Kaisar Dewa

Surat Tantangan sang Biksu Pedang



Surat Tantangan sang Biksu Pedang

0Gai Tianjiao mengejar dari arah belakang dan menemukan bahwa Zhang Ruochen sedang berada di bawah kaki altar. Sambil terlihat penasaran, maka wanita itu cepat-cepat bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan, saudara junior seperguruan Lin Yue?"     

Mendengar itu, Kekuatan Batin Zhang Ruochen pun bergegas kembali ke dalam tubuhnya seperti aliran air.     

Zhang Ruochen kembali menarik tangannya dari altar, lalu menoleh ke arah belakang, dan menatap Gai Tianjiao. "Tidak ada. Aku hanya penasaran apakah Altar Batu Permata ini sudah berada di Gunung Dewa Kuno sejak Abad Pertengahan, atau baru dibangun setelahnya."     

Tanpa berpikir panjang, saat itu Gai Tianjiao berkata, "Altar ini digunakan untuk upacara pengorbanan selama Konferensi Teknik Pedang berlangsung. Altar ini dibangun 500 tahun silam dengan menghabiskan begitu banyak bahan bakar dan sumber daya manusia. Sampai dengan hari ini, ada jutaan Kristal Suci yang sudah dihabiskan agar altar ini tetap hidup."     

Zhang Ruochen langsung mengernyitkan dahi. Secara spontan, ia bertanya, "Berapa banyak Kristal Suci yang dibutuhkan untuk menghidupkan altar ini selama satu tahun?"     

"Aku tidak tahu jumlah pastinya. Sebab, ada begitu banyak rahasia disembunyikan di dalam Gunung Dewa Kuno. Beberapa tempat bahkan dikategorikan sebagai tempat terlarang. Jika aku masuk ke dalam sana, maka aku pasti akan mati."     

Gai Tianjiao terlihat kebingungan, sebagaimana ia berkata, "Mengapa kau begitu tertarik dengan Altar Batu Permata ini, saudara junior seperguruan Lin Yue?"     

Karena merasa bahwa Gai Tianjiao sudah mulai terdengar curiga, maka ia pun segera menghentikan pertanyaannya seputar altar. Seketika itu juga, ia cepat-cepat membalas, "Aku hanya penasaran."     

"Hah?"     

Zhang Ruochen mengatupkan kedua tangannya ke arah depan dan membungkuk di hadapan Gai Tianjiao, sebelum akhirnya beranjak pergi dari sana. Ia pun segera meninggalkan Gunung Dewa Kuno tanpa menunggu terlalu lama.     

Gai Tianjiao memaku pandangan matanya ke arah punggung Zhang Ruochen selama beberapa saat, ketika lelaki tersebut pergi dari sana. Setelah itu, ia kembali menuju ke Paviliun Pedang.     

Biksu Pedang Moon-burier masih tetap duduk bersila di atas platform. "Apa kau sudah mengantarnya pergi?" tanyanya ketika Gai Tianjiao masuk ke dalam.     

Gai Tianjiao mengangguk dan berkata parau, "Master, saya rasa ada sesuatu yang ganjil tentang Lin Yue. Tampaknya, dia sedang menyembunyikan sesuatu dari kita. Apakah tidak apa-apa jika kita mempercayainya?"     

Sambil tersenyum, saat itu Biksu Pedang Moon-burier mulai menjawab, "Jangan khawatir tentang Lin Yue. Dia adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Leluhur Taiyi. Mungkin kau tidak percaya terhadapnya, tapi kau harus percaya kepada Leluhur Taiyi."     

Gai Tianjiao menghela nafas lega dan berkata, "Semenjak dia adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Leluhur Taiyu, maka saya tidak perlu lagi khawatir! Akan tetapi, tidakkah itu terlampau beresiko jika kita hanya mengandalkannya seorang diri?"     

"Dia adalah seorang ksatria dengan talenta yang tinggi dan sosok yang sangat cerdas. Mungkin dia mampu mencapai alam kedua dari Dua Pedang jika dia berlatih di dalam Paviliun Pedang."     

"Akan tetapi, aku khawatir bahwa dia tidak akan pernah mencapai alam pertama dari Dua Pedang pada tanggal sembilan bulan kesembilan, mengingat dia lebih memilih untuk berlatih di luar Paviliun Pedang."     

Bukan hanya Gai Tianjiao saja yang khawatir. Faktanya, Biksu Pedang Moon-barier pun juga belum sepenuhnya percaya kepada Lin Yue.     

Dua Pedang adalah tingkatan yang berkali-kali lipat lebih menantang daripada Satu Pedang. "Yin-Yang Alternation" di alam pertama adalah sesuatu yang sangat sulit dicapai oleh para pahlawan pedang. Beberapa dari mereka masih gagal menembus batasan, meskipun sudah berlatih selama sepuluh atau dua puluhan tahun.     

Gai Tianjiao adalah satu satu dari pahlawan pedang tersebut.     

Sudah sedari lama wanita itu menguasai level sepuluh dari Satu Pedang, namun ia masih tidak mampu menembus batasan untuk menuju ke Dua Pedang. Entah bagaimana, wanita tersebut seolah gagal memahami alam "Yin and Yang Alternation."     

Meskipun hal itu ada hubungannya dengan kualitas fisik milik wanita tersebut, namun hal itu juga menunjukkan betapa sulitnya bagi seorang pertapa di Alam Fish-dragon untuk mampu menembus Dua Pedang. Bahkan, untuk dapat menguasai tingkatan awal, maka itu sama saja seperti mendaki ke atas langit.     

Biksu Pedang Moon-burier merenung untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, "Jika demikian, aku akan mengirimmu untuk mengawasinya. Pastikan bahwa dia tidak berbuat macam-macam. Selama dia mampu mencapai alam kedua dari Dua Pedang sebelum tanggal sembilan di bulan kesembilan, maka selama itu pula masih ada harapan untuk kita."     

"Baik Tuan," balas Gai Tianjiao.     

"Waaa!"     

Pada saat ini, terdapat sinar cahaya yang melintas seperti meteor. Sinar cahaya itu menembus awan yang mengelilingi Gunung Dewa Kuno dan mulai berputar-putar di sekeliling Paviliun Pedang.     

Biksu Pedang Moon-burier mulai menggumamkan sesuatu, dan langsung merentangkan tangannya ke arah depan untuk mencengkram udara.     

Seketika itu juga, sebuah talisman permata muncul di tangannya.     

Setelah membaca informasi yang terkandung di dalamnya, maka ia pun hanya tersenyum dan berkata, "Konferensi Teknik Pedang tahun ini akan menjadi jauh lebih menarik."     

"Apa yang terjadi, Master?" tanya Gai Tianjiao.     

Biksu Pedang Moon-burier berkata, "Biksu Pedang Xuanji sudah melayangkan surat tantangan kepada Biksu Pedang Nine Serenity demi membalaskan kematian muridnya. Dia ingin agar aku yang menjadi juri pada pertarungan mereka di Paviliun Pedang, yang mana mereka berdua akan bertarung sampai mati."     

"Dua Biksu Pedang akan bertarung sampai mati?" tanya Gai Tianjiao dengan tampang terkejut.     

Semua pertapa di Wilayah Timur sudah mengetahui jika Biksu Pedang Nine Serenity telah membunuh Zhang Ruochen, murid Biksu Pedang Xuanji. Kejadian ini sudah menjadi kehebohan tersendiri selama beberapa bulan belakangan.     

Semua orang tahu bahwa Biksu Pedang Xuanji adalah orang yang paling dirugikan atas hal tersebut. Maka dari itu, ia tidak akan pernah membiarkan kejadian ini begitu saja.     

Biksu Pedang Xuanji harus membuat pergerakan. Seorang Biksu Pedang harus menjalankan apa yang ia katakan. Jika demikian, maka pertempuran hidup dan mati itu pasti akan benar-benar terjadi, seperti yang tertera pada surat tersebut.     

Dua orang Biksu Pedang akan bertarung dan hanya ada satu orang yang akan hidup.     

Akankah Biksu Pedang Nine Serenity hadir dalam pertempuran tersebut?     

"Swoosh!"     

Sebuah talisman lain terbang dari langit.     

Biksu Pedang Moon-burier mengambil cahaya talisman tersebut dan membacanya untuk beberapa saat. Setelah itu, ia menghela nafasnya dan mengernyitkan dahi. "Biksu Pedang Nine Serenity ternyata menerima tantangan tersebut! Tidak diragukan lagi, seluruh penguasa besar dari Wilayah Timur pasti akan menyaksikan pertempuran sampai mati antar dua orang Biksu Pedang. Tampaknya, akan ada begitu banyak orang yang membanjiri Sekte Yin Yang. Kuharap hal itu tidak akan menimbulkan terlalu banyak kekacauan."     

Biksu Pedang Moon-burier bukanlah satu-satunya orang yang menerima talisman cahaya tersebut. Malam itu, berita mengenai dua orang Biksu Pedang yang akan bertarung sampai mati sudah menyebar di seluruh Perguruan dan keluarga-keluarga besar di seantero Wilayah Timur. Jadi, seantero Wilayah Timur akhirnya menjadi ricuh.     

Pada saat ini, Zhang Ruochen sudah kembali ke Gunung Suci Zixia. Oleh karena itulah, ia belum mendapatkan kabar mengenai surat tantangan antara Biksu Pedang Xuanji melawan Biksu Pedang Nine Serenity.     

"Swoosh!"     

Blackie muncul di balik malam dan mendarat pada anyaman dinding. Saat itu, kedua mata bulatnya memancarkan cahaya brilian.     

"Apa kau sudah menemukan Altar langit dan bumi di lantai ketiga Gunung Dewa Kuno?" tanyanya.     

Zhang Ruochen membalas, "Altar itu tidak seperti Altar langit dan bumi. Akan tetapi, aku menemukan sesuatu yang menarik. Namun, ada begitu banyak master di dalam Paviliun Pedang, jadi aku tidak bisa memeriksanya. Lain kali, ayo pergi bersamaku ke sana dan coba kita temukan sumber kekuatan yang menopang Altar langit dan bumi tersebut."     

Di atas langit, di sana awan hitam mulai berkumpul, hingga sampai menutupi sinar rembulan. Seketika itu juga, dunia menjadi gelap, hingga suasana di sekitarnya menjadi tegang.     

Selain itu, di langit malam terdengar suara gemuruh petir, seolah Energi Chi dari langit dan bumi sedang bergetar.     

Badai petir itu sangat mengerikan.     

Zhang Ruochen bertanya, "Selama aku pergi ke Gunung Dewa Kuno beberapa hari terakhir, apa kau menemukan perilaku yang tidak lazim dari Qi Feiyu?"     

"Selama kau naik di atas gunung, maka dia selalu menunggu di bawah kaki gunung. Kurasa dia sudah jatuh cinta kepadamu," kata Blackie, sambil menguap.     

Blackie cepat-cepat menambahkan, "Namun, dia langsung pergi begitu saja ketika kau turun dari gunung. Akan tetapi, yang paling aneh adalah dia tidak kembali ke Istana Pure Jade. Sebaliknya, dia pergi meninggalkan Sekte Yin Yang."     

"Dia pergi meninggalkan Sekte Yin Yang."     

Ekspresi di kedua mata Zhang Ruochen berubah drastis. Kemudian, ada sesuatu yang melintas di kepalanya, sebelum akhirnya ia berkata, "Ada sesuatu yang tidak beres... Blackie, apa kau bisa menemukannya?"     

Blackie tertawa dan berkata, "Aku sudah menandai auranya dengan menggunakan mantra rahasia. Jadi, selama dia masih berada dalam radius 10.000 mil, maka aku bisa menemukannya lewat indera penciuman."     

"Ayo kejar dia."     

Zhang Ruochen mulai mengenakan topeng logam. Setelah itu, ia keluar dari Sekte Yin Yang melalui gerbang gunung.     

...     

... ... ...…     

Setelah Qi Feiyu pergi meninggalkan Sekte Yin Yang melalui gerbang gunung, maka tubuhnya yang anggun dan ramping itu langsung berubah menjadi bola kabut darah. Wanita itu melesat ke arah hutan dan menghilang di balik malam.     

Setelah beberapa saat, terdengar suara petir yang menggelegar di angkasa. Petir itu pun mulai bergemuruh.     

Tidak terhitung jumlah puncak di Belantara Gunung Failing God yang akhirnya tampak seperti pilar langit, dimana semua puncak tersebut terlihat gagah dan menakjubkan. Biasanya, selama cuaca badai seperti ini, maka para binatang buas tangguh akan menampakkan diri untuk menyerap kekuatan petir.     

Di bawah kaki salah satu puncak gunung tersebut adalah sebuah lembah yang curam – yang juga penuh dengan kabut beracun. Ada seekor lipan – berukuran sepanjang 200 meter – sedang keluar dari balik lembah tersebut. Lipan itu berwarna hitam pekat, namun kedua matanya memancarkan cahaya berwarna emas.     

Lipan raksasa itu mengitari gunung, sebelum akhirnya naik ke puncaknya dengan kecepatan tinggi. Setelah itu, ia pun mulai membuka mulutnya lebar-lebar untuk menyerap energi petir ke dalam tubuhnya.     

"Whizz!"     

Tiba-tiba, lipan raksasa itu berubah menjadi manusia dengan delapan kaki dan delapan tangan, sebelum akhirnya mendarat di atas puncak gunung.     

Ada sebuah candi Taoist kuno berwarna biru yang berdiri di atas gunung tersebut. Di sana, ada sebuah tablet rusak di luar pintu, yang mana itu bertuliskan, "Birthless Temple".     

Di samping manusia delapan kaki dan tangan tersebut, di sana ada seorang wanita muda dengan sepasang sayap berwarna biru di punggungnya, dimana wanita muda tersebut sedang berdiri di luar candi Taoist. Sementara itu, di tengah dahinya, di sana terdapat sebuah tanda seperti api.     

Wanita itu sedang mengenakan sebuah jaket bulu berwarna biru. Setiap bulu itu terbuat dari besi dan sangat tajam.     

"Ternyata kau juga di sini!"     

Pria dengan delapan tangan dan kaki itu berdiri di bawah hujan bersama dengan seorang wanita bersayap biru, salah satu dari mereka berada di sisi kanan candi Taoist, sementara yang lain berada di sisi kiri. Mereka berdua sedang dipisahkan oleh tirai hujan.     

Sementara itu, terdapat bola kabut darah yang terbang dari belakang pohon, dimana itu mulai mengeluarkan aroma yang wangi.     

Sebagaimana kabut darah tersebut sedang bergerak di udara, maka perlahan-lahan ia berubah menjadi sosok wanita ramping yang mengenakan jubah. Pada akhirnya, wanita itu pun mendarat dengan mulus.     

"Salam, Biksuni."     

Pria dan wanita yang sedang berdiri di luar candi Taoist itu sama-sama memberi salam kepada Qi Feiyu sambil membungkukkan badan.     

"Creak!"     

Pintu kayu dari Candi Taoist tersebut terbuka, dan seorang pria berusia 20 tahunan muncul dari baliknya. Pria itu memiliki dua alis yang tebal dan perawakan yang tinggi, dimana ia sedang mengenakan sebuah pakaian biru polos. Sambil menggenggam payung dari kertas minyak, saat itu ia berjalan ke arah Qi Feiyu di bawah guyuran hujan.     

"Aku sudah menyiapkan Refreshing Tea favoritmu. Aku sudah menunggumu sejak tadi."     

Pria berpakaian biru itu menggerakkan payung dari kertas minyaknya ke arah kepala Qi Feiyu untuk melindunginya dari hujan, sambil menggunakan tubuhnya untuk melindungi wanita tersebut dari terpaan angin.     

Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap ke angkasa. Setelah itu, ia berkata, "Malam ini, tiba-tiba cuacanya sedang badai. Mari kita masuk ke dalam candi agar kita bisa berbincang-bincang. Centipede Eight dan Bird Nine, tolong jaga di luar pintu dan tetaplah waspada."     

Pria berpakaian biru dan Qi Feiyu pun masuk ke dalam candi, sebelum akhirnya mereka berdua duduk bersila dan saling berhadap-hadapan. Pada saat ini, terdapat teko teh di atas tungku yang panas di tengah mereka.     

Teh itu tampak sedang mendidih, hingga aromanya sampai menyebar ke seisi candi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.