengah-Biksu itu berlangsung selama empat jam.     

Serangan yang dilancarkan oleh kapal perang Setengah-Biksu telah berhasil melukai mayat Setengah-Biksu dengan cukup parah.     

Mayat itu babak belur oleh Formasi Naga Api dan Meriam Agung Cahaya-suci. Sehingga, retakan-retakan bisa ditemukan di tubuhnya, dan mayat itu terlihat seperti akan hancur kapan saja.     

Mayat Setengah-Biksu itu menciptakan suara pekikan yang aneh, dan tiba-tiba menyelam ke dalam air, guna menuju ke arah bawah kapal perang Setengah-Biksu.     

Sementara itu, Cahaya Setengah-Biksu yang berada di dalam mayat tersebut tiba-tiba segera menyerap Energi Chi dari langit dan bumi, hingga berhasil mengosongkan Energi Chi yang terdapat pada radius ratusan mil jauhnya. Lalu, semua energi itu mulai dikumpulkan menjadi Kekuatan Biksu, yang perlahan-lahan mulai mengangkat kapal perang Setengah-Biksu tersebut.     

Di atas kapal, para prajurit Dunia Primitif bisa merasakan jikalau perlahan-lahan mereka bergerak menuju ke atas langit, hingga semakin lama bergerak semakin dekat menuju awan.     

Seorang prajurit wanita Dunia Primitif berubah menjadi pucat, dengan kedua kakinya yang gemetar. Kala itu, ia berkata gelisah, "Apa... apa yang sedang terjadi..."     

Kapal perang Setengah-Biksu mampu terbang secara vertikal dengan menggunakan sebuah formasi taktis. Namun, semua orang mengerti jika kapal perang Setengah-Biksu telah menghabiskan begitu banyak Kristal Suci yang terdapat di dalamnya. Maka dari itu, bagaimana mungkin kapal itu sanggup menggunakan Array Terbang tanpa mendapatkan asupan Energi Chi yang cukup?     

Jadi, pasti ada kekuatan luar yang sedang menerbangkan kapal tersebut.     

"Ch-ch!"     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen segera memanggil Pedang Kuno Abyss-nya. Kemudian, ia menggenggam pedangnya dengan satu tangan dan menusukkannya pada Darksteel Armor yang ada di dek, hingga menembusnya sampai sedalam 17 cm.     

Setelahnya, ia menggenggam pegangan pedang tersebut untuk menstabilkan tubuhnya.     

Di bawah kapal mereka, mayat Setengah-Biksu sedang merentangkan tangannya dan melemparkan kapal perang Setengah-Biksu.     

Kapal perang itu akhirnya menjadi terbalik di udara. Lalu, dengan suara berdentum, maka kapal tersebut membentur pulau bebatuan, sebelum akhirnya kembali menggelinding ke dalam laut.     

"Rumble!"     

Kapal perang itu mulai tenggelam dan menciptakan semburan air ke udara, dimana hal tersebut akhirnya membuat kolom cahaya Formasi Kapal Bertahan menjadi hancur.     

Di kabin lantai tiga, seorang Master Array tua segera mengirimkan gelombang suara ke arah Situ Fenglan, sambil berkata, "Yang Mulia, satu set Formasi Kapal Bertahan telah berhasil dihancurkan oleh mayat iblis tersebut. Set formasi yang kedua juga telah rusak parah. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"     

Situ Fenglan terlihat muram, namun ia tetap bersikap tenang, sebagaimana ia mulai berkata, "Mayat Setengah-Biksu itu juga sudah terluka parah. Gunakan semua Kristal Suci ke dalam Meriam Agung Cahaya-suci dan lancarkan serangan."     

Meriam Agung Cahaya Suci merupakan sebuah senjata perang yang juga ditempa dan diciptakan oleh Menteri Pekerja Suci. Senjata itu hanya membutuhkan Kristal Suci – dengan sifat alami cahaya – untuk melancarkan serangan, dimana serangan yang dilepaskan oleh senjata tersebut mampu menandingi serangan seorang Setengah-Biksu.     

Tentu saja, senjata terlarang semacam ini hanya bisa digunakan di Medan Pertempuran Dunia Primitif, dan benar-benar diciptakan untuk berhadapan dengan sosok superior yang terdapat di antara para pribumi Dunia Primitif.     

"Waah!"     

Kala itu, sekujur tubuh mayat Setengah-Biksu sedang diselimuti oleh suatu kabut darah, sebelum akhirnya mayat itu kembali masuk ke dalam air.     

Mayat itu merentangkan tangannya dan sekali lagi mulai menyerang kapal perang Setengah-Biksu – dimana ia sedang berusaha untuk menghancurkan Formasi Kapal Bertahan.     

Di titik ini, Meriam Agung Cahaya-suci telah berhasil mengumpulkan kekuatan yang cukup. Setelahnya, senjata itu melepaskan cahaya menyilaukan dan mengarah tepat menuju ke mayat Setengah-Biksu.     

"Boom!"     

Dua kekuatan besar akhirnya bertemu di satu titik.     

Kolom cahaya itu menghantam mayat Setengah-Biksu, hingga membuatnya hancur berkeping-keping. Dengan suara "bang", maka tulang-belulangnya pun terbang kemana-mana, sebelum akhirnya hancur menjadi debu.     

Sementara itu, Formasi Kapal Bertahan yang kedua dari kapal perang tersebut juga berhasil dihancurkan oleh serangan terakhir yang dilepaskan oleh mayat Setengah-Biksu.     

Sebagian besar kekuatannya berhasil dikendalikan oleh Formasi Kapal Bertahan sebelum akhirnya benar-benar hancur. Namun, ternyata residu dari serangan yang dilepaskan oleh sosok Setengah-Biksu ternyata masih sangat mengerikan. Akibatnya, para prajurit Dunia Primitif biasa tidak sanggup bertahan darinya.     

"Pfft!"     

"Pfft!"     

...     

Ada begitu banyak prajurit Dunia Primitif yang masih mencapai Alam Surga – tidak sanggup bertahan dari serangan mematikan tersebut. Alhasil, tubuh mereka hancur berkeping-keping, hingga darah mereka mulai menggenangi kapal tersebut, dan bercampur dengan air laut yang masuk ke dalam kapal perang.     

Hanya dalam beberapa saat, maka seluruh area lautan tersebut benar-benar berubah menjadi berwarna merah, yang mana melepaskan aroma khas darah yang kuat.     

Hanya dalam satu kali serangan, namun lebih dari setengah prajurit Dunia Primitif telah terbunuh sebelum waktunya, hingga mayat-mayat mereka mulai tenggelam ke dasar laut. Itu merupakan suatu pemandangan yang tragis.     

Meski demikian, masih ada begitu banyak prajurit lain yang berhasil selamat, dan mereka sedang berenang di atas permukaan laut.     

Kala itu, jantung mereka berdegup-degup kencang. Wajah mereka semua terlihat pucat, hingga merasa ketakutan sampai palung hati terdalam, dimana mereka juga seperti sedang terengah-engah. Bagaimana tidak, mereka semua merasa seperti baru saja selamat dari suatu pembantaian massal.     

Di sisi lain, kapal perang Setengah-Biksu sendiri juga telah berhasil dihancurkan oleh hantaman mayat Setengah-Biksu.     

Lambung kapalnya yang terbuat dari baja akhirnya tenggelam, sementara potongan-potongan kayu dari kapal perang tersebut mengambang di atas laut.     

Zhang Ruochen melompat keluar dari air dan mendarat di atas papan kayu yang berukuran panjang lebih dari 30 meter. Kala itu, ia berdiri tegak, dimana ia terlihat sangat natural dan bermartabat.     

Tubuhnya masih benar-benar bersih, tanpa sama sekali terkena bercak air.     

Tidak lama kemudian, akhirnya Huang Yanchen, Ao Xinyan dan Orange Star Emissary juga menyusulnya. Mereka sama-sama keluar dari dalam air dan mendarat di belakang Zhang Ruochen.     

Kala itu, ekspresi wajah Ao Xinyan terlihat pucat, sebagaimana ia berkata, "Selama ini aku tidak menyadari tentang betapa tidak bergunanya tingkat pengolahanku, sampai akhirnya aku harus bertemu sendiri dengan serangan yang dilepaskan oleh sosok Setengah-Biksu."     

Orange Star Emissary tersenyum dingin. "Jika kau tidak berhasil menjadi seorang Biksu, maka pada akhirnya, kau hanya akan seperti seekor semut."     

Huang Yanchen mengangkat bahunya, sambil berkata, "Untungnya, serangan terakhir dari kapal perang Setengah-Biksu telah mampu membunuh mayat Setengah-Biksu. Jika tidak, maka kita semua pasti akan mati."     

Ao Xinyan mengernyitkan dahinya dan berkata, "Kita sama sekali tidak tahu bahaya seperti apa yang berada di depan sana. Sebab, tanpa perlindungan dari kapal perang Setengah-Biksu, maka kita pasti tidak akan sanggup mencapai Bloody Trench. Aku rasa sebaiknya kita kembali ke Pulau Holy Turtle terlebih dahulu."     

Ao Xinyan bukanlah satu-satunya orang yang berpikir demikian. Setelah apa yang mereka alami, maka sebagian besar prajurit Dunia Primitif yang selamat telah menjadi takut terhadap bahaya yang tersimpan di balik wilayah lautan tersebut. Sehingga, mereka sama sekali tidak berani untuk melanjutkan perjalanan, dan ingin segera kembali menuju ke Pulau Holy Turtle.     

Meskipun warisan Xuanwu hanya bisa ditemukan secara kebetulan, dan merupakan suatu harta karun yang berharga, namun itu tidak lebih penting daripada nyawa mereka sendiri.     

Di waktu yang bersamaan, telinga Zhang Ruochen terlihat bergerak-gerak, dan ia sedang mengamati kabut yang berada di permukaan laut. Kemudian, sambil menggunakan intonasi serius, maka ia berkata, "Jika kalian ingin kembali, maka itu tidak akan mudah. Aku merasa jika diriku baru saja mendengar sesuatu yang sedang berenang menuju ke arah kita."     

"Ada sesuatu yang salah. Suhu laut di sekitar tiba-tiba meningkat drastis."     

Karena merasa waspada, maka Huang Yanchen menatap ke arah permukaan air laut, sementara ia juga mulai memobilisasi Tenaga Chi dan melepaskan Celestial Bodyshield-nya.     

Lautan itu semakin lama menjadi semakin panas. Di waktu yang bersamaan, terdapat gelembung-gelembung air yang mulai tercipta di sekitar sana.     

"Rumble!"     

Beberapa saat kemudian, air laut itu mulai mendidih, dengan gelembung-gelembung yang semakin bertambah banyak.     

Ada bayangan merah yang berenang cepat dari dalam air. Dengan suara "swoosh", maka seekor ikan aneh – yang berukuran panjang lebih dari 10 meter – tiba-tiba melompat dari dalam air. Di waktu yang bersamaan, ikan itu membuka mulutnya, dan menunjukkan dua baris giginya yang tajam, sebelum akhirnya menggigit beberapa prajurit Dunia Primitif – yang sedang beristirahat di atas puing-puing kapal perang.     

Ikan aneh itu memiliki sisik berwarna ungu, dengan kepala yang besar, dan gigi yang tajam seperti pedang.     

Kemudian, ia juga memiliki sepasang sayap di punggungnya. Setiap bulu yang terdapat di sayapnya seperti nyala api, hingga menciptakan hawa panas, yang seolah mampu melelehkan besi dan baja.     

Seperti ikan, seperti burung, dan seperti binatang buas.     

Sepasang sayap apinya adalah alasan mengapa air yang berada di sekitar perairan tersebut menjadi mendidih, tepat ketika makhluk itu berenang mendekat.     

Ketika menyaksikan mulut raksasa milik Strange Red Fish tersebut, maka lima orang prajurit Dunia Primitif yang berada di atas puing-puing kapal segera mengeluarkan Senjata Suci Bela Diri mereka masing-masing untuk bersiap menyerang. Beberapa orang terlihat menggunakan pedang pertempuran, sementara yang lain menggunakan pisau berat.     

Namun, Strange Red Fish itu memiliki kekuatan bertahan yang menakjubkan. Bahkan dengan menggunakan Senjata Suci Bela Diri kelas delapan, namun senjata itu sama sekali tidak mampu menembus sisiknya.     

Sayap api itu mengepak menuju ke sisi seorang prajurit Dunia Primitif – yang masih mencapai Tingkatan Fajar dari Alam Surga – hingga sampai memercikkan api dan langsung membakarnya.     

"Ch-ch!"     

Seketika itu juga, tubuh prajurit tersebut terbakar, sementara ia juga sedang mengeluarkan teriakan yang memilukan.     

Beberapa saat setelahnya, tubuhnya telah berubah menjadi gumpalan abu berwarna hitam. Semetara itu, Senjata Suci Bela Diri kelas enam tipe armor – yang terdapat di tubuhnya – juga telah berubah menjadi lelehan besi.     

Kecuali untuk pedang pertempurannya, yang mana termasuk ke dalam Senjata Suci Bela Diri kelas delapan, selain itu, maka prajurit Dunia Primitif yang masih berada di Alam Surga tersebut baru saja mati tanpa meninggalkan jejak – bahkan tidak ada satupun dari tulang-tulangnya yang berhasil selamat.     

"Ini... ini adalah monster?"     

"Semuanya, lari! Kalau sampai terkena apinya, bahkan Senjata Suci Bela Diri juga akan meleleh..."     

...     

Empat orang prajurit yang lainnya ingin segera melarikan diri, namun Strange Red Fish itu bergerak dengan sangat cepat. Sambil terbang di ketinggian rendah, maka ikan itu berhasil menyusul mereka dalam waktu sekejap.     

Ketika ikan itu telah berada pada jarak 33 meter jauhnya, maka seketika itu pula armor mereka telah berubah menjadi merah.     

Mereka semua ditakdirkan untuk mati!     

Pada saat mereka mengira jikalau mereka tidak bisa melarikan diri lagi, maka seketika itu pula terdapat pancaran cahaya pedang yang tiba-tiba terbang di atas kepala mereka.     

"Pffff!"     

Cahaya pedang itu membentuk suatu goresan di udara. Di waktu yang bersamaan, sambil melepaskan pedang Chi yang tajam, maka serangan itu berhasil menebas leher sang Strange Red Fish, hingga menciptakan luka goresan sepanjang 33 cm.     

Strange Red Fish tersebut akhirnya mulai memekik. Lalu, dengan sepasang mata raksasanya, maka ia menatap ke arah Zhang Ruochen – sosok yang sedang mengendalikan pedang terbang tersebut.     

Seorang manusia biasa ternyata berani melukainya.     

Karena terpicu amarah, maka Strange Red Fish tersebut akhirnya mengacuhkan empat orang prajurit Dunia Primitif, dan mulai terbang ke arah Zhang Ruochen dengan menggunakan sayap apinya.     

"Pedang Kuno Abyss bahkan gagal memenggal lehernya. Jadi, itu berarti jika kekuatan bertahan ikan tersebut jauh lebih tinggi daripada seekor Redcloud Python."     

Zhang Ruochen berdiri tegak di atas papan kayu – yang berasal dari puing-puing reruntuhan kapal. Kala itu, ia meletakkan satu tangannya di belakang punggung, dan memperagakan keterampilan pedang yang lain. Di waktu yang bersamaan, ia memobilisasi Pedang Kuno Abyss agar dapat terbang ke udara dan menusuk ke arah luka yang berada di tubuh ikan tersebut.     

Tidak peduli seberapa tangguhnya pertahanan yang dimiliki oleh ikan tersebut, namun ia sama sekali tidak akan sanggup bertahan dari Pedang Kuno Abyss.     

"Swoosh!"     

Lelaki itu menusukkan Pedang Kuno Abyss ke dalam tubuh Strange Red Fish, dan memotong arteri vital yang berada di lehernya. Lalu, dengan darah yang menyembur keluar, maka ikan itu tersentak dan melayang-layang di atas kepala Zhang Ruochen.     

Setelahnya, ikan tersebut jatuh di atas permukaan air dan terlihat sekarat. Setelah berusaha mempertahankan nyawanya selama beberapa saat, maka perlahan-lahan sayap apinya mulai meredup.     

Empat orang prajurit Dunia Primitif itu menyaksikan sendiri bagaimana bangkai ikan tersebut mengambang di atas permukaan laut, dengan Zhang Ruochen yang berdiri di dekatnya. Kemudian, setelah mendapatkan konfirmasi bahwa sang Strange Red Fish telah mati, maka seketika itu pula mereka akhirnya bisa menghembuskan nafas lega.     

"Terima kasih, Childe Zhang."     

Empat orang prajurit cepat-cepat membungkuk ke arah Zhang Ruochen guna menunjukkan rasa terima kasihnya.     

Hati mereka sedang benar-benar kalut. Meskipun mereka berada di tingkat pengolahan yang setara – yakni Alam Surga – namun Zhang Ruochen nyatanya jauh lebih tangguh daripada mereka. Bahkan, tanpa perlu melepaskan kekuatan yang besar, namun ia telah berhasil membunuh ikan tersebut dengan dua kali serangan. Jadi, pria itu sungguh-sungguh layak menyandang gelar sebagai sosok No.1 di Peringkat Surga.     

Kala itu, Zhang Ruochen mengangguk pelan dan menggunakan kekuatan angin untuk terbang di atas laut. Setelahnya, ia mendarat di samping mayat ikan tersebut, sambil meletakkan pijakannya pada permukaan air.     

Terdapat riak-riak gelombang yang tercipta setelah kakinya mendarat di sana.     

Setelah itu, ia mengamati bangkai itu lekat-lekat, sebelum akhirnya berkata pada dirinya sendiri, "Ternyata ini adalah humanoid fish."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.