Kaisar Dewa

Pertempuran Terakhir Kedua Biksu Pedang



Pertempuran Terakhir Kedua Biksu Pedang

0Sekarang ini, semua rambut halus yang berada di belakang leher Zhang Ruochen langsung terangkat naik. Lelaki itu terus menerus berkeringat, sambil merasa terancam. Yang jelas, identitasnya dapat terbongkar kapan saja.     

Kalau begini, aku tidak akan bertahan lama di Sekte Yin Yang, pikirnya. Orang-orang memang masih belum berhasil memprosesnya, namun mereka tidak akan butuh waktu yang lama untuk menemukanku.     

Kala itu, Biksu Pedang Xuanji juga bisa merasakan kalau Zhang Ruochen sedang merasa terancam. Jadi, ia mendengus dingin dan berkata, "Nine Serenity, kalau menilai dari ucapanmu, maka kau adalah orang yang tidak bersalah?"     

Biksu Pedang Nine Serenity terkekeh. "Xuanji, kita berdua telah saling bermusuhan sepanjang hidup. Apa kau masih tidak kenal siapa aku? Apa aku adalah jenis orang yang tidak berani bertanggung jawab terhadap apa-apa yang pernah kuperbuat?"     

Setelah jeda beberapa saat, Biksu Pedang Xuanji kembali berkata, "Aku lebih percaya kalau kau mengatakan hal ini sebelum duel hanya untuk mengacaukan pikiranku."     

Dengan mengatakan ini, maka ia juga sedang melindungi Zhang Ruochen. Sang Biksu Pedang melakukan itu agar semua orang yang hadir di sana mulai meragukan kata-kata Biksu Pedang Nine Serenity.     

Biksu Pedang Nine Serenity masih tersenyum. Namun, tiba-tiba ia mengakuinya dengan santai. "Benar, aku hanya ingin mengacaukan pikiranmu. Jadi, bagaimana menurutmu, kalau aku benar-benar telah membunuh muridmu?"     

Orang-orang yang ada di bangku penonton langsung berteriak-teriak.     

Murid kedua – Zhu Hongtao – mulai mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya. "Dasar kejam. Dia benar-benar tak punya perasaan. Di saat-saat kritis, Biksu Pedang Nine Serenity menggunakan kematian saudara junior seperguruan untuk mengacaukan pikiran Master."     

"Master sangat mencintai saudara junior dan menaruh harapan yang tinggi kepadanya," murid pertama – Biksu Qing Xiao – berkata dengan ekspresi serius. "Semoga beliau dapat menenangkan diri dan tidak terpengaruh oleh kata-kata Biksu Pedang Nine Serenity."     

Selain Huang Yanchen, tidak satupun di antara murid-murid itu yang tahu kalau Zhang Ruochen masih hidup.     

Biksu Pedang Xuanji menantang Biksu Pedang Nine Serenity, salah satunya adalah untuk melindungi Zhang Ruochen. Sang Biksu Pedang tidak ingin orang lain curiga kalau lelaki itu masih hidup. Seperti sekarang ini misalnya, meski Biksu Pedang Nine Serenity sudah bilang kalau ia tidak membunuh Zhang Ruochen, namun masih ada beberapa orang yang meragukannya.     

Jadi, Biksu Pedang Nine Serenity memang layak dihukum dengan kejam.     

Setelah itu, kedua Biksu Pedang sama-sama terdiam dan saling membangun momentum masing-masing. Energi Chi yang memancar dari tubuh mereka berkembang menjadi semakin kuat.     

Entah Biksu Pedang Nine Serenity telah membunuh Zhang Ruochen atau tidak, namun pertempuran ini sudah tidak lagi dapat dihindari. Kedua Biksu Pedang juga ingin menggunakan pertempuran ini untuk membantu mereka dalam menembus ke alam baru – tingkatan yang mereka telah berdua idam-idamkan.     

Kalau mereka tidak mampu mencapainya, maka mereka akan mati.     

Whoosh!     

Whoosh!     

Biksu Pedang Nine Serenity dan Biksu Pedang Xuanji sama-sama berubah menjadi pilar pedang Chi hampir di waktu yang bersamaan. Mereka berdua melesat menuju ke angkasa. Setelah itu, mereka berdiri di udara dan melayang-layang di atas sana. Tidak lama setelahnya, maka Chi Suci mereka berdua mulai berbenturan dan tidak lagi bisa ditahan.     

Para pertapa muda - yang berada di bawah - tiba-tiba merasakan tekanan yang luar biasa. Kaki-kaki mereka bergetar dengan sendirinya, bahkan kekuatan suci yang dilepaskan oleh dua orang Biksu Pedang itu sampai membuat mereka berlutut di tanah.     

Duel yang terjadi di antara dua orang Biksu Pedang pasti akan merusak segala sesuatu di sekitarnya. Bahkan, para Biksu juga masih akan terancam kalau mereka berada di dalam radius 100 mil di dekat mereka berdua.     

"Aktifkan Formasi Kuno Taichi," perintah Ning Xuandao.     

Sesaat setelahnya, 72 formasi kuno di Gunung Dewa Kuno mulai beroperasi. 72 ledakan cahaya berwarna putih mulai membumbung ke arah langit. Semua itu terbang ke angkasa dan saling terhubung satu sama lain, hingga menciptakan tanda Taichi raksasa.     

Dengan Gunung Dewa Kuno sebagai titik pusatnya, maka area dalam radius 1.000 mil di sekitar mulai dilingkupi oleh formasi taktis tersebut.     

Pada saat ini, Zhang Ruochen juga sedang merasa sangat gugup. Lelaki itu sedang mengepalkan tangannya erat-erat dan mendongak, sambil memfokuskan matanya ke arah dua orang Biksu Pedang tersebut.     

Master harus menang.     

Lelaki itu tidak pernah menganggap kemenangan atau kekalahan sebagai sesuatu yang penting, sampai momen ini terjadi. Sebab, siapa yang kalah dalam pertarungan ini akan mati.     

Kalau bukan karena Biksu Pedang Xuanji, maka Zhang Ruochen tidak akan mampu mencapai Tingkatan Tertinggi di Medan Pertempuran Dunia Primitif. Yang jelas, saat itu ia pasti sudah dibunuh oleh pembunuh profesional dari Pasar Gelap.     

Kalau bukan karena Biksu Pedang Xuanji, maka Zhang Ruochen pasti akan ditangkap oleh Wan Zhaoyi dan diserahkan pada Chi Yao. Lelaki itu akan dipaksa berlutut di hadapan Chi Yao seperti seorang pecundang, sosok yang gagal, dan hanya akan menjadi seonggok sampah.     

Bahkan mungkin, lelaki itu akan dibunuh oleh wanita tersebut untuk yang kedua kalinya.     

Bagi Zhang Ruochen, Biksu Pedang Xuanji bukan hanya seorang master yang telah mengajarkan seni bela diri dan menjawab segala macam pertanyaannya. Jauh melebihi itu, sang Biksu Pedang selalu peduli kepadanya dan menjadi sosok senior yang selalu melindungi dirinya.     

Seperti kata pepatah, guru satu hari adalah juga ayah sepanjang hidup. Jadi, bisa dibilang kalau selain kedua orang tuanya, maka Biksu Pedang Xuanji adalah orang tua yang sangat dihormati oleh Zhang Ruochen.     

Bukan hanya Zhang Ruochen seorang. Sebab, murid-murid lain, Biksu Qing Xiao, Zhu Hongtao, Wan Ke... mereka semua juga sedang merasa gugup dan khawatir terhadap keselamatan masternya.     

Di atas langit, dua Biksu Pedang itu sedang berdiri di sisi utara dan selatan. Mereka terpisahkan jarak sepanjang 20 mil. Kala itu, Pemahaman Pedang, Chi Suci, dan kehendak suci mereka sama-sama memancar dari tubuh masing-masing, hingga mencapai batas maksimalnya.     

Mereka masih berdiri di sana dan masih belum saling menyerang. Namun, langit tempat mereka berdiri terus menerus mengeluarkan suara guntur. Bahkan, pedang-pedang Chi – yang tak terlihat – terus menerus saling berbenturan satu sama lain.     

Dalam realitasnya, mereka sudah memulai pertarungannya, namun mereka masih bertarung menggunakan Pemahaman Pedang. Oleh karena itulah, tidak ada satupun dari para pertapa di bangku penonton yang bisa melihatnya dengan menggunakan mata telanjang.     

Boom.     

Tiba-tiba, terdengar suara ledakan yang kencang. Lingkaran Chi putih - yang terlihat berombak seperti air - mulai terlepas dari tubuh Biksu Pedang Xuanji. Lingkaran energi itu berhasil memaksa Biksu Pedang Nine Serenity terhempas sampai ratusan kaki ke belakang.     

Yang jelas, Biksu Pedang Xuanji jauh lebih terampil dalam hal Pemahaman Pedang dan berada di posisi yang lebih unggul.     

"Taotian!"     

Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, maka Biksu Pedang Xuanji langsung menerjang lawannya ke arah depan. Pria tua itu mengeluarkan Pedang Taotian dan mulai merentangkan jarinya, sambil mengarahkannya menuju Biksu Pedang Nine Serenity.     

Pedang Taotian langsung melesat ke angkasa, dan meninggalkan jejak cahaya sepanjang 100 meter, dan terlihat seperti bintang jatuh.     

Di dalam pertempuran para ahli pedang, maka seseorang harus menyerang dengan segenap tenaga jikalau ingin berhasil menghabisi lawannya. Mereka harus merasa percaya diri kalau ingin menang. Ketika Biksu Pedang Xuanji baru saja berhasil menghempaskan Biksu Pedang Nine Serenity dengan menggunakan Pemahaman Pedangnya, saat itu ia menjadi semakin percaya diri, sementara sang Biksu Pedang masih terus menekan lawannya.     

Dengan serangan itu, maka keunggulan pertarungan tersebut telah berada di pihak Biksu Pedang Xuanji.     

Biksu Pedang Moon-burier menatap langit dan mengangguk. "Biksu Pedang Xuanji punya kesempatan sebesar 70% untuk menang hari ini."     

"Selama 100 tahun terakhir, Biksu Pedang Xuanji telah mengerahkan seluruh waktu dan upayanya untuk mengembangkan Tao Pedang," kata Ning Xuandao. "Sebaliknya, Biksu Pedang Nine Serenity terlibat ke dalam Pasar Gelap dan malah membuat kemampuannya menurun."     

"Di antara tiga orang Biksu Pedang di Wilayah Timur, maka Xuanji selalu berada di nomor satu," kata Biksu Pedang Moon-burier. "Meski tanpa duel ini, seharusnya dia mampu menembus alam itu."     

Saat terpikirkan tentang menembus ke alam baru, maka seketika itu pula ekspresi wajah Biksu Pedang Moon-burier dan Ning Xuandao sama-sama mulai berubah menjadi murung. Kalau mereka tidak mendapatkan dorongan dari situasi tertentu - seperti situasi hidup dan mati misalnya - maka mereka tidak akan pernah mampu menembus ke alam baru. Jadi, kalau mereka berani mempertaruhkan nyawa seperti apa yang dilakukan oleh kedua Biksu Pedang tersebut, mungkin mereka akan punya kesempatan.     

Whoosh—     

Langit di bagian selatan telah benar-benar berubah menjadi gelap. Gumpalan asap hitam mulai berkumpul di bawah kaki Biksu Pedang Nine Serenity seperti halnya naga. Rasa dingin yang mengerikan mulai memancar dari gumpalan asap tersebut.     

Sembilan pedang kuno berwarna hitam mulai keluar dari titik di dahinya dan melayang di sekitarnya. Sembilan pedang itu mengitari tubuhnya dan bergabung menjadi satu. Sebagai satu kesatuan pedang, maka semua pedang itu langsung melesat ke depan, dan langsung berbenturan dengan Pedang Taotian milik Biksu Pedang Xuanji.     

Kaboom.     

Pedang Chi yang tebal mulai tercipta di titik pertemuan serangan tersebut, hingga sampai menyebar ke segala penjuru layaknya ombak air.     

Beberapa serpihan pedang Chi itu terhempas sampai ribuan mil jauhnya. Ketika serpihan itu mendarat di tanah, maka seketika itu pula serpihan tersebut melepaskan daya ledak yang besar, hingga langsung menciptakan kawah raksasa di atas permukaan tanah.     

Para pertapa di Sekte Yin Yang dan Kota Shentai juga dapat melihat pedang Chi yang terbang di langit. Setiap pedang Chi itu tampak seperti meteorit yang sedang membelah langit dan terdengar menggelegar.     

Orang-orang yang tidak tahu tentang apa yang sedang terjadi, mulai berpikir kalau ada bintang-bintang yang baru saja berjatuhan dari langit. Jadi, mereka semua berlutut dan langsung berdoa sambil gemetar ketakutan.     

Perlahan-lahan, kedua Biksu Pedang itu menghilang sepenuhnya, karena mereka berdua sedang diselimuti oleh pedang Chi. Jadi, seseorang hanya dapat mendengar suara-suara pertempuran.     

Hanya orang-orang seperti Biksu Pedang Moon-burier dan Ning Xuandao yang masih dapat menyaksikan pertarungan itu dengan jelas.     

Pertarungan ini berlangsung sampai satu hari penuh. Pemenangnya masih belum diketahui sampai malam tiba.     

Tiba-tiba, saat itu ekspresi Biksu Pedang Moon-burier berubah. "Tidak mungkin, tidak mungkin," katanya dengan kebingungan. "Biksu Pedang Xuanji berada di posisi yang lebih unggul, bagaimana mungkin kekuatan bertarungnya terus menurun? Apa telah terjadi sesuatu?"     

Saat itu, hati Zhang Ruochen seperti baru saja dihantam oleh sesuatu. Lelaki itu langsung mendapatkan firasat yang buruk. Seketika itu juga, ia berjalan ke arah Biksu Pedang Moon-burier, lalu bertanya, "Biksu Pedang, apa yang terjadi pada Biksu Pedang Xuanji?"     

Kaboom.     

Sebelum Biksu Pedang Moon-burier sempat menjawab, saat itu Biksu Pedang Xuanji sudah lebih dulu terjatuh dari langit. Pria itu terjun bebas ke bawah dan akhirnya meninggalkan sebuah kawah raksasa. Setidaknya, luas kawah tersebut sekitar 100 mil, hingga permukaan tanah di sekitarnya menjadi terguncang dan bergetar hebat.     

Biksu Pedang Xuanji sedang berada di dasar kawah tersebut. Ada pedang raksasa berwarna hitam yang sedang menembus dadanya. Saat itu, mata tuanya sedang menatap langit. Pria tua itu mengucapkan kata-kata terakhirnya, "Keempat..."     

Dan setelah itu ia berhenti bernafas.     

Akan tetapi, suaranya itu terlampau lemah. Jadi, tidak ada seorang pun yang sempat mendengar suaranya.     

Di atas langit, awan hitam itu perlahan-lahan mulai meredup, dan memperlihatkan bulan yang bersinar terang. Cahaya bulan itu langsung menyinari mayat Biksu Pedang Xuanji, hingga membuat segala sesuatunya menjadi jauh lebih tragis.     

Waktu seakan berhenti berjalan.     

Biksu Pedang Nine Serenity sedang diselimuti oleh darah. Pria itu turun dari atas langit dan berdiri di tepi kawah. Sambil menatap mayat Biksu Pedang Xuanji, saat itu ekspresi kebingungan mulai bersinar di kedua matanya. Bahkan ia sendiri tidak tahu kenapa kemampuan Biksu Pedang Xuanji tiba-tiba saja menurun seperti itu, hingga akhirnya sang Biksu Pedang terkena serangan pedangnya.     

Akan tetapi, tidak peduli apa, pria itu akhirnya yang menjadi pemenangnya.     

Whoosh!     

Pria itu menggerakkan tangannya dan kembali menyarungkan pedangnya.     

"Master!"     

Biksu Qing Xiao, Zhu Hongtao, Wan Ke, Feng Han, Setengah-Biksu Ling Shu, dan Huang Yanchen, semuanya mulai bergegas ke arah kawah. Mereka semua berdiri di sekitar Biksu Pedang Xuanji. Beberapa dari mereka telah menjadi para Biksu, namun mereka masih berlutut di tanah dan menangis tersedu-sedu.     

"Master…"     

Di kamp Sekte Yin Yang, saat itu Zhang Ruochen merasa seperti baru saja disambar oleh petir. Lelaki itu merasa bahwa hatinya baru saja dihantam dengan palu, hingga ia tak kuasa menahan air matanya. Di waktu yang bersamaan, kedua kaki lelaki itu langsung berubah menjadi lemas, dan membuatnya berlutut menghadap mayat Biksu Pedang Xuanji.     

(Catatan penulis: Biksu Pedang Nine Serenity memang masih harus bertanggung jawab atas kematian Xuanji, tapi apa yang sebenarnya terjadi? Akankah Zhang Ruochen mampu menemukan kebenarannya? Nantikan terus pada chapter selanjutnya di Kaisar Dewa.)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.