Kaisar Dewa

Satu Pedang



Satu Pedang

0Elder Xuanji menyadari kegelisahan yang sedang ditampilkan oleh Zhang Ruochen dan meyakini bahwa ia sudah bertindak keterlaluan saat ingin menghancurkan kepercayaan dirinya. Maka dari itu, ia pun hendak meninggikan kembali harga diri muridnya.     

Namun, Zhang Ruochen, dengan ekspresi yang sangat serius, saat itu tiba-tiba menghela nafas panjang. "Satu Pedang memang sangat sulit dipahami. Murid Anda terlampau tumpul; saya hanya mampu memahami satu pertiga dari semua isinya."     

Seketika itu juga, Elder Xuanji merasa tersentak.     

Apa?     

Lelaki itu hanya melihatnya sekali, dan sudah mampu memahami sampai satu pertiga dari keseluruhan isinya?     

Elder Xuanji sendiri mungkin tidak akan mampu memahami satu persepuluh dari keseluruhan isinya pada saat pertama kali membaca Satu Pedang.     

Di sisi lain, lelaki muda itu memanggil dirinya sendiri sebagai sosok yang tumpul, tepat setelah berhasil memahami satu pertiga dari isi yang terkandung di dalam buku tersebut? Bocah ini memang pantas untuk dilabrak!     

Elder Xuanji pun mulai mengamati Zhang Ruochen lekat-lekat dan mulai bertanya kepadanya, sambil memasang ekspresi tak percaya, "Apa kau sungguh-sungguh berhasil memahami satu pertiga dari seluruh isinya?"     

Zhang Ruochen berkata, "Saya hanya berhasil memahami satu pertiga dari semua isinya. Mengapa Anda begitu terkejut?"     

Elder Xuanji bisa melihat bahwa Zhang Ruochen tidak sedang berbohong. Jadi, diam-diam ia hanya bisa menghela nafasnya di dalam hati. Murid termudanya ini benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa dalam keterampilan pedang.     

Elder Xuanji mengelus jenggot putihnya dan tersenyum. "Jika kau memang berhasil memahami satu pertiga dari semua isi yang terkandung di buku Satu Pedang, maka level pemahamanmu terhadap sesuatu telah mengungguli sebagian besar Setengah-Biksu lainnya."     

"Akan tetapi, itu hanya melambangkan bahwa kau memiliki kualifikasi yang cukup untuk mempelajari Tao pedang. Dan masih tidak ada jaminan bagimu untuk mampu menguasainya."     

"Memahami sesuatu adalah langkah pertama. Namun, hanya dengan menguasai Satu Pedang tersebut, maka kau akan benar-benar menjadi seorang praktisi pedang yang sejati."     

Baru sekarang ini Zhang Ruochen akhirnya merasa bangga terhadap pencapaiannya. Ternyata, memahami satu pertiga dari buku Satu Pedang merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.     

Meski demikian, apa yang dikatakan oleh Master-nya merupakan sesuatu yang sangat masuk akal. Bagaimanapun juga, untuk memahami sebuah buku, maka itu bukanlah pencapaian yang terlampau besar. Sebab, pencapaian sejati terletak pada mampu menguasainya atau tidak.     

Zhang Ruochen berkata, "Anda berkata jika ada begitu banyak Setengah-Biksu yang belum mampu memahami Satu Pedang. Apa itu artinya bila seseorang harus mencapai level Setengah-Biksu terlebih dahulu, sebelum akhirnya dapat menguasai Satu Pedang?"     

"Tidak sepenuhnya benar," balas Elder Xuanji. "Jika kau cukup bertalenta, maka kau bisa menguasai Satu Pedang, meskipun masih berada di Alam Fish-dragon. Bila itu terjadi, maka seiring berjalannya waktu sampai kau berhasil menembus Alam Setengah-Biksu, maka saat itu kau bisa mulai mempelajari Dua Pedang."     

Zhang Ruochen pun bertanya penasaran, "Dua Pedang? Ternyata itu ada?"     

"Tentu saja."     

Elder Xuanji mengangguk. "Satu Pedang melambangkan diri sendiri, sementara Dua Pedang melambangkan Yin dan Yang. Setelah berhasil menguasai keduanya, maka akan ada Tiga Pedang, Empat Pedang... setelah berhasil menguasai setiap buku pedang tersebut, maka pemahamanmu terhadap Tao pedang akan meningkat sampai pada suatu level yang baru."     

Kala itu, Zhang Ruochen kembali melanjutkan pertanyaannya – seperti seorang murid yang biasanya ada di sekolah-sekolah. "Apa yang Anda maksud sebagai diri sendiri? Lalu apa yang Anda maksud sebagai Yin dan Yang?"     

Elder Xuanji menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mengajarimu tentang hal tersebut. Kau hanya bisa mengembangkannya dengan dirimu sendiri. Apa yang bisa kukatakan kepadamu; bahwa kau harus menguasai Satu Pedang, jika tidak, maka kau tidak akan pernah menjadi seorang praktisi pedang sejati."     

"Saudari senior seperguruanmu juga sangat berbakat dalam mempelajari Tao pedang. Namun, wanita itu telah mempelajarinya selama puluhan tahun, dan hanya mampu mencapai Tingkatan Mula di Dua Pedang. Maka dari itu, jangan terlalu cepat dan ingin mempelajari buku lanjutan yang lain. Kuasai dulu Satu Pedang; setelah itu, maka kau akan merasakan peningkatan yang besar terhadap kekuatanmu."     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen mengingat kembali mantra keterampilan pedang yang diucapkan oleh Setengah-Biksu Lingshu ketika ia berhasil mengalahkan Ember Kylin di Dunia Primitif Xuan Wu. Kemudian, ia mulai menggumamkannya. "Dua Chi Yin dan Yang telah membelah langit dan bumi; Tao pedang alami adalah jalan menuju semua latihan."     

Itu merupakan sebuah formula yang diucapkan oleh Setengah-Biksu Lingshu.     

Elder Xuanji berkata, "Ya, itu sebuah formula yang digunakan untuk Dua Pedang."     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen akhirnya mulai mengenggam buku Satu Pedang di tangannya erat-erat. "Saya pasti akan berhasil menguasai Satu Pedang saat masih berada di Alam Fish-dragon."     

Elder Xuanji berkata sambil tertawa, "Selama ribuan tahun belakangan, hanya ada 34 orang yang berhasil menguasai Satu Pedang ketika berada di Alam Fish-dragon."     

Zhang Ruochen bertanya, "Apa Anda adalah salah satu dari mereka?"     

"Ya."     

Elder Xuanji terlihat bangga terhadap dirinya sendiri. Lagipula, untuk berhasil menguasai Satu Pedang di Alam Fish-dragon, maka itu merupakan sebuah pencapaian yang tinggi.     

"Sebagai tambahan," katanya. "Di antara 34 orang tersebut, hanya ada dua orang yang sanggup menguasai Dua Pedang ketika berada di Alam Fish-dragon."     

Zhang Ruochen sudah melihat sendiri isi yang terkandung di dalam Pedang Satu. Jadi, ia mengerti betapa mendalam dan sulitnya untuk berhasil mewujudkan hal tersebut.     

Yang jelas, ia bisa memahami bahwa Dua Pedang merupakan keterampilan yang jauh lebih sulit untuk dikuasai.     

Maka dari itu, untuk menguasai Dua Pedang merupakan hal yang sangat sulit, alih-alih membayangkan sosok yang mampu menguasainya ketika masih berada di Alam Fish-dragon!     

Mungkinkah itu... dia?     

Seseorang dari 800 tahun silam tiba-tiba muncul di dalam benak Zhang Ruochen.     

Sosok itu merupakan salah satu dari Sembilan Kekaisaran.     

Dan kata-kata Elder Xuanji baru saja mengkonfirmasi kecurigaan Zhang Ruochen.     

Elder Xuanji berkata, "Dua orang yang berhasil menguasainya adalah sang Kaisar Pedang dan Permaisuri Chi Yao."     

"Aku tidak berharap agar kau mampu mengimbangi mereka. Sebab, aku sudah merasa sangat bangga bila kau ternyata berhasil menguasai Satu Pedang ketika masih berada di Alam Fish-dragon."     

Nama sang Kaisar Pedang akhirnya menggema di telinga Zhang Ruochen seperti sambaran petir.     

Xue Hongchen, sang Kaisar Pedang sejati, merupakan putra dari sang gubernur Kota Fragrance. Pria itu memiliki talenta yang tidak tertandingi dalam hal teknik pedang, dan juga merupakan sosok yang ramah. Pada usianya yang ke 36 tahun, maka ia sudah berhasil mengungguli pencapaian ayahnya, dan menjadi seorang gubernur Kota Fragrance, lalu ia dikenal oleh dunia sebagai Biksu Pedang Hongchen.     

Setelahnya, pria itu semakin mendapatkan pencapaian-pencapaian besar lainnya dalam Tao pedang, sehingga ia pun akhirnya berhasil mencapai alam yang tertandingi. Di era tersebut, maka ia akhirnya menjadi seorang Kaisar Pedang.     

Selain itu, Xue Hongchen merupakan sosok yang paling muda di antara Sembilan Kekaisaran.     

Alasan mengapa Kaisar Ming memberi nama putranya sebagai "Zhang Ruochen," adalah karena ia ingin agar putranya tersebut mampu meraih pencapaian-pencapaian seperti yang berhasil dilakukan oleh Xue Hongchen.     

Saat itu, ada pepatah lama di Daratan Kunlun yang sering terdengar: "Ketika Biksu Pedang Hongchen berani menghina Red Dust, maka putranya harus menjadi seperti Xue Hongchen."     

Meskipun Zhang Ruochen tidak pernah bertemu secara langsung dengan Kaisar Pedang, namun pria itu selalu menjadi idolanya sejak kecil.     

Jadi, ketika Elder Xuanji menyebut namanya untuk yang kedua kalinya, maka seketika itu pula Zhang Ruochen tidak sabar lagi untuk bertanya, "Master, alam mana yang berhasil dicapai oleh Kaisar Pedang selama itu?"     

Elder Xuanji menatap sesuatu di kejauhan. Tersirat ketidaktahuan di sana, namun ia masih memancarkan ekspresi semangat dari kedua matanya. "Sejak dulu, Kaisar Pedang tidak pernah muncul di Daratan Kunlun. Jadi, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa tinggi pencapaian beliau. Akan tetapi, aku pernah mendengar jika beliau berhasil menguasai Sepuluh Pedang pada 800 tahun silam. Namun, orang lain juga mengatakan bahwa beliau telah berhasil mencapai level Sebelas Pedang. Di luar sana, ada begitu banyak rumor, namun tidak ada seorangpun dari mereka yang benar-benar mengetahui jawabannya."     

Zhang Ruochen kembali bertanya, "Jadi, alam mana yang dibutuhkan agar dapat menjadi seorang Biksu Pedang?"     

"Setidaknya kau harus berhasil menguasai Tujuh Pedang. Setelah itu, maka kau akan disebut sebagai seorang Biksu Pedang."     

Saat itu, Zhang Ruochen terlihat sedikit terkejut. "Maksud Anda hanya ada tiga orang yang berhasil menguasai Tujuh Pedang di seluruh Daratan Kunlun?"     

"Ya."     

Elder Xuanji menghela nafasnya dan menegaskan, "Maka dari itu, kau tidak perlu merasa kecewa bila ternyata dirimu gagal menguasai Satu Pedang di Alam Fish-dragon. Sebab, itu hanya merupakan mimpiku kepada dirimu."     

Zhang Ruochen dan Elder Xuanji sama-sama melanjutkan diskusi mereka terkait dengan Wordless Sword Manual.     

Sampai malam tiba, setelahnya Zhang Ruochen pun pergi meninggalkan Taman Pir Linghe dengan membawa buku Satu Pedang. Kemudian, ia keluar dari Akademi Saint dan berjalan menuju ke Avenue King.     

Mansion milik Kong Lanyou – yang telah diberikan kepadanya – berlokasi di Avenue King.     

Zhang Ruochen menapakkan kakinya di tengah jalan, dengan lalu lintas yang cukup sibuk. Saat itu, kepalanya masih mencoba untuk memahami isi buku Satu Pedang. Yang jelas, lelaki itu tampak sedang sangat terobsesi.     

Kedua matanya hanya kosong menatap ke arah depan, sementara berbagai macam pikiran-pikiran mulai melintas di dalam benaknya.     

Bahkan, sebelum ia menyadari hal tersebut, maka ia sudah lebih dulu berdiri di depan gerbang mansion-nya. Maka dari itu, ia pun segera mendorong gerbangnya dan berjalan masuk.     

"SWISH!"     

Lelaki itu baru saja masuk ke dalam gerbang, namun ia langsung mendengar suara gesekan pedang.     

Terdapat pedang Chi yang sedang membelah udara. Lalu, sebuah garis cahaya pedang – seukuran dua jari – sedang melintas di depan mata Zhang Ruochen.     

Cahaya pedang itu sangat menyilaukan. Akibatnya, Zhang Ruochen pun hanya bisa menutup matanya.     

"CLANG!"     

Ketika merasakan datangnya bahaya, maka seketika itu pula Pedang Kuno Abyss mulai terlepas dari dalam sarung, dengan sendirinya.     

Zhang Ruochen hampir bereaksi hanya berdasarkan insting-nya, sambil menudingkan jari ke arah depan. Akibatnya, Pedang Kuno Abyss itu mulai meliuk-liuk ke arah semak yang terdapat di sisi kiri gerbang.     

"BOOM!" terdengar suara ledakan yang kencang.     

Pedang Kuno Abyss berhasil mengenai targetnya. Di waktu yang bersamaan, pedang milik orang lain itu langsung terbelah menjadi dua, dengan suara "clang".     

Zhang Ruochen membuka matanya dan hampir saja ingin menusukkan pedangnya ke arah depan, namun tiba-tiba ia menyadari bahwa sosok yang menyerangnya – ternyata merupakan seorang gadis kecil berusia lima atau enam tahun.     

Gadis kecil itu adalah Han Xue.     

Ia sedang berdiri di bawah pohon sambil menggenggam pedang patah di tangannya. Saat itu, tangan putihnya yang kecil dan ramping tampak sedang mengucurkan darah. Sambil menahan rasa sakitnya, maka ia pun perlahan-lahan melangkah mundur.     

Dalam sekejap, Zhang Ruochen akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali. Saat itu, ia cepat-cepat mengendalikan Hati Pedang dan langsung memanggil Pedang Kuno Abyss – agar kembali ke dalam sarungnya.     

"Han Xue, apa yang sedang kau lakukan di sini?"     

Lelaki itu segera melesat maju guna memeriksa kondisinya.     

Meskipun itu hanya sebuah tusukan acak, namun serangan pedangnya masih mengandung kekuatan yang besar.     

Bagaimanapun juga, Han Xue masih terlampau muda untuk mampu bertahan dari serangan Zhang Ruochen.     

Untungnya, Pedang Kuno Abyss hanya menebas pedangnya, dan membelahnya menjadi dua. Di waktu yang bersamaan, getaran akibat tebasan pedang itu akhirnya menciptakan luka di tangan gadis kecil tersebut, namun itu bukanlah luka-luka yang serius.     

Bahkan, gadis kecil itu juga tidak menangis. Saat itu, ia hanya sedikit mengerutkan bibirnya sambil berkata pelan, "Master, apa yang sedang kau pikirkan? Bahkan kau baru saja melepaskan kekuatan yang begitu besar hingga hampir berhasil membunuhku."     

"Maaf, tadi aku sedang memikirkan pemahaman pedang sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa ternyata itu adalah dirimu. Omong-omong, mengapa kau menyerangku?"     

Zhang Ruochen merentangkan tangannya dan mulai menekan pergelangan tangan gadis kecil tersebut. Saat itu, ia mencoba untuk mengalirkan Tenaga Chi ke dalam Jalur Aliran Chi milik gadis kecil tersebut, dan berusaha untuk mengobatinya.     

Namun, lelaki itu hanya menemukan bahwa – sebelum Tenaga Chi-nya sempat mengalir ke dalam tubuh si gadis kecil – namun luka-luka yang terdapat di tangannya sudah mulai tertutup dengan sendirinya.     

"Eh?!"     

Bagaimana itu bisa terjadi?     

Bahkan Zhang Ruochen – yang memiliki Mutiara Naga di tubuhnya – sama sekali tidak mampu mengobati tubuhnya seperti yang dilakukan oleh gadis kecil tersebut.     

Dalam sepersekian detik, maka luka-luka gadis itu sudah sembuh sempurna. Sehingga, tidak ada bekas luka sama sekali yang bisa dilihat.     

Apa yang lebih mengejutkan bagi Zhang Ruochen adalah serangan pedangnya hanya mampu melukai pedang milik gadis tersebut. Sementara itu, kekuatan guncangan yang diakibatkan oleh proses bertemunya dua pedang, ternyata sama sekali tidak mampu menjatuhkan pedang tersebut dari genggaman tangannya.     

Bahkan, tangannya masih menggenggam erat-erat pedang yang patah tersebut.     

Seseorang harus ingat bahwa gadis itu belum genap berusia 6 tahun. Namun, tingkat pengolahannya sudah benar-benar mengejutkan.     

"Fisik Seribu Tulang ternyata sangat tangguh! Benar-benar luar biasa!" Zhang Ruochen akhirnya teringat tentang hal tersebut.     

Han Xue langsung menunjukkan gigi putihnya dan kedua matanya tampak berkedip-kedip. "Kakak Yanchen sedang mengunjungi mansion milik Master dan mengatakan padaku bahwa kau sudah kembali ke Kota Saint Wilayah Timur. Jadi, aku ingin menunjukkan kepadamu tentang hasil pencapaian latihanku baru-baru ini. Maka dari itu, aku sengaja menyerangmu. Tapi ternyata, tingkat pengolahanku masih terlampau lemah! Aku sama sekali tidak mampu menandingi levelmu. Apa setelah ini kau akan berpikir bahwa aku ini tidak berguna, Master?"     

Setelah mengatakan itu, maka Han Xue mulai menundukkan kepalanya, dan merasa sedih.     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum. Setelah itu, ia menggenggam pergelangan tangannya dan mengangkat kepala gadis kecil tersebut, sambil berkata, "Jika kau menganggap dirimu sendiri sebagai orang yang tidak berguna, maka itu artinya, di dunia ini sama sekali tidak ada orang yang berguna! Dan oh, mengapa Kakak Yanchen datang kemari?"     

Han Xue memanggil Zhang Ruochen sebagai "Master," namun gadis itu memanggil Huang Yanchen sebagai "Kakak Yanchen". Yang jelas, itu merupakan sesuatu yang sangat aneh.     

Akan tetapi, Zhang Ruochen tidak menanyakan hal tersebut.     

Sebab, ia merasa lebih penasaran terhadap kedatangan Huang Yanchen.     

Han Xue menggelengkan kepalanya pelan sambil mengatupkan tangannya. "Aku tidak tahu. Aku hanya melihat Kakak Yanchen sedang bersama seorang paman. Ketika aku bersama dengan mereka, maka mereka terus saja membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan 'hadiah pengantin'... 'tamu'... dan 'janji pernikahan'... yang jelas, aku tidak terlalu memahaminya."     

Seketika itu juga, ekspresi wajah Zhang Ruochen langsung berubah menjadi serius. Sebab, tampaknya ia baru saja memahami maksud kedatangan Huang Yanchen saat mengunjungi mansion-nya. Maka dari itu, ia pun segera melangkah ke arah aula, sambil menggandeng tangan mungil Han Xue.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.