Kaisar Dewa

Malam Pertama yang Terlambat



Malam Pertama yang Terlambat

0"Creak!"     

Pintu itu tidak terkunci, dan hanya dengan sedikit dorongan, maka pintu itu segera terbuka.     

Ruangan itu dipenuhi dengan aroma wangi yang samar.     

Di waktu yang bersamaan, pintu itu langsung tertutup secara otomatis sesaat setelah ia masuk ke dalam kamar, namun hal itu gagal membuatnya terkejut. Lelaki itu mengamati situasi di dalam kamar. Ada dua buah lilin – satu berbentuk naga dan satu berbentuk phoenix – di kedua sudut ruangan, yang memancarkan cahaya remang.     

Di dalam kamar tidur itu, maka segala sesuatunya berwarna merah – karpet merah, korden merah, sekaligus ranjang lebar yang berwarna merah.     

Zhang Ruochen tiba-tiba mendapatkan ilusi tentang hari pernikahannya, dan apa yang telah terjadi selama beberapa tahun belakangan hanya terasa seperti mimpi. Di ilusinya, lelaki itu dan Huang Yanchen telah menyelesaikan seluruh prosesi pernikahan, hingga sekarang mereka sedang merayakan malam pertamanya.     

Di belakang korden, di sana terdapat kolam sepanjang 10 kaki, dengan asap yang keluar dari permukaan airnya, sementara kolam tersebut juga dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna pink.     

Huang Yanchen sedang membersihkan diri di kolam tersebut. Tubuh bagian bawahnya terendam di dalam air dan tertutupi oleh bunga-bunga tersebut. Namun, tubuh bagian atasnya yang telah telanjang memperlihatkan kulitnya yang mulus dan berkilauan. Rambut panjang berwarna birunya juga telah terurai sampai ke bahu.     

Cahaya lilin itu samar-samar memperlihatkan lekukan tubuhnya yang sempurna. Buih-buih air mulai bermunculan di sekitar tubuhnya, hingga membuatnya menjadi semakin cantik.     

Huang Yanchen menyentuh leher dan pundaknya, sebagaimana ia juga mulai berkata lembut, "Kukira kau tidak akan datang malam ini."     

Zhang Ruochen berdiri di sudut kolam, sambil mengamati wanita cantik yang seperti peri ini, dengan perasaan kompleks antara takjub, bersalah, dan hasrat yang paling primitif.     

Lelaki itu berkata, "Kalau aku tidak datang malam ini, apa kau akan membenciku?"     

"Splash!"     

Huang Yanchen menyilangkan tangannya untuk menutupi dadanya yang telanjang, sambil mulai membusungkannya sedikit, sebelum akhirnya berkata, "Tidak, aku tidak akan membencimu."     

Setelah memikirkannya sejenak, maka wanita itu menambahkan, "Karena, kalau kau tidak datang, maka aku akan tahu bahwa kau tidak pernah mencintaiku. Jadi, aku akan memutuskan tali pertunangan kita supaya kau bisa hidup bebas bersama dengan orang yang kau cintai."     

Zhang Ruochen berkata, "Tapi aku datang kemari, jadi apakah ini kencan pertama kita?"     

"Ya!"     

Terdapat senyuman bahagia di wajahnya yang dingin. Jari-jarinya mulai turun ke dalam air, dan ujung bibirnya tampak tersungging. "Aku masih ingat, ketika kau pertama kali masuk di Kampus Barat. Saat itu, kau pernah mengintipku ketika aku sedang mandi, seperti halnya yang terjadi malam ini."     

Zhang Ruochen terbatuk-batuk. "Itu adalah ulah saudari senior seperguruan Duanmu. Jika tidak, maka aku tidak akan pernah masuk ke dalam ruangan itu. Tapi malam ini, aku berdiri di hadapanmu karena sudah mendapatkan izin. Jadi, itu bukan dihitung sebagai mengintipmu, kan?"     

Huang Yanchen sedikit menggigit bibirnya, dan terlihat kurang puas dengan jawaban tersebut. Akan tetapi, ia masih berusaha mengatur suaranya selembut mungkin, supaya suasana ini tidak hancur. Kemudian, ia berkata, "Aku harus mengenakan pakaian, bisakah kau menghadap ke belakang?"     

Zhang Ruochen melakukan apa yang diminta wanita itu, sambil menutup matanya.     

Kemudian, ia mendengar rentetan suara – pertama adalah suara air, lalu disusul dengan langkah kaki, kemudian suara-suara wanita itu yang sedang mengenakan pakaiannya.     

Setelah beberapa saat, maka ia kembali mendengar suara Huang Yanchen. "Sekarang kau bisa membalikkan badan."     

Ketika lelaki itu membalikkan badannya, maka seketika itu pula ia melihat Huang Yanchen sedang mengenakan gaun merah mandarin dengan pola bebek, sambil duduk tepi ranjang. Saat itu, pakaiannya hampir sepanjang tiga kaki, yang terserak di bawah lantai dengan bulu-bulu sebagai penghiasnya.     

Kemudian, terdapat kerudung pengantin merah yang menutupi kepalanya, dan menyembunyikan kecantikan wajahnya.     

Api yang berasal dari dua buah lilin di setiap sisi itu membuat suasana di sekitar ranjang menjadi sedikit bergoyang. Alhasil, itu membuat pemandangan di hadapannya menjadi semakin spektakuler.     

Huang Yanchen berkata dengan suaranya yang gemetar, "Aku ingin menjadi pengantinmu malam ini. Bagaimana denganmu?"     

Saat berhadapan dengan situasi semacam ini, maka seketika itu pula Zhang Ruochen langsung menahan nafasnya, sementara jantungnya mulai berdegup-degup kencang. Lelaki itu berjalan mendekat, lalu mengambil kotak pernikahan emas di atas ranjang dan hendak membuka kerudung pengantinnya.     

Namun, tiba-tiba ia berhenti dan bertanya, "Apa kau benar-benar sudah memutuskan? Aku tidak menjanjikan apa-apa di masa depan, bahkan aku tidak bisa menikahimu."     

Huang Yanchen berkata, "Aku tahu."     

Zhang Ruochen mengangguk. Tanpa lagi merasa ragu, maka ia mulai membuka kerudung pengantin merah dan langsung mengamati wajah cantik di hadapannya.     

Huang Yanchen telah berdandan dengan sangat cantik sebelumnya. Wanita itu telah menebalkan alis matanya, membuat bibirnya tampak berwarna merah ceri, lalu membuat kedua pipinya berwarna pink.     

Setelah itu, Zhang Ruochen duduk di tepi ranjang. Lalu, sambil menggenggam tangan wanita tersebut, maka lelaki itu mulai menatapnya. "Kau sangat cantik malam ini."     

Kemudian, mereka berdua berbaring di atas ranjang – salah satu tidur di sisi kanan, sementara yang lain berada di sisi kiri. Mereka berdua sedang menatap langit-langit kamar.     

Huang Yanchen menjilat bibirnya sendiri sebelum bertanya, "Zhang Ruochen, apa seperti yang disebut sebagai malam pernikahan?"     

"Sepertinya begitu." Balas Zhang Ruochen.     

"Oh!"     

Huang Yanchen tidak bertanya lagi, namun sinar di matanya tiba-tiba mulai meredup. Wanita itu merasa sedikit kecewa dan sedih.     

Meskipun Huang Yanchen belum pernah merasakan malam pertama sebelumnya, namun wanita itu tahu bahwa seharusnya tidak seperti ini. Wanita itu berpikir kalau Zhang Ruochen memperlakukannya lebih seperti kakak seperguruan, dan bukan kekasih yang sesungguhnya.     

Cahaya yang berasal dari lilin masih berdansa di sana, dan membuat segala sesuatu yang berada di dalam kamar itu menjadi bayang-bayang.     

Pada saat ini, gambaran mengenai Chi Yao mulai melintas di dalam benak Zhang Ruochen. Lelaki itu terus memikirkan mengenai senyumannya, dan ekspresi wajah wanita tersebut ketika ia membunuhnya.     

Sementara itu, ekspresi wajah Zhang Ruochen sendiri akhirnya terus berubah-ubah, dari yang mulai memperlihatkan ekspresi gembira, lalu merasa stres, sampai akhirnya menjadi penuh pertimbangan.     

Chi Yao adalah seperti mimpi buruk baginya. Sesuatu yang sangat sulit untuk disingkirkan.     

Terutama ketika berada di malam pernikahan seperti ini, maka perasaannya terhadap wanita itu akhirnya menjadi semakin meluap-luap Akibatnya, otot-otot biru di sekujur tubuhnya mulai menonjol, sementara keringat sebesar jagung mulai membasahi dahinya. Setelahnya, lelaki itu langsung menggenggam tangan Huang Yanchen erat-erat.     

"Zhang Ruochen, ada apa?"     

Setelah Huang Yanchen menatap wajah Zhang Ruochen, maka seketika itu pula ia langsung duduk dan hendak memeriksanya. Huang Yanchen menemukan kalau tubuh lelaki tersebut seperti sedang terbakar. Selain itu, di dalam tubuhnya, di sana terdapat aura panas yang sedang mengalir menuju kepala Zhang Ruochen.     

Yang jelas, Zhang Ruochen sedang berada di situasi yang berbahaya. Mungkin saja, lelaki itu bisa kehilangan kendali atas semua Chi di dalam tubuhnya, dan jikalau sampai salah menanganinya, maka lelaki itu bisa kehilangan semua kekuatannya.     

Huang Yanchen sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jadi, ia cepat-cepat bangkit berdiri untuk mencari Masternya.     

Mungkin, Masternya tahu bagaimana cara menyelamatkan Zhang Ruochen.     

Akan tetapi, sebuah tangan yang besar dan kuat tiba-tiba langsung mencengkram pundaknya, tepat ketika wanita itu hendak bangkit dari ranjang.     

"Chi Yao,,, kenapa kau ingin membunuhku?"     

Kedua mata Zhang Ruochen terlihat melotot, dengan kedua pupil matanya yang telah berubah menjadi merah. Dengan tarikan yang kuat, maka ia langsung menarik tubuh Huang Yanchen dan langsung menindihnya.     

"Zhang Ruochen... kau membuatku takut... lepaskan aku... aku harus bertemu dengan Master untuk membantumu."     

Huang Yanchen berpikir bahwa Zhang Ruochen pasti memiliki iblis – semacam situasi trauma – di dalam hatinya, namun lelaki itu terus saja menyegelnya di dalam relung hati terdalam. Akan tetapi, karena alasan-alasan tertentu, maka malam ini iblis itu terlepas.     

Chi Yao?     

Apa hubungannya dengan Chi Yao?     

Kalau iblis di dalam hatinya ternyata benar-benar Permaisuri Chi Yao, maka ia pasti sedang mengalami tekanan yang sangat berat – hingga bahkan jauh berada di luar imajinasi orang-orang normal.     

Setelah menguasai gerakan ketujuh dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna, maka Chi maskulin di dalam tubuh Zhang Ruochen telah meningkat menjadi sepuluh kali lipat lebih besar daripada orang-orang normal.     

Lelaki itu sanggup mengendalikan Chi maskulinnya – dengan menggunakan kekuatannya yang tinggi – hingga menjadikannya tenang dalam waktu yang bersamaan.     

Namun, malam ini situasinya telah berbeda. Seperti yang diduga oleh Huang Yanchen, maka Chi Yao – seperti halnya iblis di dalam hati lelaki tersebut – telah datang untuk menghantuinya. Entah yang dirasakan oleh lelaki tersebut merupakan cinta atau kebencian, namun hal itu terlihat sangat mengerikan.     

Dengan terlepasnya iblis di dalam diri, maka seketika itu pula Zhang Ruochen langsung kehilangan akal sehatnya.     

Alhasil, Chi maskulin di dalam tubuhnya – yang telah menjadi 10 kali lipat lebih kuat – akhirnya juga kehilangan kendali. Pada akhirnya, semua itu berkumpul di dalam kepalanya dan di bagian perut bawahnya.     

"Hiss!"     

Zhang Ruochen merobek gaun Huang Yanchen, dan memperlihatkan tubuh putihnya yang mulus.     

Pakaian pengantin berwarna merahnya pun langsung membentuk kontras yang tajam dengan kulit putihnya.     

"Zhang Ruochen, kau... apa yang kau lakukan... hentikan..."     

Huang Yanchen sedang merasa panik. Wanita itu hendak meninjunya, namun ia takut melukainya, jadi ia cepat-cepat mengurungkan niatnya. Alhasil, tinjunya hanya mendarat lembut di dada Zhang Ruochen, namun jelas, hal itu tidak mampu menghentikan aksi brutal lelaki tersebut.     

Zhang Ruochen tidak bisa berpikir jernih, dan sama sekali tidak bisa membedakan apakah wanita di hadapannya ini merupakan Chi Yao atau Huang Yanchen. Saat itu, ia sedang disetir oleh hasratnya yang paling primitif.     

Pada mulanya, Huang Yanchen berusaha untuk menyingkirkannya, namun setelah beberapa saat, maka ia pun akhirnya menyerah. Wanita itu menggigit bibirnya sendiri dan langsung melingkarkan tangannya pada leher lelaki tersebut. Setelah itu, air mata mulai mengalir deras di pipinya.     

Hal itu terjadi karena Huang Yanchen tahu kalau sosok wanita di dalam hati Zhang Ruochen kemungkinan besar bukan dirinya.     

Jadi, mungkin itu akan menjadi malam yang panjang bagi wanita tersebut.     

Setelahnya, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam kamar itu, mengingat formasi taktisnya telah mereka aktifkan sebelumnya.     

Keesokan paginya, Zhang Ruochen terbangun, dengan merasa sangat kelelahan. Saat itu, ia merasakan sesuatu yang hangat di dadanya. Kemudian, ia menemukan bahwa ada kepala Huang Yanchen di sana.     

Huang Yanchen tidur dengan damai di pelukannya tanpa mengenakan busana apa-apa. Kedua bulu matanya melengkung ke atas, hingga membuatnya tampak semakin atraktif.     

"Apa yang terjadi?"     

Zhang Ruochen menggosok pelipisnya, dan berusaha keras untuk mengingat peristiwa yang terjadi semalam. Akan tetapi, ia sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa, dan hanya membuatnya menjadi semakin pusing.     

Ketika ia menyaksikan bercak darah di kaki jenjang Huang Yanchen, maka seketika itu pula ia menyadari apa yang telah terjadi.     

Zhang Ruochen menutup matanya dan menghembuskan nafas panjang.     

"Master, seseorang ingin bertemu denganmu. Katanya, dia adalah Setengah-Biksu Zixia."     

Suara Han Xue terdengar dari luar.     

Zhang Ruochen membalas panggilannya, sambil mulai mengenakan jubahnya. Setelah itu, ia turun dari ranjang tanpa suara, karena ia takut membangunkan Huang Yanchen.     

Akan tetapi, Huang Yanchen telah lebih dulu membuka matanya. Namun, ia masih terkulai lemah di sana, yang juga terlihat lembut seperti lumpur. "Apa kau akan pergi?"     

Zhang Ruochen menatapnya. Kemudian, ia berkata sambil tersenyum, "Setengah-Biksu Zixia berada di sini. Kurasa hal itu karena para petinggi dari Sekte Yin Yang ingin bertemu denganku. Apalagi, ada banyak hal yang terjadi selama Pesta Ahli Waris berlangsung, dan mereka mungkin sedang mencari jawabannya. Istirahatlah yang cukup dan jangan memikirkannya terlalu berlebihan."     

Setelah itu, Zhang Ruochen pergi meninggalkan kamar tersebut dan bertemu dengan Setengah-Biksu Zixia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.