Kaisar Dewa

Keturunan Kaisar Buddha yang Kedua



Keturunan Kaisar Buddha yang Kedua

0Diam-diam, Zhang Ruochen masuk ke dalam sebuah bar dan duduk di salah satu sudut ruangan. Kala itu, ia memesan satu botol wine dan ingin menikmatinya dengan tenang.     

Meskipun sekarang ia telah terkenal, namun hanya ada sedikit orang yang mengenalinya.     

Bagaimanapun juga, ia tetap mencoba untuk tidak terlihat mencolok.     

Saat itu, Zhang Ruochen baru saja duduk, sebelum akhirnya terdengar suara yang mulai masuk ke dalam telinganya. "Amitabha! Tuan yang baik, bolehkah saya duduk di sini?"     

Ketika mendengar itu, maka seketika itu pula Zhang Ruochen mendongakkan kepalanya, dan menemukan jikalau ada seorang pria botak – yang mengenakan baju berwarna polos – sedang berdiri di hadapannya.     

Mengapa Zhang Ruochen berpikir jika pria itu merupakan seorang seorang pria botak, dan bukan seorang biksu?     

Itu karena pria tersebut sangat tinggi, hingga mencapai 2.7 meter, dan terlihat seperti seorang raksasa. Jika orang-orang biasa berdiri di sebelahnya, maka mereka hanya setinggi perutnya.     

Selain itu, pria tersebut juga terlihat buruk rupa dan kejam, sambil membawa broadsword sepanjang dua meter di punggungnya.     

Jadi, tidak peduli siapapun yang bertemu dengannya, maka mereka akan pasti akan mengira jikalau orang ini lebih mirip seperti penjagal, dan bukan seorang biksu.     

Pria botak itu mencoba mengeluarkan senyuman, karena ia percaya jikalau dirinya telah bersikap sangat baik, seraya berkata, "Bar ini telah penuh, dan hanya menyisakan empat kursi yang kosong. Tuan yang baik, tolong berikan saya kesempatan!"     

Zhang Ruochen pun mengangguk.     

"Terima kasih."     

Seketika itu juga, sang pria botak langsung menangkupkan kedua tangannya ke arah depan dan menyebut nama "Buddha", sebelum akhirnya duduk di hadapan Zhang Ruochen.     

Namun, mungkin karena pria botak tersebut terlampau berat, sehingga pada saat ia menurunkan pantatnya di kursi, maka seketika itu pula terdengar bunyi kursi yang berdecit.     

"Nama Buddha saya adalah Lidi. Tuan yang baik, siapa nama Anda?"     

Sekali lagi, biksu Lidi tersebut memaksakan senyumnya, hingga kedua matanya tampak menyipit.     

Meski demikian, ketika ia tersenyum, ditunjang dengan penampilannya yang seperti itu, maka hal tersebut telah membuat orang lain merasa aneh.     

Sekali lagi, Zhang Ruochen kembali memandang sang pria botak tersebut, dan berfokus pada pinggangnya.     

Di pinggang biksu Lidi, di sana terdapat empat token. Token Besi Hitam – yang melambangkan ranking pertama di Peringkat Kuning, lalu Token Perunggu – yang melambangkan ranking pertama di Divisi Hitam, kemudian Token Perak – yang melambangkan ranking pertama di Peringkat Bumi, serta Token Emas – yang mana hanya dimiliki oleh para ksatria Peringkat Surga.     

Namun, tulisan karakter yang tercetak di dalam Token Emas tersebut bukanlah ranking satu, melaninkan salah satu di antara satu juta ranking yang lain, bahkan hampir berada di ranking terbawah di Peringkat Surga.     

Zhang Ruochen merasa jika biksu ini sedikit aneh, sehingga ia bertanya penasaran, "Siapa kau?"     

"Nama Buddha saya adalah Lidi," kata biksu Lidi.     

Ketika ia berbicara, maka seketika itu pula ia mengeluarkan jimat Buddha dari balik dadanya, dan mulai meletakkan di sudut meja.     

Lalu, tepat pada saat jimat itu mendarat di atas meja...     

Dengan suara "swoosh", maka jimat Buddha itu memancarkan cahaya emas yang sangat menyilaukan. Setelah itu, terdapat garis-garis Sansekerta yang terbang di atas jimat Buddha tersebut, dan tampak melayang-layang di udara.     

Seketika itu juga, semua peminum yang berada di bar tersebut langsung menghilang.     

Di waktu yang bersamaan, Zhang Ruochen dan biksu Lidi masih sama-sama duduk berhadap-hadapan, namun kesadaran mereka seakan sedang berada di antara langit dan bumi. Rasa-rasanya, seperti hanya ada mereka berdua di seluruh semesta tersebut; dan tempat itu sangat hening.     

"Pola Amala!"     

Meski demikian, Zhang Ruochen tidak terlalu terkejut. Kala itu, ia mulai menatap ke arah sang pria berkepala botak – yang mengaku sebagai seorang biksu – sambil bertanya, "Apa kau merupakan seorang murid dari Sekte Seribu Buddha?"     

Biksu Lidi mengatupkan kedua tangannya dan berkata, "Sekte Seribu Buddha telah lama hancur, dan hanya menyisakan tiga cabang – yakni Sekte Brahma, Candi Bodhi, serta Candi Hidup dan Mati."     

Zhang Ruochen bertanya, "Lalu, dari sekte mana kau berasal?"     

"Saya berasal dari Sekte Brahma."     

Zhang Ruochen berkata, sambil merasa waspada, "Sejauh yang kupahami, 800 tahun yang lalu, saat itu Sekte Brahma merupakan salah satu cabang terkuat dari Sekte Seribu Buddha. Kala itu, Pemimpin Sekte Brahma bernama 'Zhaoxi'. Namun, dalam tingkat pengolahannya terhadap doktrin Buddha, maka beliau telah mampu mengungguli Pemimpin Sekte Seribu Buddha. Jadi, beliau dikenal sebagai Orang Nomor Satu di Buddhism, dan disebut sebagai "Kaisar Buddha" oleh orang-orang yang berasal dari dunia luar."     

"Benar." Biksu Lidi mengangguk.     

Zhang Ruochen bertanya, "Apa kau tahu siapa diriku?"     

Sekali lagi, biksu Lidi mengangguk dan berkata, "Zhang Ruochen, keturunan Kaisar Buddha."     

Zhang Ruochen bertanya, "Jadi karena itulah, akhirnya kau sengaja mendatangiku?"     

Biksu Lidi berkata, "Tuan Zhang yang baik, biksu lemah ini sedang berada di bawah perintah sang Pemimpin Sekte, yang secara khusus turun dari gunung hanya untuk mengundang Anda agar bersedia mengunjungi Sekte Brahma."     

Zhang Ruochen mengangkat gelasnya, sambil memainkan itu menggunakan jemarinya. Lalu, ia berkata, "Apa tujuanmu datang kemari? Katakan saja secara langsung."     

Sekali lagi, biksu Lidi memaksakan senyuman dan langsung berkata yang sejujurnya. "Pemimpin Sekte berkata jika Sarira milik Kaisar Buddha merupakan suatu peninggalan yang keramat bagi Sekte Brahma. Jadi, kami ingin menukarnya dengan harta karun mahal lainnya. Tentu saja, Anda juga bisa memilih untuk menjadi seorang biksu di Sekte Brahma. Setelah itu, Sarira milik Kaisar Buddha masih akan menjadi milik Anda."     

Zhang Ruochen masih terlihat tanpa ekspresi, sambil berkata, "Bagaimana jika aku tidak memilih keduanya?"     

Biksu Lidi merenungi itu sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Maka biksu lemah ini harus mengikuti Tuan Zhang yang baik sampai Anda membuat keputusan."     

Zhang Ruochen berkata, "Jika pandangan mataku masih benar, maka sepertinya tingkat pengolahanmu berada di tingkatan Puncak dari Alam Surga. Apa kau yakin jika dirimu sanggup mengimbangiku?"     

"Tuan Zhang yang baik, Apakah Anda tidak juga berada di tingkatan Puncak dari Alam Surga?" biksu Lidi tertawa ramah.     

Zhang Ruochen menunjukkan sedikit ketertarikannya terhadap sosok biksu di hadapannya, lalu ia berkata sambil tersenyum, "Aku telah berhasil mendapatkan ranking satu di Peringkat Surga. Master, bukankah perkataanmu barusan menyiratkan rasa percaya diri yang tinggi?"     

"Ranking pertama di Peringkat Surga tidak sepenuhnya menjamin kesuksesan," kata biksu Lidi sambil tertawa.     

Ketika mendengar hal tersebut, maka seketika itu pula Zhang Ruochen bermaksud untuk menguji kekuatan sang biksu. Jadi, ia pun mulai memobilisasi Tenaga Chi-nya dan langsung memperagakan Mencuri Naga Suci, gerakan keenam dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna.     

Saat itu, terdapat ledakan cahaya yang muncul dari tangannya, sebelum akhirnya ia melayangkan tinju ke udara.     

Namun, karena Zhang Ruochen masih belum yakin apakah biksu ini merupakan seorang musuh atau seorang kawan, maka ia tidak ingin melukainya. Oleh karena itulah, ia hanya menggunakan 10% dari kekuatannya.     

"Pukulan Naga dan Gajah Prajna."     

Biksu Lidi tersenyum, sambil mengangkat tangannya pelan.     

Sebagaimana ia mulai mengangkat tangannya, maka seketika itu pula tubuh biksu Lidi berubah menjadi berwarna merah, seperti halnya sebatang besi yang baru saja dipanaskan di dalam bara api. Jadi, tubuhnya memancarkan sinar api yang menyala, seperti halnya paparan matahari pada siang yang terik.     

"Tungku Naga dan Gajah, gerakan ketujuh dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna."     

Biksu Lidi mengayunkan tangannya, dan membalas serangan Zhang Ruochen.     

"Boom!"     

Tubuh Zhang Ruochen terhempas sejauh tiga meter, sementara sang pria berkepala botak masih tampak duduk dengan tenang di kursinya.     

Biksu Lidi, yang masih duduk dengan tenang, mulai menangkupkan kedua tangannya, dan sekali lagi, menggumamkan nama Buddha. "Amitabha!"     

Saat itu, lengan Zhang Ruochen seperti sedang terkilir, hingga benar-benar membuatnya mati rasa. Setelah itu, ia merasakan sakit yang tajam pada bagian pundaknya.     

Dalam pertarungan itu, sang biksu telah berhasil membuat tangan lawannya terkilir.     

Sejujurnya, ketika Zhang Ruochen menyadari jikalau biksu tersebut ternyata cukup tangguh, maka seketika itu pula ia segera mengalirkan Tenaga Chi-nya dan langsung melepaskan kekuatan 100%.     

Namun, sebagaimana ia meningkatkan kekuatannya secara tiba-tiba, maka seketika itu pula lawannya juga melakukan hal yang sama.     

Pada akhirnya, lengan Zhang Ruochen menjadi terkilir, sementara biksu Lidi masih terlihat baik-baik saja. Meski demikian, yang jelas, biksu Lidi belum menggunakan segenap kekuatannya dalam pertarungan yang baru saja terjadi.     

"Luar biasa!"     

Zhang Ruochen menahan rasa sakitnya, dan mulai mengobati tangannya yang terkilir. Setelah itu, ia mengamati sang biksu yang berada di hadapannya, sambil terus memasang ekspresi menimbang-nimbang. Kala itu, Zhang Ruochen berkata, "Tidak ada seorang ksatria manapun dari Alam Surga yang mampu melepaskan kekuatan sepertimu."     

Biksu Lidi mengangguk dan berkata, "Biksu lemah ini telah mempelajari sebuah seni sihir yang disebut sebagai "Penciptaan Ulang". Jadi, setelah wafatnya sang Kaisar Dewa, maka beliau bukan hanya meninggalkan Sarira, melainkan juga fisik emas. Lalu, fisik emas tersebut telah menyatu dengan diri saya. Tentu saja, fisik emas hanya merupakan jenis tubuh biasa. Akibatnya, fisik itu tidak ada gunanya, selain hanya memiliki kekuatan yang besar. Jadi, biksu lemah ini hanya ingin mengatakan kepada Tuan Zhang yang baik, jikalau biksu lemah ini adalah juga seorang keturunan Kaisar Buddha. Jadi, berdasarkan pada hal tersebut, maka kita adalah saudara seperguruan!"     

Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam dan berkata sambil tersenyum, "Tidak peduli seberapa tangguhnya dirimu, namun masih ada orang lain yang lebih tangguh. Jadi, No.1 di Peringkat Surga sungguh-sungguh tidak menjamin kesuksesan."     

"Aku punya satu pertanyaan. Dengan kekuatan milik master, semenjak kau telah mendapatkan ranking pertama di Peringkat Kuning, lalu ranking pertama di Divisi Hitam, dan ranking pertama di Peringkat Bumi, lalu mengapa master tidak mencoba berkompetisi untuk mendapatkan ranking pertama di Peringkat Surga?"     

Biksu Lidi menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tertawa, "Biksu lemah ini masih berusaha untuk mengenali batasannya sendiri, karena saya juga masih sangat takut terhadap godaan-godaan yang datang."     

"Godaan yang seperti apa?" tanya Zhang Ruochen.     

"Tingkatan Tertinggi dari Alam Surga."     

Biksu Lidi melanjutkan perkataannya, "Ketika berhasil menjadi No.1 di Peringkat Surga, maka seseorang pasti telah memiliki lebih dari 10 juta poin merit militer. Alhasil, itu adalah satu langkah lebih dekat menuju ke Tingkatan Tertinggi. Lalu, ksatria mana yang tidak ingin mencapai Tingkatan Tertinggi? Namun, biksu lemah ini masih belum memiliki pondasi yang kokoh, selain juga pemahaman Buddha saya masih terbilang rendah. Jadi, saya takut jikalau nanti terjerumus ke dalam godaan tersebut."     

Zhang Ruochen berkata, "Semenjak kau ingin mencapai Tingkatan Tertinggi, maka semestinya kau harus mengikuti kata hatimu. Lalu, mengapa kau bersikap terlalu keras pada dirimu sendiri?"     

Ketika mendengar hal tersebut, maka biksu Lidi langsung menutup kedua matanya, seraya berkata, "Tidak boleh membunuh, tidak boleh membunuh."     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen langsung memahaminya!     

Jika seseorang ingin mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Surga, maka ia harus membunuh para makhluk pribumi dari Dunia Primitif agar bisa mengumpulkan poin merit militer.     

Lalu, bagi para pengikut Buddha, maka membunuh merupakan hal yang tabu.     

Maka dari itu, ketika kendali diri atas tindakan pembunuhan itu telah dihancurkan, maka seketika itu pula ia mungkin bisa terjerumus ke dalam jalan iblis.     

Karena godaan yang besar terhadap Tingkatan Tertinggi dari Alam Surga itulah, akhirnya biksu Lidi tidak berani berkompetisi demi mendapatkan ranking pertama di Peringkat Surga. Sebab, semakin dekat dirinya dengan Tingkatan Tertinggi, maka godaan yang akan melanda dirinya juga menjadi semakin besar.     

Tentu saja, meskipun jika biksu Lidi benar-benar ingin berkompetisi untuk memperebutkan ranking pertama di Peringkat Surga, maka Zhang Ruochen juga tidak sepenuhnya rela untuk dikalahkan oleh pria tersebut.     

Apalagi, pertempuran yang baru saja terjadi hanyalah tentang kekuatan pukulan, namun keunggulan terbesar Zhang Ruochen terletak pada teknik pedang.     

Meskipun jika biksu Lidi telah mendapatkan fisik emas milik Kaisar Buddha dan tubuhnya berubah menjadi "tidak bisa hancur dan immortal", namun pria itu pasti mempunyai kelemahannya sendiri. Jadi, Zhang Ruochen masih memiliki kesempatan untuk menang.     

Biksu Lidi akhirnya kembali menyimpan jimat Buddha-nya. Tiba-tiba, semua inskripsi-inskripsi Sansekerta tersebut mulai menghilang, dan kesadaran mereka kembali berada di dalam sebuah bar.     

Mereka masih berada di dalam sana, sambil duduk berhadap-hadapan di kedua sisi meja. Namun, tidak ada seorangpun yang menyadari jikalau mereka baru saja bertarung satu sama lain.     

Biksu Lidi berkata serius, "Tuan Zhang yang baik, bagaimana menurut Anda? Apa pilihan Anda? Apa Anda ingin menukar Sarira kepada Sekte Brahma? Atau Anda ingin menjadi seorang biksu di Sekte Brahma? Jika Tuan Zhang yang baik memilih yang kedua, maka biksu lemah ini akan bersedia menjadi saudara junior seperguruan Anda dan menyerahkan identitasnya sebagai pemimpin murid dari Sekte Brahma."     

Zhang Ruochen hanya tersenyum samar.     

Pertama-tama, Zhang Ruochen tidak akan menukar Sarira kepada Sekte Brahma, karena Sarira memiliki fungsi yang besar baginya.     

Bagiamanapun juga, jika ia ingin meningkatkan pengolahannya dengan cepat dan mengejar pencapaian Chi Yao, maka ia masih membutuhkan kekuatan Sarira.     

Kedua, ia juga tidak ingin menjadi seorang biksu.     

Namun, jika ia tidak membuat keputusan, maka bagaimana caranya ia bisa menyingkirkan biksu Lidi?     

Saat ini, terdengar suara tawa yang kencang di dalam bar. "Kurang romantis apa aku ini? Zhang Ruochen, sosok ranking pertama di Peringkat Surga, ternyata jauh lebih romantis. Ada yang berkata jikalau Orange Star Emissary dari Aula Excellence Pasar Gelap, setelah berhasil ditangkap olehnya, telah dijinakkan untuk menjadi mainan di tempat tidur, hingga akhirnya wanita itu harus menemaninya tidur sepanjang malam. Sosok dengan kecantikan yang tak tertandingi dari seorang Emissary, brengs*k, hanya dengan membayangkannya saja, maka aku telah merasa gugup."     

"Benarkah? Zhang Ruochen terlampau berani saat dirinya tidur dengan seorang putri kesayangan Dewa dari Aula Excellence Pasar Gelap?"     

"Pasti benar, jika tidak, lalu mengapa dia masih berada di dalam rumah setelah beberapa hari? Jika bukan karena hal ini, maka kurasa dia akan pergi dari sana dan mengumpulkan lebih banyak poin merit militer agar mampu menembus Tingkatan Tertinggi."     

"Ah! Ranjang tempat tidur selalu berhasil menjadi tanah pemakaman bagi seorang pahlawan. Tidak kusangka, Zhang Ruochen ternyata seorang pria cabul."     

"Hey! Lagipula, Zhang Ruochen masih merupakan seorang pria. Jadi, bagaimana mungkin seorang pria mampu menahan dirinya dari kecantikan yang seperti itu?"     

Ketika mendengar perkataan orang-orang, maka seketika itu pula biksu Lidi mulai memandang Zhang Ruochen dengan tatapan yang aneh di matanya, seakan-akan sedang menimbang-nimbang perilaku Zhang Ruochen.     

Di sisi lain, Zhang Ruochen sedikit mengernyitkan dahinya dan mengamati sosok pria yang baru saja bicara, sambil ingin mempelajari siapakah yang berani-berani memulai rumor tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.