Kaisar Dewa

Catatan-Catatan untuk Dua Pedang



Catatan-Catatan untuk Dua Pedang

0"Mulai hari ini dan seterusnya, kau harus mengasingkan diri di dalam Paviliun Pedang untuk berlatih dan memurnikan Dua Pedang sampai menembus ke alam Yin-Yang Chaos, semoga hal itu bisa terwujud sebelum tanggal sembilan di bulan kesembilan," kata Biksu Pedang Moon-burier. "Jika kau sedang menghadapi kesulitan, maka kau bisa bertanya kepadaku atau kepada sembilan orang Penjaga Pedang."     

Zhang Ruochen sedang berdiri dan kembali membungkuk ke arah sang Biksu Pedang, sambil berkata, "Biksu Pedang, saya setuju untuk mewakili Sekte Yin Yang di dalam Konferensi Teknik Pedang, namun dengan satu syarat."     

"Silahkan," kata Biksu Pedang Moon-burier.     

Zhang Ruochen berkata, "Saya tidak ingin berlatih di dalam Paviliun Pedang."     

Seketika itu juga, Gai Tianjiao terlihat kebingungan. Wanita itu pun langsung bangkit berdiri, dan ingin menyanggah perkataannya.     

Akan ada banyak orang yang merasa tercengang ketika mendengar bahwa Zhang Ruochen ternyata menolak permintaan Biksu Pedang untuk menjadi muridnya, namun ada begitu banyak dari mereka yang masih dapat menerima hal tersebut.     

Akan tetapi, ia baru saja kembali menolak permintaan Biksu Pedang Moon-burier. Kali ini, penawarannya adalah untuk membiarkan Zhang Ruochen berlatih di dalam Paviliun Pedang. Apa dia tahu ada berapa banyak orang yang ingin mendapatkan kesempatan seperti ini, dimana mereka selalu ingin mengunjungi Paviliun Pedang seumur hidupnya, meski hanya satu kali? Namun, lelaki tersebut malah menolak kesempatan seperti ini.     

Biksu Pedang Moon-burier cepat-cepat mengeluarkan gestur agar Gai Tianjiao kembali duduk, sebelum akhirnya menatap Zhang Ruochen dengan ekspresi bertanya-tanya, dan berkata, "Tapi kenapa? Seharusnya kau tahu bahwa di tempat ini ada begitu banyak sumber daya dan buku-buku manual pedang. Selain itu, kau juga bisa berkonsultasi dengan sembilan Penjaga Pedang yang berada di sini."     

"Satu hal lagi yang mungkin belum kau tahu bahwa waktu yang kau habiskan untuk berlatih di lantai pertama Paviliun Pedang adalah dua kali lipat lebih banyak daripada di dunia luar. Sementara itu, lantai kedua dari Paviliun Pedang memiliki ketetapan waktu tiga kali lipat lebih banyak daripada di dunia luar. Lalu, sekarang ini, berdasarkan pada kemampuanmu dalam hal Tao pedang, maka kau bisa berlatih di lantai kedua Paviliun Pedang."     

"Dengan berlatih di dalam Paviliun Pedang, maka kau masih punya kesempatan untuk mencapai alam 'Yin-Yang Chaos' sebelum tanggal sembilan di bulan kesembilan. Akan tetapi, jika kau tidak berlatih di sini, maka kau tidak akan pernah berhasil mencapainya."     

Zhang Ruochen memperlihatkan kegigihan pada tatapan matanya. "Hati saya tidak berada di tempat ini." Perkataan ini membuat Biksu Pedang Moon-burier ingin tertawa, sekaligus juga ingin menangis.     

"Apa kau benar-benar berpikir bahwa kami sedang memenjarakanmu di tempat ini hanya karena kau dipersilahkan untuk berlatih di dalam Paviliun Pedang?" Biksu Pedang Moon-burier pun akhirnya tertawa kencang.     

Zhang Ruochen membalas, "Jika hati seorang praktisi pedang sudah terhubung dengan sesuatu, maka percepatan latihan dan tingkat pengolahannya akan bertambah semakin tinggi, tergantung kepada seberapa dekatnya hubungan tersebut. Bukankah Anda juga berpikir bahwa Ketenangan Hati milik para praktisi pedang adalah sesuatu yang sangat penting?"     

Meskipun Biksu Pedang Moon-burier berpikir jika alasan Zhang Ruochen terlalu melebar, namun ia sendiri tidak mengerti harus menjawab apa.     

Zhang Ruochen memang sudah mengatakan sesuatu yang benar, bahwa ketenangan hati merupakan sesuatu yang paling penting. Sebab, sumber daya latihan yang berasal dari luar hanyalah seperti dosis penyemangat.     

Semakin tinggi tingkat pengolahan seseorang, maka semakin cerdik pula mereka dalam memahami hal ini.     

Akan tetapi, kata-kata yang sama – yang dikeluarkan dari mulut seorang pemuda – maka tampaknya itu akan terdengar sedikit mengada-ada.     

Jadi, mampukah seorang praktisi pedang muda ini mencapai tingkatan alam tersebut?     

Ketika menyaksikan pencapaian Zhang Ruochen pada Tao pedangnya, maka Biksu Pedang Moon-burier mulai meyakini bahwa tidak ada gunanya lagi untuk memberi tekanan pada lelaki tersebut. Jadi, setelah memikirkannya selama beberapa saat, maka ia pun akhirnya melemparkan token – berukuran sekepal tangan – ke arah Zhang Ruochen. "Jika demikian, silahkan ambil token pedang ini. Dengan token ini, maka kau bisa masuk ke dalam Gunung Dewa Kuno dengan bebas. Kau bisa mengunjungi Paviliun Pedang kapanpun itu."     

Zhang Ruochen menangkap token tersebut. Sebagaimana ia mulai mengamatinya lekat-lekat, maka di sana ia melihat tulisan "pedang" yang diukir pada permukaan token tersebut.     

Token itu sepertinya mengandung Kekuatan Biksu yang besar. Sebab, di dalam token tersebut, di dalamnya seperti terdapat sebuah aliran sungai.     

"Dengan token pedang tersebut, kau bisa masuk dan pergi meninggalkan Gunung Dewa Kuno sesukamu." Aturan ini tercetak jelas pada permukaan token tersebut.     

Zhang Ruochen menyimpan token pedang tersebut, lalu mulai membungkuk dan berkata, "Terima kasih Biksu Pedang atas izin yang diberikan."     

Biksu Pedang Moon-burier tersenyum dan berkata, "Karena kau punya persyaratan, maka demikian juga aku. Mulai hari ini, setiap bulannya, kau harus datang ke Paviliun Pedang untuk berlatih, setidaknya selama sembilan hari. Ini tidak berlebihan, kan?"     

"Sama sekali tidak," jawab Zhang Ruochen.     

"Pada lantai pertama di Paviliun Pedang, di sana ada begitu banyak catatan-catatan. Catatan-catatan itu adalah barang yang pernah ditinggalkan oleh para sage kuno Dua Pedang. Kau bisa meminjamnya untuk dipelajari. Aku yakin bahwa catatan-catatan tersebut pasti akan membantumu."     

Setelah ia mengatakan instruksinya, maka Biksu Pedang Moon-burier mulai mengantar Zhang Ruochen dan Gai Tianjiao keluar dari sana.     

Setelah mereka keluar dari Ruangan Qing 18, Gai Tianjiao membawa Zhang Ruochen untuk mencari catatan-catatan tentang Dua Pedang. Wanita itu menatapnya beberapa kali, seperti ingin mengatakan sesuatu.     

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Zhang Ruochen.     

Gai Tianjiao tersenyum. "Apa kau tidak menyesal karena sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa menjadi murid seorang Biksu Pedang?"     

"Aku tidak akan pernah menyesalinya, jika nanti aku benar-benar sudah menjadi seorang Biksu Pedang." Sambil meletakkan tangannya di belakang pinggul, Zhang Ruochen berjalan melewati Gai Tianjiao menuju ke arah rak-rak buku di hadapan mereka.     

Gai Tianjiao memandang Zhang Ruochen dengan tampang terkejut. Lelaki itu mungkin terlihat santai dan lembut, namun di dalam hatinya, ia benar-benar percaya diri dan ambisius.     

Ada beberapa scroll yang cukup tebal, yang merekam catatan-catatan Dua Pedang, dan pernah ditinggalkan oleh para praktisi pedang pendahulu, saat mereka sedang berlatih Tao pedang.     

Setiap scroll itu benar-benar merupakan harta karun yang tak ternilai harganya.     

Sebagaimana Zhang Ruochen sedang berdiri di bawah rak buku, saat itu ia mulai memindai lautan scroll tersebut, yang mana setiapnya bertuliskan "Dua Pedang". Akan tetapi, nama-nama yang tertera pada scroll tersebut berbeda satu sama lain.     

"Biksu Mingsu."     

"Setengah-Biksu Yaolong."     

"Biksu Pedang Moon-burier."     

...     

Zhang Ruochen mengambil scroll bertuliskan Biksu Pedang Moon-burier dari balik rak dan mulai membacanya.     

Menurut penjelasan dari Biksu Pedang Moon-burier, maka Dua Pedang itu adalah "Yin dan Yang".     

Satu Yin dan satu Yang adalah satu langit dan satu bumi.     

Biksu Pedang Moon-burier membedakan Dua Pedang ke dalam lima alam, yakni:     

Yin-Yang Alternation.     

Yin-Yang Chaos.     

Separation of Yin and Yang.     

Blend of Yin and Yang.     

Yin-Yang Infinitude.     

Seseorang bisa mencapai tingkatan Puncak dari Dua Pedang ketika ia sudah berhasil mencapai alam Yin-Yang Infinitude.     

Catatan-catatan dari Biksu Pedang Moon-burier memang terkesan abstrak, hingga Zhang Ruochen membutuhkan waktu empat jam untuk menyelesaikan "Dua Pedang". Meski sudah selama itu, namun, ia hanya memahami 20% dari keseluruhan isinya.     

Ternyata, Dua Pedang memiliki begitu banyak misteri yang lebih mendalam daripada Satu Pedang. Seorang praktisi pedang biasa tidak akan pernah sanggup memahaminya, meskipun ia sudah dibantu dari catatan seorang Biksu Pedang.     

Zhang Ruochen menutup scroll tersebut dan menyimpannya. Kemudian, ia kembali mencari catatan-catatan lain yang pernah ditulis oleh para praktisi pedang pendahulu.     

"Xue Hongchen, Kaisar Pedang."     

Zhang Ruochen mulai membaca catatan-catatan dari sang Kaisar Pedang.     

Pemahaman sang Kaisar Pedang terhadap Dua Pedang adalah sesuatu yang mirip dengan catatan Biksu Pedang Moon-burier. Akan tetapi, pandangannya terhadap dua pedang adalah seperti "Pria dan Wanita."     

Yin dan Yang melambangkan hukum bumi dan langit, yang juga dianggap sebagai sesuatu yang abstrak dan sulit dipraktekkan. Bahkan, sangat sulit untuk bisa dikuasai.     

Akan tetapi, Pria dan Wanita adalah manifestasi dari Yin dan Yang tersebut, sekaligus proses terjadinya manusia. Sebab, hubungan antara pria dan wanita adalah sesuatu yang mampu memproduksi kehidupan yang baru. Dengan cara ini, maka hubungan tersebut akan membuat teknik pedang menjadi semakin hidup. Di waktu yang bersamaan, hal itu juga akan menjadi salah satu transformasi dari Yin dan Yang itu sendiri.     

Sang Kaisar Pedang juga sama-sama membedakan Dua Pedang ke dalam lima tingkatan alam.     

Sebenarnya, metode yang digunakan oleh sang kaisar jauh lebih cepat daripada metode-metode yang lain. Akan tetapi, ia harus menyatukan Yin dan Yang dengan seorang wanita, setiap kali ia hendak naik ke tingkatan yang lebih tinggi.     

Lalu, Wanita ini akan disebut sebagai "pelayan wanita ahli pedang."     

Agar dapat mencapai tingkatan Puncak dari Dua Pedang, maka setidaknya ia harus punya lima orang pelayan wanita ahli pedang.     

Sementara itu, manfaat yang diperoleh dari menjadi seorang pelayan wanita ahli pedang, maka ia akan menjadi seorang top superior di antara para wanita lainnya.     

Meski demikian, Zhang Ruochen hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. "Kaisar Pedang memang merupakan sosok yang romantis dan penuh kebebasan. Bahkan, pemahaman dan cara latihannya dalam Tao pedang benar-benar tidak lazim."     

Zhang Ruochen memang cukup akrab dengan ciri khas sang Kaisar Pedang. Sebab, perilakunya tersebut telah menjadi rumor tersendiri di Daratan Kunlun. Akan tetapi, sang kaisar tidak pernah memaksa wanita. Sebab, para wanita tersebut memang secara sukarela datang ke pelukan pria tersebut.     

Meski demikian, ia sama sekali tidak bisa menerima metode latihan milik sang Kaisar Pedang.     

Sementara Kaisar Pedang mampu membuat para wanita bertekuk lutut di hadapannya, namun Zhang Ruochen sendiri tidak yakin apakah ia bisa menjadi seperti sang kaisar atau tidak. Sebab, ketika ia sudah mencintai seorang wanita, maka ia akan memperlakukannya dengan sungguh-sungguh sampai sepanjang hidupnya.     

Ada begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari Kaisar Pedang, hingga Zhang Ruochen pun akhirnya memilih untuk menyimpan scroll tersebut.     

"Ditulis oleh Permaisuri Seribu Tulang."     

Kedua mata Zhang Ruochen langsung bercahaya ketika ia melihat scroll tersebut. Setelahnya, ia mengeluarkan tempurung kura-kura itu dari atas rak dan mulai mengamati inskripsi-inskripsi kecil pada permukaannya. Setiap karakter kuno yang ditulis di dalam sana memancarkan pemahaman Dua Pedang yang misterius, yang seolah mampu menyentuh hati para pria.     

Tidak ada seorangpun yang bisa memprediksi bahwa Permaisuri Seribu Tulang pernah menuliskannya di atas tempurung kura-kura.     

Akan tetapi, penjelasan Permaisuri Seribu Tulang terhadap Tao pedangnya bahkan jauh lebih rumit. Zhang Ruochen menghabiskan waktu selama enam jam untuk membaca semuanya, hanya untuk mendapatkan satu persepuluh dari keseluruhan kontennya.     

Pemahaman Tao pedang milik Permaisuri Seribu Tulang ternyata memiliki sistem yang berkesinambungan, hingga membuatnya berbeda jauh dengan Biksu Pedang Moon-burier dan Kaisar Pedang.     

Wanita itu menginterpretasikan Dua Pedang seperti halnya "Siang dan Malam".     

Di siang hari, seseorang harus berlatih dan mengolah Pedang Siang, dengan cara mengamati langit biru dan awan yang berwarna putih.     

Sedangkan di malam hari, maka seseorang harus berlatih dan mengolah Pedang Malam, dengan cara mengamati bulan dan bintang.     

Ketika seseorang berhasil menyatu dengan siang dan malam, maka ia akan berhasil menyelesaikan Dua Pedang. Setelah itu, maka setiap gerakan pedangnya akan mengandung kekuatan siang dan malam.     

Pemahaman Permaisuri Seribu Tulang terhadap Tao Pedang ternyata benar-benar sangat misterius. Zhang Ruochen pun berhasil menyaring beberapa hal dari catatan tersebut, hingga ia terus menerus berusaha memahaminya, dan ingin membawanya pulang untuk dipelajari.     

Zhang Ruochen mencari beberapa scroll lain, hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dituliskan oleh Biksu Pedang Moon-burier adalah yang paling universal. Sebab, pemahamannya tidak seekstrim Kaisar Pedang, atau terlalu misterius dan abstrak seperti yang pernah dituliskan oleh Permaisuri Seribu Tulang. Oleh karena itulah, ia hanya membawanya untuk dijadikan sebagai referensi.     

Hari sudah malam, sementara bulan purnama sedang melayang di angkasa. Samar-samar, kekuatan yang tak terlihat berhasil menyibak awan, hingga membuat langit perlahan menjadi gelap.     

Zhang Ruochen melirik ke arah altar yang berada di tengah lapangan. Setelah itu, terdapat sinar cahaya aneh yang melintas di depan matanya.     

Altar tersebut – berukuran tinggi 30 kaki – telah dibangun di atas tumpukan permata berwarna putih. Setiap batu permata itu diukir dengan inskripsi yang misterius. Di bawah sinar rembulan, maka inskripsi-inskripsi tersebut akhirnya bersinar terang.     

Zhang Ruochen berjalan mendekati altar tersebut. Setelah itu, ia meletakkan satu tangan pada salah satu batu permata dan mulai melepaskan Kekuatan Batin sebagai uji coba.     

Sebab, ia pernah melihat altar langit dan bumi yang seperti ini ketika ia mengunjungi Dunia Primitif Wood Spirit.     

Karena alasan itulah, ia sedikit punya gambaran terhadap altar langit dan bumi tersebut.     

Zhang Ruochen berusaha keras untuk mengakses setiap inskripsi dari batu permata tersebut dengan menggunakan Kekuatan Batin-nya. "Altar ini benar-benar berbeda dengan Altar langit dan bumi. Mungkinkah aku telah salah menebak sesuatu? Tidak..." gumamnya.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen merasakan sesuatu yang luar biasa.     

Tidak ada yang aneh dengan Kekuatan Batin-nya di permukaan altar tersebut.     

Namun, ketika Kekuatan Batin-nya masuk ke bawah altar, maka seketika itu pula ia langsung kehilangan kontak dengan Kekuatan Batin-nya. Rasa-rasanya, Kekuatan Batin-nya seperti baru saja tenggelam di dasar laut, hingga langsung menghilang begitu saja.     

"Kecuali... terdapat semesta lain di dasar Altar Batu Permata ini?"     

Zhang Ruochen pun langsung merasa tercengang. Setelah itu, ia kembali menggunakan Kekuatan Batin untuk melanjutkan investigasi, dan cepat-cepat menemukan sebuah jalan masuk, di sisi timur laut dari Altar Batu Permata tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.