Kaisar Dewa

Kau Tidak Keberatan



Kau Tidak Keberatan

0Meskipun ia buruk rupa dengan wajah yang tidak pernah dicukur dan mirip dengan tikus, namun Huo Gang masihlah seorang master dari Alam Bumi. Maka, dalam satu kedipan mata, ia telah melesat kencang ke arah Zi Qian.     

Cakar di tangannya melayang seperti hendak mengusap dada milik Zi Qin.     

Saat itu, ekspresi wajah Zi Qian berubah drastis, dimana ia segera melepaskan sebuah kekuatan teknik pedang yang luar biasa. Delapan bayangan pedang tiba-tiba muncul di sekitarnya dan mengarah ke Huo Gang dari arah yang berbeda-beda.     

Berkat keberhasilan dari latihan yang dilakukan oleh Zi Qian saat berada di Kediaman Rahasia Chikong, sebab tingkat pengolahannya berhasil menembus ke tingkatan Puncak dari Alam Hitam. Meski demikian, luka yang belum mengering itu telah membuat wanita tersebut tidak sanggup melepaskan kecepatan terbaiknya, sehingga terdapat beberapa kelemahan dari teknik yang dilepaskan.     

"Teknik pedang milikmu penuh dengan kelemahan. Itu sama sekali tidak akan berhasil melawan kekuatan sejati!"     

Huo Gang tertawa terbahak-bahak. Tenaga Chi mulai menyelimuti jemarinya, dimana itu membuat tinjunya seperti memiliki kilauan logam.     

"Boom!"     

Ia menghalau seluruh bayangan pedang itu sehingga menjadi hancur berkeping-keping hanya dengan menggunakan satu ayunan tangannya.     

Tangan logam itu mencengkram pinggul Zi Qian. Maka dengan suara khas benda yang robek, ia berhasil merobek kain jubah wanita tersebut.     

Kulit yang putih mulus di bawah payudara sebelah kiri sampai dengan area pinggulnya mulai terekspos. Ketiga orang jahat yang baru saja kabur dari penjara itu menatap wanita itu dengan tajam, mereka menatap ke arah kulit mulusnya dengan mata yang membara.     

Zi Qian mencoba untuk menutupi bagian kulit yang terekspos dengan menggunakan tangannya.     

Huo Gang menggenggam bekas sobekan jubah putih tersebut guna meletakkannya di hidung. "Wangi sekali!" katanya.     

"Pergilah ke neraka!"     

"God Slayer -- The First Style!"     

Pedang Zi Qian mengarah ke jantung Huo Gang seperti halnya gelombang petir, dimana ia baru saja mengeksekusi sebuah teknik pedang kelas rendah dari Tingkatan Ruh.     

Ujung bibir Huo Gang menyeringai dan menunjukkan ekspresi wajah yang jahat. Kemudian, ia segera menghindari serangan Zi Qian dan memukul leher ramping wanita itu guna menyegel Jalur Aliran Chi yang berada di bibirnya.     

Setelah itu, ia mulai menyerang ke tujuh titik Jalur Aliran Chi lain, dimana ia berhasil mematikan Tenaga Chi milik Zi Qian.     

Zi Qian seketika itu juga menjadi lumpuh, pedang miliknya membeku di tempat yang sama, sehingga wanita itu gagal untuk bisa bergerak meski hanya satu inci.     

"Gadis cantik, aku tahu bahwa kau seharusnya bisa mengakhiri hidupmu dengan menelan sebuah racun di mulutmu. Namun, bagaimana mungkin kau bisa menelan itu jikalau seluruh Jalur Aliran Chi milikmu telah tersegel? Ha-ha!" tubuh Huo Gang bergetar karena menjadi kegirangan, sebagaimana tatapan matanya mulai menggerayangi tubuh ramping wanita itu.     

Zi Qian telah kehabisan pilihannya. Semestinya, ia tidak percaya pada harapan kosong yang dirinya ciptakan, sehingga akan menjadi lebih baik jikalau sejak awal memutuskan untuk bunuh diri.     

Sebab, saat ini tidak ada sesuatu yang bisa ia lakukan, selain hanya menunggu hidup yang seperti berada di dalam neraka, ketika nanti tangan-tangan dari orang jahat tersebut mulai menyentuhnya.     

Sebagai seorang anggota dari Pasar Gelap, maka Zi Qian benar-benar mengerti bagaimana orang-orang jahat itu akan memperlakukan seorang wanita.     

Dan entah mengapa, gambaran ilusi dari Zhang Ruochen mulai muncul di pikirannya. "Mengapa harus memikirkan dia sekarang ini?" pikirnya, sambil mengutuki dirinya sendiri. "Bahkan jika dia berada di sini, tapi dia tidak akan sanggup mengalahkan tiga orang-orang jahat ini."     

Sebagaimana pikiran tersebut membayangi isi kepalanya, kemudian wanita itu mendengar sebuah teriakan melengking.     

"Boom!"     

Huo Gang terlempar ke belakang. Tubuhnya membentur dinding batu, untuk kemudian merosot perlahan, lalu menjadi diam. Kedua matanya terbuka lebar saat dirinya menghembuskan nafas terakhirnya.     

Sebongkah batu yang berukuran satu jempol jari telah menembus dada Huo Gang dari arah belakang, dimana itu meninggalkan sebuah lubang berukuran sama besarnya dengan mangkuk mulai terlihat dari arah depan.     

Zi Qian, yang telah kehilangan seluruh harapan, tiba-tiba mulai memalingkan pandangan matanya pada mulut gua batu tersebut.     

"Tap! Tap!"     

Mereka semua mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat.     

Tidak diragukan lagi bahwa itu adalah Zhang Ruochen, seseorang yang mengenakan jubah putih. Ia memiliki perawakan yang tinggi, sehingga tampak tampan seperti seseorang yang telah dianugerahi keagungan dan berasal dari Keluarga Kerajaan.     

Kemudian, ia berjalan keluar dari gua batu dan beranjak menuju Zi Qian sesaat setelah menyadari bahwa Jalur Aliran Chi wanita tersebut telah tersegel.     

"Rupanya kau, nak! Apakah kau adalah seorang murid dari Sekolah Pasar Bela Diri?" tanya Chen Lidao dengan dingin.     

Ketika Zhang Ruochen mengacuhkannya, maka Chen Lidao menjadi sangat marah sehingga dia bermaksud untuk menyerang bocah itu dengan sebuah serangan tinju.     

Chen Lidao tidak berani meremehkan lawannya kali ini. Sebab bocah ini adalah seseorang yang baru saja membunuh Huo Gang dan sanggup melemparkan kawannya ke tembok batu, dimana itu adalah juga telah menunjukkan kemampuan si bocah. Maka, ia segera mengaktifkan seluruh Tenaga Chi miliknya guna memberikan sebuah serangan mematikan; lalu dengan sebuah kilatan petir, ia melepaskan sebuah gelombang petir yang berada di tengah-tengah tangannya.     

Zhang Ruochen menghentikan langkahnya. Ia mengibaskan tangan luarnya ke arah Chen Lidao seperti halnya sedang menepis seekor nyamuk, dimana itu membuat lelaki tersebut terlempar 10 meter jauhnya.     

"Boom!"     

Chen Lidao membentur tembok batu dan memuntahkan darah dari mulutnya. Tubuhnya terjatuh di tanah, untuk kemudian menjadi limbung seperti secarik kertas.     

Terdapat sebuah cetakan tubuh manusia yang berada di tembok batu tersebut.     

Chen Lidao tergeletak lumpuh di tanah, ia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk bangkit. Seluruh tulang-tulangnya telah hancur oleh karena tamparan keras. Sejujurnya, ia bisa dipastikan mati jikalau tidak memiliki vitalitas yang kuat sebagaimana yang biasa dimiliki oleh para master dari Alam Bumi.     

Tu Yun menatap ke arah bocah lelaki yang mengenakan jubah putih dengan sangat terkejut, untuk kemudian mulai melangkah mundur. Dalam hidupnya selama bertahun-tahun di Dunia Bela Diri, maka ia telah melawan begitu banyak ksatria tangguh sehingga itu membentuk reputasi dirinya sebagai seseorang yang keji. Namun, ia sama sekali belum pernah bertemu dengan seseorang yang cukup muda, apalagi memiliki tingkat pengolahan yang mengerikan seperti itu.     

Sementara itu, Zi Qian juga sama terkejutnya seperti Tu Yun.     

Wanita itu tidak pernah menyangka bahwa Zhang Ruochen ternyata cukup tangguh untuk bisa melemparkan seorang master dari Alam Bumi hanya dengan mengibaskan tangannya dengan cara yang santai.     

Tu Yun, meskipun dirinya terkejut, telah melihat begitu banyak para ksatria tangguh di dalam hidupnya, maka Zhang Ruochen tidak benar-benar mampu membuatnya bergidik ngeri.     

Kemudian, ia menarik Pedang Usus Ikan dari tangan Zi Qian dan mengarahkannya ke tenggorokan wanita tersebut. "Kau sebaiknya meninggalkan gua batu jikalau ingin wanita ini hidup," katanya, sambil menatap dingin ke arah Zhang Ruochen.     

"Kau sedang tidak berada di posisi yang baik untuk menawar," balas Zhang Ruochen, sambil masih berdiri di tempat semula. "Lepaskan wanita itu sekarang juga sehingga aku bisa mengampuni nyawamu. Lagipula, kau masih harus masuk ke dalam penjara Magma Purgatory guna mengakui segala kesalahan yang pernah kau perbuat di masa lalu sebagai seorang tahanan."     

"Ha-ha! Kau pasti sedang bercanda! Bagaimana mungkin aku kembali ke tempat itu setelah berjuang dengan susah payah untuk bisa kabur?" Tu Yu menjawab dengan cibiran.     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya pelan. "Apa kau benar-benar ingin menyia-nyiakan kesempatanmu untuk bertahan hidup?" tanyanya.     

Tu Yun menggerakkan Pedang Usus Ikan agar lebih dekat di tenggorokan Zi Qian. "Apa kau pikir bahwa aku tidak akan membunuh wanita ini jikalau kau tidak membiarkan aku pergi?" ia mendesis sambil menggertakkan giginya.     

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi, lagipula, aku juga ragu apa kau bisa membunuh wanita itu," balas Zhang Ruochen, untuk kemudian dengan santai mulai berjalan menuju Tu Yun.     

Jarak diantara mereka berdua semakin lama semakin mengecil.     

Tu Yun mulai kehilangan nyali saat Zhang Ruochen mulai mendekat. Maka, ia sedikit melubangi leher Zi Qian guna memberikan peringatan terakhir pada Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen hanyalah seorang remaja, lagipula; bisa sekuat apa dia?     

Sementara itu, ia adalah seorang ksatria yang telah mencapai Tingkatan Menengah dari Alam Bumi. Bahkan jika ia tidak sanggup mengalahkan Zhang Ruochen, maka setidaknya ia masih bisa meloloskan diri.     

Baru saja Tu Yun telah memutuskan untuk membunuh Zi Qian, maka ia menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya; itu terasa seperti tubuhnya mulai membeku.     

"Bagaimana... bagaimana mungkin... ini bisa... terjadi...?" Tu Yun hanya bisa tergagap sambil mencoba untuk mengatakan sesuatu.     

Zhang Ruochen telah menggunakan sebuah teknik Pola Ruang yang disebut sebagai Ruang Beku.     

Zhang Ruochen bisa mengubah udara yang berada di dalam Pola Ruang miliknya untuk dijadikan seperti air, sehingga ia bisa membekukan gerakan dari lawannya.     

Jika para lawannya memiliki tingkat pengolahan yang cukup kuat, maka mereka secara natural mampu terlepas dari Pola Ruang, sehingga terhindar dari pengaruh yang diciptakan oleh Ruang Beku.     

Namun, semenjak Tu Yun tidak memiliki kekuatan sejenis, maka ia sama sekali tidak sanggup untuk menghindari serangan Pola Ruang milik Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen melangkah ke depan Tu Yun. "Kau telah mendapatkan kesempatan," katanya, sambil menebar teror di depan muka Tu Yun, "dan kau menghancurkan itu."     

Ia meletakkan tangannya ke arah jantung Tu Yun guna mengalirkan Tenaga Chi Es ke dalam tubuhnya.     

"CRACK!"     

Tenaga Chi Es itu akhirnya membekukan jantung Tu Yun, dimana itu membuat seluruh aliran darahnya menjadi Kristal Es raksasa.     

Tubuhnya bergetar hebat sehingga otot-ototnya mulai mengejang. Perlahan-lahan, akhirnya ia berhenti bernafas, tubuhnya menjadi kaku seperti patung es.     

Itu adalah cara yang anggun untuk bisa membunuh seseorang tanpa harus menumpahkan satu tetes darah sekalipun.     

Zhang Ruochen mengambil Pedang Usus Ikan dari tangan Tu Yun, untuk kemudian menyentuh dahi Zi Qian. Sebuah aliran Tenaga Chi mulai membanjiri Danau Chi wanita itu.     

Tenaga Chi tersebut bersirkulasi melewati Jalur Aliran Chi di sekujur tubuh wanita tersebut.     

Seluruh segel Jalur Aliran Chi itu telah dibuka kembali.     

Tubuh lumpuh Zi Qian mulai terjatuh di lengan Zhang Ruochen. "Terima kasih," katanya sambil berbisik lemah.     

Tidak lama setelah mengatakan itu, Zi Qian akhirnya pingsan.     

Lalu, setelah wanita itu siuman, ia mendapati dirinya sedang tergeletak di atas ranjang batu yang terdapat di dalam gua batu, dimana seluruh luka-lukanya sebagian besar telah sembuh.     

Enam tubuh orang yang mati telah disingkirkan, dan hanya meninggalkan Chen Lidao yang terluka parah; lelaki itu merasa pusing dan terlihat sekarat.     

Kemudian, Zhang Ruochen tampak sedang duduk bersila di lantai, ia seperti sedang berada di tengah-tengah proses latihan pengolahannya.     

Pada momen saat Zi Qian siuman, maka Zhang Ruochen membuka matanya, untuk kemudian menatap ke arah wanita itu. "Apakah luka-lukamu telah sembuh?" tanyanya.     

Zi Qian menatap ke arah bawah dan mendapati bahwa ia mengenakan sebuah jubah baru, lalu wajah cantiknya mulai memerah tanpa sama sekali melakukan gerakan apa-apa. "Apa kau yang mengganti bajuku?" tanyanya, masih dengan kepala tertunduk.     

Zhang Ruochen, orang yang tidak pernah ragu-ragu, hanya memberikan anggukan kecil pada wanita itu. "Itu adalah jubah milikku," katanya. "Sepertinya itu terlalu besar untuk ukuran tubuhmu, tapi setidaknya itu lebih baik."     

Zi Qian dengan segera berdiri dan mengencangkan sabuk di jubahnya. "Betapa memalukan! Tidakkah kau memiliki rasa hormat terhadap seorang wanita?" ia berteriak, sambil menggigit bibirnya dan menatap tajam ke arah Zhang Ruochen.     

"Apa ada hubungannya dengan sesuatu?"     

Setelah mengambil jeda sejenak, Zhang Ruochen menambahkan. "Aku pernah melihatmu telanjang sebelumnya, jadi aku merasa bahwa kau tidak keberatan dengan aku yang sedikit menerobos batas sopan. Sebab, luka yang ada di tubuhmu jelas terlihat cukup parah dan segera membutuhkan pertolongan. Maka, setelah mengobati luka-lukamu, aku melihat baju yang kau kenakan telah rusak, dimana akhirnya aku memutuskan untuk memberikan baju yang kukenakan untukmu. Dan sekarang kau telah pulih, maka semestinya tugasku di sini telah selesai."     

Setelah mengatakan itu baik-baik, akhirnya Zhang Ruochen berpaling dan beranjak pergi dari gua batu, meninggalkan Zi Qian yang berdiri di sana dengan tatapan bingung.     

"Aku... tidak keberatan?" Zi Qian mengulangi kalimat itu, sambil bersikap seperti baru saja mendengar sesuatu yang sama sekali sulit untuk bisa ditoleransi. Kemudian, ia segera mengambil Pedang Usus Ikan dari ranjang batu yang berada di sampingnya, lalu mengejar Zhang Ruochen.     

Ketika wanita itu berjalan melewati Chen Lidao, tatapan matanya menjadi lebih dingin. Pedang Usus Ikan tersebut terbang dari balik lengan bajunya.     

"SNICK!"     

Terdapat kilauan cahaya pedang melintas.     

Seketika itu juga Chen Lidao mati dengan kepala yang terpenggal dari lehernya.     

Zi Qian meninggalkan gua batu, guna mengejar Zhang Ruochen yang menuruni tangga, ia masih berdiri di tempatnya. "Zhang Ruochen!" teriaknya, sambil mengacungkan pedangnya ke arah lelaki tersebut. "Apa yang kamu maksud dengan 'Kau tidak keberatan'?"     

Sebuah tatapan kebingungan muncul dari kedua mata Zhang Ruochen. Kemudian, lelaki itu merenunginya sejenak, sebelum akhirnya membalas. "Mengapa kau belum mengerti juga?" katanya. "Mengapa aku harus melirik tubuhmu saat kondisi nyawamu memang butuh untuk diselamatkan? Aku menyelamatkanmu karena kau adalah temanku, Zi Qian; Aku bersumpah pada tuhan, aku sama sekali tidak akan tertarik denganmu ketika kau berada kondisi yang seperti itu."     

Jika itu adalah lelaki lain yang mengungkapkan hal tersebut, maka Zi Qian pasti akan melubangi tubuh lelaki itu sampai 100 kali.     

Namun ketika ia menatap ke arah mata Zhang Ruochen yang tajam, dan juga jernih, maka ia tahu bahwa lelaki tersebut telah mengatakan yang sejujurnya. Sehingga, lelaki itu tampaknya sama sekali tidak memiliki nafsu, selain hanya untuk menyelamatkan nyawanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.