Kaisar Dewa

Bu Qianfan?



Bu Qianfan?

0Setengah-Biksu Sandao mengernyitkan dahi dan meyakini bahwa dirinya sendiri sudah sangat salah dalam memperhitungkan sesuatu.     

Sebab, Zhu Hongtao tidak hanya dikenal sebagai sosok barbar yang gemar berkelahi, melainkan juga sosok yang sangat kuat. Akibatnya, Setengah-Biksu Sandao pun tidak berani berhadapan dengannya, hingga ia pun mulai mengambil satu langkah mundur.     

Saat itu, Setengah-Biksu Sandao memberikan penghormatan dengan mengatupkan kedua tangannya ke arah depan, sambil memaksakan senyuman di wajahnya, "Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin saya berani mencuri sang pengantin ketika sedang berada di hadapan Biksu Hongtao? Namun, cinta antara seorang lelaki muda dan seorang gadis adalah perasaan yang sangat natural. Jadi, apa Anda ingin berkata bila hanya Zhang Ruochen saja yang diperbolehkan untuk merencanakan pernikahan dengan Keluarga Chen, sementara Keluarga Biksu Xu tidak diperkenankan untuk melakukan hal tersebut?... Anda... Apa yang hendak Anda lakukan?..."     

Zhu Hongtao sama sekali tidak akan termakan oleh omong kosong Setengah-Biksu Sandao. Seketika itu juga, ia langsung merentangkan tangannya guna mencengkram Setengah-Biksu Sandao.     

Di waktu yang bersamaan, ekspresi Setengah-Biksu Sandao menjadi muram, dan ia bermaksud untuk segera menghindar.     

Namun, tangan yang direntangkan oleh Zhu Hongtao telah mengandung kekuatan misterius tertentu. Sehingga, tangan raksasanya itu sama sekali tidak akan membiarkan Setengah-Biksu Sandao berhasil terlepas, yang akhirnya ia pun berhasil mencengkramnya.     

Zhu Hongtao mencengkram sabuk yang terdapat di jubah milik Setengah-Biksu Sandao, lalu mengangkatnya ke atas seperti sedang mengangkat seekor anak ayam.     

Seketika itu juga, Setengah-Biksu Sandao bisa merasakan kekuatan besar yang sedang menerjang dirinya, hingga membuatnya tak kuasa melakukan apa-apa.     

Zhu Hongtao membuka matanya lebar-lebar – yang setiapnya berukuran sekepal tangan – sambil menatap tajam ke arah Setengah-Biksu Sandao. Lalu, sambil mengangkat Setengah-Biksu itu untuk diletakkan di hadapan mukanya, maka seketika itu pula ia kembali berteriak, "Apa kau tidak tahu bila saudara junior seperguruanku telah bertunangan dengan gadis itu? Beraninya kau datang kemari untuk mencuri sang pengantin. Apa kau sedang memintaku untuk menghancurkanmu sampai berkeping-keping?"     

Gelombang suara yang diciptakan oleh Zhu Hongtao benar-benar mengandung kekuatan yang besar, hingga akhirnya suara itu masuk ke dalam telinga Setengah-Biksu Sandao.     

Kala itu, pria tersebut seperti merasa bahwa gendang telinganya baru saja pecah. Setelah itu, nuansa gelap mulai menyelimuti kepalanya, seakan-akan ia merasa hampir pingsan karena teriakan Zhu Hongtao.     

"Aku tidak menyangka bila tingkat pengolahan Zhu Hongtao bisa mencapai level yang mengerikan seperti itu."     

Ekspresi Setengah-Biksu Sandao menjadi kelabu. Menurut perhitungannya, bahkan seandainya ksatria terkuat dari Keluarga Biksu Xu datang kemari, namun ia sama sekali tidak akan mampu bertahan melawan Zhu Hongtao.     

Bagaimanapun juga, Zhu Hongtao kerap bertindak terlampau barbar, meskipun ia hanya bermaksud untuk mengutarakan pendapatnya dengan cara yang biasa.     

Namun, sebagai catatan penting lainnya, sikap Zhu Hongtao tersebut juga menunjukkan tingkat pengolahannya yang sangat tinggi.     

Maka dari itu, pandangan mata yang beringas dari sosok Zhu Hongtao seakan-akan telah berhasil mengintimidasi relung jiwa Setengah-Biksu Sandao. Lalu, karena ia merasa takut terhadap dirinya yang dapat dihancurkan kapan saja, maka seketika itu pula ekspresi wajahnya terus menerus berubah warna.     

Zhu Hongtao menggeram dingin, "Menyerah atau tidak?"     

Setengah-Biksu Sandao menggertakkan giginya dan menolak untuk menyerah.     

Bagaimana mungkin dirinya, sosok Setengah-Biksu dari Keluarga Biksu Tangguh, dapat menyerah dengan begitu mudah?     

Setengah-Biksu Sandao mengalihkan pandangan mata sayunya ke arah Chen Ji – yang sedang berdiri tidak jauh dari sana.     

Cara memandang yang demikian seperti hendak berkata bahwa seharusnya Keluarga Chen-lah yang mengendalikan situasi tersebut, karena ini semua terjadi di wilayah kekuasaan mereka.     

Namun, Chen Ji berpura-pura untuk tidak melihat apa yang sedang terjadi di antara mereka. Sebaliknya, ia pun langsung mengacuhkan tatapan sayu Setengah-Biksu Sandao, lalu memaku pandangan matanya sendiri ke arah tanah, sambil berusaha untuk menghitung jumlah pasir dan rumput.     

Sementara itu, tiga orang Setengah-Biksu lain – yang juga ingin merencanakan pernikahan dengan Keluarga Chen – sedang berada di sana untuk mewakili Keluarga Biksu Tangguh masing-masing.     

Namun, ketika mereka melihat nasib mengenaskan yang sedang dialami oleh Setengah-Biksu Sandao, maka seketika itu pula tidak ada satupun dari mereka yang berani melangkah maju, apalagi sampai berusaha untuk menyelesaikan konflik tersebut.     

Itu sama sekali bukan lelucon ketika seseorang berani mengusik Zhu Hongtao, sang murid kedua Biksu Pedang Xuanji. Meskipun keempat Setengah-Biksu dari empat Keluarga Biksu Tangguh itu bekerja sama, namun mereka semua tetap tidak akan mampu menandingi sosok tersebut.     

"Slap!"     

Zhu Hongtao menampar pipi Setengah-Biksu Sandao dan kembali bertanya, "Menyerah atau tidak?"     

Topi yang dikenakan oleh Setengah-Biksu Sandao mulai terlepas dari kepalanya dan terjatuh ke atas tanah.     

Seketika itu juga, pipi kirinya mulai berwarna merah dan menjadi bengkak, sementara darah mulai keluar dari sudut mata dan bibirnya. Meski demikian, ekspresi wajahnya masih terlihat tegas dan tajam, yang mengindikasikan bahwa pria itu tidak akan membungkuk di hadapan kekuatan Zhu Hongtao.     

Itu keterlaluan! Bagaimanapun juga, ia adalah seorang Setengah-Biksu terhormat. Jadi, ia merasa sangat dipermalukan ketika sedang ditampar di depan khalayak umum seperti itu.     

Apa yang akan terjadi dengan harga dirinya sebagai seorang Setengah-Biksu?     

Bagaimana ia bisa berjalan dengan mengangkat wajahnya?     

Bagaimana nasib wajahnya di kemudian hari?     

Baginya, sikap barbar yang ditunjukkan oleh Zhu Hongtao adalah sesuatu yang lebih menyebalkan daripada kematian itu sendiri.     

Setengah-Biksu Sandao menggertakkan giginya, sebagaimana ia mulai menyalakan bola merah panas di dalam Lautan Chi-nya.     

Saat itu, kobaran api mulai keluar dari hidungnya, dan perlahan-lahan mulai menyelimuti tubuhnya. Di waktu yang bersamaan, Kekuatan Biksu yang cukup besar mulai terlepas dari tubuh Setengah-Biksu Sandao, hingga terdapat dua aliran energi yang mulai memancar dari kedua tangannya.     

Dengan kemarahan yang luar biasa, maka seketika itu pula Setengah-Biksu Sandao mulai berteriak, "Beraninya kau mempermalukanku, Zhu Hongtao..."     

"Slap!"     

Sekali lagi, Zhu Hongtao menampar wajah Setengah-Biksu Sandao dengan tangan bagian belakangnya. Namun kali ini, ia menampar pada bagian pipi kanan.     

Kelima jari raksasanya itu seperti lima buah tiang besi yang sedang menghantam kobaran api di tubuh Setengah-Biksu Sandao.     

Akibatnya, kekuatan yang berhasil dikumpulkan oleh Setengah-Biksu Sandao langsung meredup, tanpa tedeng aling-aling. Yang jelas, kedua pipinya tampak semakin membengkak, hingga sampai benar-benar merah, yang mana aliran darah juga mulai keluar dari dua lubang hidungnya.     

"Menyerah atau tidak?" Zhu Hongtao semakin naik pitam.     

Ketika menyaksikan bagaimana keras kepalanya Setengah-Biksu Sandao, maka seketika itu pula Zhu Hongtao kembali melayangkan satu kali tamparan, dan hampir benar-benar berhasil menghancurkan tubuhnya.     

Bahkan, dua buah gigi sampai menggelinding jatuh dari mulut sang Setengah-Biksu.     

"Slap!"     

"Slap!"     

...     

Setiap kali Zhu Hongtao menampar – dengan tangan raksasanya – maka seketika itu pula ia selalu bertanya: "Menyerah atau tidak?"     

Bahkan bagi para penonton yang berada di sana, maka mereka seakan-akan bisa merasakan rasa sakit di pipi mereka masing-masing.     

Semua orang selalu merasa tersentak setiap kali tamparan itu mendarat di pipi Setengah-Biksu Sandao.     

Setengah-Biksu Qingxi merupakan sosok wanita cantik dan elegan – yang berasal dari Keluarga Biksu Xi – dan terlihat berusia 30 tahun.     

Wanita itu tidak tahan lagi melihat apa yang terjadi, hingga ia berencana untuk membujuk Zhu Hongtao agar berhenti melakukannya.     

Namun, sesaat setelah ia mengambil satu langkah maju, maka seketika itu pula Zhu Hongtao langsung mengangkat wajahnya, dan menatap tajam ke arah wanita tersebut. "Apa kau, yang berasal dari Keluarga Biksu Xi, juga ingin mencuri sang pengantin?"     

Seketika itu juga, Setengah-Biksu Qingxi langsung merasa kecil. Kemudian, ia melihat bagaimana kondisi mengenaskan yang sedang dialami oleh Setengah-Biksu Sandao, sebelum akhirnya ia pun langsung menghentikan langkahnya sendiri.     

Dengan hanya satu kali lirikan dari Zhu Hongtao, maka seketika itu pula Setengah-Biksu Qingxi sudah menjadi gemetar.     

Kedua orang Setengah-Biksu dari Keluarga Biksu Tangguh yang tersisa, akhirnya sama-sama hanya mampu saling bersitatap, sambil menukar beberapa pemahaman tertentu, sebelum akhirnya membawa pasukan masing-masing untuk melangkah mundur.     

Itu terlampau brutal!     

Saat ini, Zhu Hongtao sedang menancapkan Setengah-Biksu Sandao ke dalam tanah, sementara ia juga terus menerus menamparnya. Kala itu, tidak ada seorangpun yang berani bangkit berdiri dan mencoba untuk menghentikan Zhu Hongtao.     

Di tempat lain, Chang Qiqi dan Si Xingkong diam-diam merasa sangat puas terhadap tindakan tersebut.     

Chang Qiqi berkata, "Kakak saudara seperguruan kedua ternyata sangat barbar. Bahkan, Setengah-Biksu Sandao sama sekali tidak mampu berkutik, apalagi sampai menyerang balik. Apa beliau tidak khawatir bila nantinya beliau akan mengusik Keluarga Biksu Xu? Apalagi, Setengah-Biksu Sandao merupakan sosok yang sudah berada di level Setengah-Biksu!"     

Mendengar itu, Si Xingkong hanya tersenyum dan berkata, "Berdasarkan pada tingkat pengolahan yang dimiliki oleh kakak saudara seperguruan kedua, maka mengapa beliau harus takut saat dirinya ingin menginjak-injak harga diri para keluarga biksu?"     

Sebenarnya, dari semua orang yang hadir di sana, maka Zhang Ruochen adalah orang yang paling merasa terkejut.     

Bagaimanapun juga, perilaku yang ditunjukkan oleh Zhu Hongtao benar-benar sangat jauh dari konsep keyakinan Zhang Ruochen terhadap seorang Biksu. Jadi, ini merupakan pertama kali dalam hidupnya – baik sekarang maupun di masa silam – untuk melihat dan bertemu dengan sesosok Biksu Barbar.     

Namun, ketika ia teringat bahwa Zhu Hongtao bukanlah seorang manusia, maka seketika itu pula ia langsung menata ulang pemikirannya.     

Lagipula, untuk bertarung sampai lawannya menyerah, maka itu adalah aturan main yang berlaku bagi para binatang buas.     

Sebagaimana pepatah lama kerap terdengar, "Kau mungkin bisa membunuh seorang pria, namun jangan pernah menginjak-injak harga dirinya," Selain itu, Xu Sandao adalah juga seorang Setengah-Biksu terkenal.     

Maka dari itu, saat ini, semua orang sedang bertanya-tanya terhadap apa yang sebenarnya dirasakan oleh Xu Sandao.     

"Menyerah atau tidak?"     

Zhu Hongtao sedang mengangkat tangannya, dan ingin kembali menyerang.     

Akhirnya, Setengah-Biksu Sandao mengangkat kepalanya – yang penuh darah – sambil berbisik, "Ya... saya menyerah kepada Anda..."     

"Akhirnya!"     

Zhu Hongtao menarik Setengah-Biksu Sandao – yang sedang menancap di dalam tanah – sambil menggosok-gosok tangannya sendiri, sebelum akhirnya berkata, "Karena kau telah menyerah, ayo cepat bangkit dan bawa pergi para pasukanmu! Mungkin kau hanya sedang mabuk saat dirimu berani berpikir untuk mencuri sang pengantin, tepat ketika saudara junior seperguruanku hendak bertumbuh menjadi dewasa."     

Setengah-Biksu Sandao pun bangkit berdiri, dan terlihat seperti seekor babi bengkak. Sebagaimana ia masih merasa jika dirinya hanya menjadi korban pemukulan, maka ia cepat-cepat berkata, "Ini pasti sebuah kesalahpahaman... sebuah kesalahpahaman. Kami datang kemari bukan untuk mencuri sang pengantin, namun kami hanya ingin merencanakan sebuah pernikahan."     

Zhu Hongtao berkata, "Bukankah itu sama saja? Saudara junior seperguruanku sudah bertunangan dengan Nona Huang. Bukankah kau sedang berencana untuk mencurinya dengan merencanakan pernikahan dengan gadis tersebut?"     

Seorang lelaki muda dari Keluarga Biksu Xu muncul dari arah belakang dan terlihat sangat menghormati Zhu Hongtao. Kemudian, ia berkata dengan intonasi hati-hati, "Demi menjawab pertanyaan sang Leluhur, maka saya ingin mengklarifikasi sesuatu – bahwa wanita yang berhasil menarik perhatian junior ini adalah Nona Chen Lingchan, dan bukan tunangan Zhang Ruochen, yakni Huang Yanchen."     

"Benarkah?"     

"Benar begitu."     

Seketika itu juga, Zhu Hongtao langsung mematung selama beberapa detik, sebelum akhirnya melirik ke arah Setengah-Biksu Sandao dan berkata, "Jadi ini hanya sebuah kesalahpahaman? Mengapa kau tidak mengklarifikasinya sejak awal? Sini, sini, biar aku periksa luka-lukamu."     

Saat itu, Setengah-Biksu Sandao langsung mengutuk Zhu Hongtao dan menatapnya dengan ekspresi marah. Karena sedang merasa sangat marah, maka ia hanya mampu bergumam pada dirinya sendiri. "Bukankah kau sama sekali tidak membiarkanku bicara?"     

Meskipun empat Keluarga Biksu Tangguh itu merupakan kelompok-kelompok kaya dan berpengaruh, namun mereka juga tidak berani membuat masalah dengan Keluarga Chen.     

Maka dari itu, alasan sesungguhnya saat mereka datang kemari dan ingin merencanakan pernikahan dengan Keluarga Chen adalah karena mereka ingin menikahkan para generasi muda mereka secara bersamaan.     

Tentu saja, mendapatkan kesempatan untuk mengintimidasi dan mempermalukan Zhang Ruochen adalah toping di atas kue itu sendiri.     

Meski demikian, Setengah-Biksu Sandao sama sekali tidak menyangka bila dirinya akan dipukuli seperti itu oleh Zhu Hongtao, bahkan sebelum sang putra kesayangan Dewa dari Keluarga Biksu Xu sempat mengintimidasi Zhang Ruochen.     

"Ini merupakan hari yang menakjubkan. Meskipun keempat Keluarga Biksu Tangguh datang kemari bukan untuk mencuri sang pengantin, namun aku datang kemari memang berniat untuk mengutarakan rasa cintaku terhadap Nona Yanchen. Meskipun aku tahu bahwa dia sudah bertunangan dengan orang lain, namun aku tak kuasa lagi menahan diriku untuk mendapatkan kesempatan yang sama, hingga ingin berkompetisi secara adil dengan Saudara Zhang."     

Seorang pria tampan – yang mengenakan armor putih – sedang berjalan keluar dari kerumunan.     

Sambil membawa sebuah kipas lipat di tangannya, maka ia tersenyum, dan langsung berjalan mendekati Huang Yanchen.     

Lelaki muda itu tampak berusia 20 tahunan. Ia memiliki sepasang alis hitam yang tebal, dengan kedua mata yang cekung, dan hidung yang runcing. Yang jelas, lelaki muda itu benar-benar tampan.     

Meskipun ia hanya tersenyum dengan cara yang biasa, namun ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan aroma darah, pembunuhan, dan intensitas perang yang memancar dari tubuhnya. Sehingga, pria itu tampak seperti seorang prajurit yang baru saja pulang dari medan pertempuran.     

"Siapa pria ini? Darimana dia mendapatkan keberanian untuk datang kemari dan hendak mencuri sang pengantin? Apa dia tidak melihat bagaimana Setengah-Biksu Sandao baru saja dihajar secara brutal?"     

"Dia terlihat cukup familier, kita pasti sudah pernah bertemu dengannya."     

Zhang Ruochen terlihat sedikit kebingungan ketika ia melihat lelaki muda tersebut. Maka dari itu, ia pun langsung mengambil enam langkah ke arah depan guna berhadapan langsung dengan pria tersebut, dan berkata, "Bu Qianfan, aku tahu bahwa kau datang kemari adalah untuk mencariku. Mengapa kau harus berpura-pura dan melibatkan saudari senior seperguruan Yanchen?"     

Lelaki muda ini tidak lain adalah salah satu dari Enam Raja Muda di generasi baru Wilayah Timur, yakni Bu Qianfan.     

Saat ini, Zhang Ruochen sudah pernah bertemu dengan Bu Qianfan karena Orange Star Emissary. Oleh karena itulah, lelaki itu cukup familier baginya.     

Zhang Ruochen pun segera membisikkan sesuatu kepada Bu Qianfan melalui gelombang suara. "Rumor-rumor yang beredar tentang Orange Star Emissary tidaklah benar. Aku pasti akan segera mencari waktu yang pas untuk menjelaskannya kepadamu, jadi tolong jangan membuat ulah sekarang ini."     

Bagaimanapun juga, Zhang Ruochen tidak membenci Bu Qianfan. Sebaliknya, lelaki itu bahkan mengaguminya. Meskipun Bu Qianfan sudah memahami bahwa Orange Star Emissary dan Di Yi sama-sama berada di pihak yang sama, namun ia masih mencintai wanita itu sepenuh hatinya. Maka dari itu, Zhang Ruochen juga menganggapnya sebagai sosok yang patut dikagumi, meskipun ia sedikit menjengkelkan karena sampai dimanfaatkan seperti itu oleh Orange Star Emissary.     

Karena alasan itulah, maka Zhang Ruochen sama sekali tidak ingin bermusuhan dengannya.     

Setelah mendengar perkataan Zhang Ruochen, maka seketika itu pula bibir Bu Qianfan sedikit tersungging. Kemudian, ia membalas dengan cara yang sama dan mengirimkan gelombang suara kepadanya. "Apa kau pikir diriku akan percaya kepadamu, Zhang Ruochen? Kau telah mencuri wanitaku, jadi jangan salahkan aku kalau aku akan melakukan hal yang sama terhadapmu."     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen tiba-tiba merasa tidak tenang saat menyaksikan senyuman di wajah Bu Qianfan.     

Mengapa Bu Qianfan tersenyum dengan cara yang seperti itu? Entah bagaimana, senyumannya kali ini samar-samar terlihat familier. Yang jelas, ia pasti sudah pernah melihatnya di suatu tempat?     

Di mana ia pernah melihat senyuman yang seperti itu sebelumnya?     

Bu Qianfan seperti menjadi sosok yang tidak bisa melepaskan pandangan matanya dari Huang Yanchen, "Saudara Zhang, semua orang mencintai gadis cantik. Sejujurnya, aku sudah jatuh cinta kepada Nona Yanchen sejak pertama kali aku melihatnya. Meskipun jika hari ini artinya adalah kehancuran bagi diriku sendiri, namun aku masih akan berjuang untuk hal tersebut. Aku sama sekali tidak akan pernah rela membiarkan wanita yang kucintai hendak menikah dengan pria lain," kata Bu Qianfan dengan intonasi yang sungguh-sungguh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.