Kaisar Dewa

Matahari Terbit di Puncak Lantai Ketiga Gunung



Matahari Terbit di Puncak Lantai Ketiga Gunung

0Zhang Ruochen berdiri di bawah dinding batu, sembari menyentuh pegangan Pedang Valley-water. Kemudian, ia mengarahkannya pada tulisan karakter "Tian" di sisi kiri, sebelum akhirnya berkata, "Mari kita bertarung. Ini adalah kesempatan terakhirku. Mari kita lihat apakah Tao pedangmu jauh lebih unggul daripada diriku!"     

Tulisan karakter itu kembali terbang dan langsung berubah menjadi figur penjaga gerbang. Setelahnya, tangan penjaga gerbang tersebut mulai mengambil pedangnya. Kemudian, ia menghentakkan kakinya di udara dan menyerang kepala Zhang Ruochen.     

Dalam sekejap, pemandangan di sekitar Zhang Ruochen mendadak berubah menjadi kabut. Sebab, ada begitu banyak kolom-kolom udara di sekitarnya dan menyelimuti tubuhnya.     

Di atasnya, terdapat sebuah pedang pertempuran yang menerjang turun ke arah kepalanya. Saat itu, ada sebuah guncangan pedang Chi di dalam serangan tersebut, yang seolah-olah mampu membelah bumi.     

"Kau hanyalah sebuah Pemahaman Pedang. Apa kau pikir dirimu mampu mengalahkanku?"     

Zhang Ruochen menebaskan pedangnya dan menciptakan cahaya setengah lingkaran di udara. Pedang Chi itu membelah kolom angin yang berada di hadapannya.     

Seketika itu juga, pemandangan di sekitarnya kembali terbuka. Namun, ia masih berdiri di bawah kaki lantai ketiga gunung. Tidak ada apa-apa yang terjadi.     

Satu-satunya perbedaan adalah sang penjaga gerbang sedang berada di atas kepalanya.     

"Satu Pedang!"     

Zhang Ruochen menggenggam pedangnya dengan kedua tangan. Saat itu, baik tubuh dan pedangnya sama-sama sudah bergabung menjadi satu, hingga berubah menjadi ledakan cahaya berwarna putih. Setelah itu, cahaya putih tersebut mulai menyeruak ke angkasa. Dengan suara yang membelah angin, saat itu ia mulai menyerang sang penjaga gerbang.     

CLANG! Pedang itu mulai membelah. Kemudian, terdapat energi pedang Chi yang langsung memercik, dan menyebar ke segala penjuru.     

Di waktu yang bersamaan, Zhang Ruochen mulai menerjang turun. Saat itu, kedua kakinya sampai terbenam hingga ke lutut akibat tekanan yang kuat seperti itu.     

Sang penjaga gerbang sendiri juga terjatuh di sampingnya.     

Penjaga gerbang itu terjatuh ke tanah dengan suara berdentum, yang menimbulkan lubang raksasa berbentuk manusia. Selain itu, ada sebuah lubang seukuran mangkuk di bagian dada sang penjaga gerbang, dimana hal tersebut memancarkan cahaya suci dalam jumlah besar.     

Setelah itu, tubuh sang penjaga gerbang berubah menjadi garis-garis cahaya, sebelum akhirnya berubah kembali menjadi sebuah karakter di dinding batu.     

"Tantangan berhasil."     

Terdengar suara pelan dari dalam dinding batu tersebut.     

Pria berotot itu pun langsung merasa takjub. Bagaimanapun juga, ia punya firasat bahwa Lin Yue akan memenangkan pertarungan ini. Akan tetapi, ia tidak pernah menyangka jikalau pria tersebut mampu memenangkan pertempuran hanya dalam satu kali serangan.     

Bahkan, ia mulai curiga bahwa Lin Yue hanya berpura-pura pada dua percobaan pertama.     

Bagaimana mungkin seseorang mampu berkembang begitu pesat hanya dalam kurun waktu hitungan jam?     

Clap! Clap!     

Pria berotot itu mulai bertepuk tangan. "Ternyata kau memang seorang jenius dalam hal Tao pedang. Kau berhasil mengejutkanku. Akan tetapi, aku masih merasa sedikit penasaran. Kau mampu mengalahkan sang penjaga gerbang dengan begitu mudah. Lalu, kenapa kau sampai harus menggunakan tiga kali kesempatan?"     

Zhang Ruochen kembali menyarungkan Pedang Valley-waternya. Setelah itu, ia menatap sosok berotot tersebut dan berkata, "Entahlah, aku hanya memberikan yang terbaik dalam setiap percobaan. Manusia akan selalu berkembang, namun kemampuan sang penjaga gerbang hanya akan stagnan seperti itu."     

Sebenarnya, bukan hal yang cukup mengejutkan jika ternyata Zhang Ruochen mampu mengalahkan penjaga gerbang hanya dalam satu kali serangan.     

Meskipun sang penjaga gerbang sudah berhasil menguasai Satu Pedang sampai pada level kesembilan, namun Tao pedangnya masih berada di Tingkatan Menengah dari Alam Hati yang Terhubung dengan Pedang. Sebaliknya, Zhang Ruochen sendiri sudah berada di Tingkatan Lanjutan.     

Pada percobaan pertama, ia tidak berhasil karena dirinya kekurangan pengalaman bertarung ketika harus menghadapi para praktisi pedang tangguh. Maka dari itu, ia kalah melawan sang penjaga gerbang hanya dalam 100 kali gerakan.     

Di percobaan kedua, Zhang Ruochen berhasil menukar 2.000 gerakan dengan sang penjaga gerbang. Saat itu, ia sudah berhasil mengumpulkan beberapa pengalaman bertarung, dan telah mampu memindai kelemahan-kelemahan lawannya.     

Kelemahan sang penjaga gerbang?     

Tentu saja, kelemahan itu terletak pada fakta jika sang penjaga gerbang tersebut bukanlah seorang manusia. Itu hanya sebuah Tao pedang milik seorang Leluhur. Jadi, sang penjaga gerbang hanya tahu bagaimana caranya menyerang dan bertahan, namun ia tidak punya variasi terhadap gerakannya. Meskipun akhirnya ia memiliki variasi gerakan, namun hal tersebut juga sangat lambat.     

Zhang Ruochen sendiri akhirnya memanfaatkan kelemahan tersebut. Jadi, karena ia jauh lebih tangguh daripada sang penjaga gerbang, ia pun akhirnya mampu mengalahkannya hanya dalam satu kali gerakan.     

Yang jelas, ia tidak ingin mengatakan alasan yang sesungguhnya kepada pria berotot tersebut. Jadi, setelah hanya menjelaskan pertarungan itu dengan cara yang sederhana, maka ia langsung pergi menuju ke jalanan gunung untuk menggapai puncak lantai ketiga.     

Sementara itu, Tanah Suci bagi para praktisi pedang – Paviliun Pedang – terletak di puncak lantai ketiga gunung.     

Zhang Ruochen sendiri memiliki ekspektasi yang tinggi mengenai Paviliun Pedang.     

"'Manusia akan selalu berkembang, namun sang penjaga gerbang hanya terus stagnan seperti itu,' dia benar. Hal ini sangat masuk akal."     

Sosok berotot tersebut menatap punggung Zhang Ruochen, sambil tersenyum samar. Kemudian, ia juga mulai mendaki lantai ketiga gunung. Meskipun ia sedang menjaga jaraknya, namun ia juga masih merasa penasaran terhadap seberapa jauh pencapaian Zhang Ruochen.     

Rintangan kedua di Gunung Dewa Kuno berada di pertengahan gunung. Sesuai dugaannya, hal itu sama sekali tidak menyulitkan Zhang Ruochen.     

Jadi, setelah berhasil menembus rintangan kedua, maka Zhang Ruochen kembali melanjutkan perjalanannya. Jika ia mampu melewati "tekanan" di lantai ketiga gunung, maka ia pasti mampu mencapai puncaknya.     

Seperti halnya dua lantai gunung yang sebelumnya, maka lantai ketiga gunung juga memiliki ketinggian 9.000 meter. Akan tetapi, tekanan yang terdapat di sana berkali-kali lipat lebih kuat daripada lantai-lantai yang sebelumnya.     

Meskipun dengan kekuatan ingin yang sudah setinggi itu, namun Zhang Ruochen masih kesulitan untuk bertahan dari tekanan tersebut.     

Setelah mencapai ketinggian 7.000 meter, saat itu gendang telinganya terasa sakit. Bahkan, sepanjang perjalanan ke sana, maka selama itulah telinganya selalu berdengung.     

Setiap langkah yang dipijak seperti sedang menanggung beban seberat 10 ton. Saat itu, tulang-tulangnya terdengar bergemeretak, hingga tulang punggungnya seperti hampir remuk.     

Perlahan-lahan, Zhang Ruochen akhirnya menghentikan langkah kakinya. Setelah itu, ia mulai duduk bersila dan mengalirkan keterampilan olah raga dari Kitab Empryan Kaisar Ming ke dalam tubuhnya. Saat ini, ia sedang berusaha untuk menaklukkan tekanan tersebut.     

Pada titik ini, ia menemukan bahwa pria berotot tersebut masih berada di belakangnya. Pria itu berdiri pada jarak 30 meter jauhnya.     

"Orang ini dapat dengan mudah menghadapi tekanan di lantai ketiga gunung. Apakah dia adalah seorang Setengah-Biksu?"     

Akan tetapi, tidak lama setelahnya, ia langsung menggelengkan kepalanya.     

Tingkat pengolahan pria berotot tersebut memang luar biasa. Namun, ia sama sekali belum menguasai Jiwa Suci. Jadi, itu berarti bahwa ia masih berada di Alam Fish-dragon.     

Di tempat lain, Zhang Ruochen sendiri juga tidak mengerti bahwa ternyata pria berotot tersebut juga sama-sama tercengang terhadap kemampuannya.     

"Pria ini benar-benar luar biasa. Dia berhasil mencapai ketinggian 7.000 meter di lantai ketiga gunung ketika masih berada di Perubahan Kelima dari Alam Fish-dragon. Aku sendiri masih merasa kesulitan saat melakukan hal tersebut di Perubahan Kelima. Apakah kekuatan inginnya jauh lebih tinggi daripada diriku?"     

Pria berotot ini selalu menjadi yang terbaik di antara generasinya maupun tingkatan alamnya, dan kedua hal tersebut sudah berlaku sejak ia masih berusia muda. Selain itu, mereka yang menempati urutan kedua, benar-benar jauh tertinggal jauh kalau sampai ingin menyusul pencapaiannya.     

Sekarang ini, seorang lelaki baru saja muncul dan mampu mengimbanginya. Maka dari itu, hal tersebut akhirnya memicu jiwa kompetisi di dalam dirinya.     

"Aku ingin melihat seberapa jauh kau mampu mencapai sesuatu." Sosok berotot itu tersenyum samar, sambil duduk bersila. Kemudian, ia menunggu Zhang Ruochen dengan sabar.     

Dalam beberapa jam ke depan, Zhang Ruochen akan berhenti setiap 100 meter. Setelah itu, kembali melanjutkan perjalanannya.     

Zhang Ruochen membutuhkan waktu enam jam lamanya untuk sampai di ketinggian 8.000 meter.     

Pria berotot itu pun mulai terlihat serius.     

Semakin tinggi Zhang Ruochen mendaki ke atas gunung, maka ekspresi pria berotot itu juga semakin menjadi serius. Sebab, dalam setiap langkah yang dipijaknya, maka hal itu akan semakin menegaskan perbedaan di antara mereka berdua.     

Pria berotot itu adalah orang yang sangat bangga terhadap dirinya sendiri. Selain itu, ia juga sangat menikmati kemenangannya atas sesuatu. Lagipula, ia tidak akan rela jika ada orang lain yang lebih superior daripada dirinya.     

"Apakah dia benar-benar tangguh?" sosok berotot tersebut ingin segera melancarkan serangan ke arah Zhang Ruochen. Akan tetapi, ia cepat-cepat menahan dirinya, karena ia sendiri sudah berada di Perubahan Kesembilan dari Alam Fish-dragon.     

Yang jelas, ia tidak akan mendapatkan kepuasan apa-apa saat memenangkan sesuatu di Perubahan Kesembilan.     

Zhang Ruochen mendaki dari mulai siang sampai malam.     

Ketika malam sudah berganti fajar, saat itu matahari mulai terbit.     

Ketika matahari mulai terbit, maka seketika itu pula Zhang Ruochen menapakkan langkah kakinya yang terakhir. Sekarang ini, ia sudah berada di puncak lantai ketiga gunung.     

Jubah Taoist-nya tiba-tiba penuh dengan darah dan keringat. Selain itu, baik telinga, hidung, mata, dan mulutnya sama-sama mengeluarkan darah. Sekarang ini, lelaki tersebut tampak benar-benar kacau.     

Bahkan, mustahil untuk membayangkan rasa sakit yang sedang dialami oleh lelaki tersebut. Namun, lelaki itu akhirnya berhasil mencapai puncak gunung karena kegigihan dan tingkat fokus yang tinggi. Sekarang, ia sedang berdiri pada suatu posisi – yang orang lain hanya bisa melihatnya dengan rasa kagum.     

Itu adalah pengalaman yang menyakitkan saat mendaki ke puncak lantai ketiga gunung, namun jika ia tidak mampu bertahan dari rasa sakit tersebut, maka ia tidak akan pernah menjadi orang pertama yang menyaksikan matahari terbit!     

Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam dan mulai merentangkan tangannya. Saat itu, ia benar-benar merasa rileks. Sinar matahari pertama pun akhirnya mulai membasuh tubuhnya. Kemudian, ia berkata riang. "Perasaan ini sungguh menakjubkan."     

Setelah mengalirkan keterampilan olah raga di sekujur tubuhnya, maka seketika itu pula ia mulai mengkonsumsi Energi Chi dari langit dan bumi. Setelah itu, rasa sakit di dalam tubuhnya berangsur-angsur mulai hilang. Di waktu yang bersamaan, rasa sakit itu tergantikan oleh perasaan fresh, suatu pengalaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya.     

"Pria ini..."     

Pria berotot itu sudah berada di puncak. Saat itu, ia melirik ke arah Zhang Ruochen, dan tidak tahu harus berkata apa.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen membuka matanya dan mulai mengamati pria berotot tersebut. Setelahnya, ia tidak lagi bisa menahan rasa penasarannya sendiri, hingga akhirnya ia cepat-cepat bertanya. "Siapa kau sebenarnya?"     

Pria berotot itu berkata, "Tidakkah kau bisa menebaknya?"     

Zhang Ruochen berkata, "Sejauh yang kuketahui, hanya Gai Tianjiao yang pernah mencapai puncak lantai ketiga ketika dia masih berada di Alam Fish-dragon. Namun, aku sendiri tidak yakin jikalau kau adalah wanita tersebut."     

"Mengapa tidak?" sosok bertubuh kekar itu tertawa lembut.     

"Meskipun aku tidak pernah melihat Gai Tianjiao sebelumnya, namun aku juga pernah mendengar tentangnya. Jadi, aku tahu jikalau dia adalah seorang wanita – seorang wanita yang sangat cantik," kata Zhang Ruochen.     

Pria berotot itu terlihat sangat gembira. Setelahnya, ia mengangguk dan berkata, "Gai Tianjiao adalah salah satu dari empat tercantik di Sekte Yin Yang. Wanita itu benar-benar cantik. Jika kau terus memujinya, mungkin kau bisa memenangkan perhatiannya."     

Ketika melihat bahwa sang pria berotot itu enggan mengatakan tentang identitas dirinya, maka Zhang Ruochen pun berhenti bertanya dan langsung pergi menuju ke Mata Air Suci ketiga.     

Semenjak pria berotot itu berada di sampingnya, maka Zhang Ruochen tidak bisa menggunakan Cincin Ruang-nya untuk mengambil Holy Water tersebut. Jika ia masih memaksakan hal itu, maka ia pasti akan ketahuan.     

Meski demikian, jika ia hanya mengambil satu Holy Water dalam bentuk bejana labu kecil, maka ia hanya bisa sedikit meningkatkan Tao pedangnya.     

Maka dari itu, Zhang Ruochen pun memutuskan untuk berlatih di Mata Air Suci ketiga gunung. Ia akan berusaha untuk menembus tingkatan Puncak dari Satu Pedang.     

Saat itu, ia sedang duduk bersila di dalam Mata Air Suci dan mulai meminum Holy Water pertamanya.     

"Swoosh!"     

Di dalam Lautan Chi-nya, di sana ada tiga buah Pemahaman Pedang yang sedang mengepung Hati Pedang-nya dan mulai berputar-putar. Setelah itu, terdengar suara bergemuruh yang kencang seperti sungai yang sedang bergejolak. Suara tersebut berhasil menggetarkan telinga dan tubuh Zhang Ruochen. Akan tetapi, pihak luar tidak akan bisa mendengarkan hal tersebut.     

Setelah meminum Holy Water pertamanya, maka luka-luka Zhang Ruochen pun berangsur sembuh. Bekas-bekas luka di tubuhnya juga mulai memudar, hingga kulitnya kembali berubah menjadi halus, layaknya kulit seorang bayi. Hal itu tampak seperti tubuhnya yang baru saja dicetak ulang.     

Setelah meminum Holy Water yang kedua, saat itu Zhang Ruochen mulai berlatih pedang di puncak lantai ketiga gunung.     

Ia berusaha untuk menemukan misteri-misteri yang terkandung di dalam Satu Pedang pada proses latihan tersebut. Di waktu yang bersamaan, ia juga mulai menyerap khasiat Holy Water.     

Setelah selesai meminum Holy Water yang ketiga, maka gerakannya perlahan-lahan menjadi pelan. Setiap gerakan itu menjadi sesuatu yang jauh lebih mendalam dan terkonsentrasi. Pada saat ini, gerakan pedangnya terlihat seperti gerakan yang mulai menyatu dengan hukum langit dan bumi, dan perlahan-lahan, kekuatannya pun meningkat secara signifikan.     

Di tempat lain, seorang pertapa tua berusia 40 tahunan mulai keluar dari Paviliun Pedang.     

Ia memiliki jenggot berwarna cyan dan terlihat cukup tangguh. Pria itu sedang membawa teko teh di tangannya dan terlihat sangat santai. Kemudian, ia berjalan ke arah pria berotot tersebut dan berhenti di sebelahnya.     

Lalu, kedua matanya mulai terfokus ke arah Zhang Ruochen – yang sedang berlatih gerakan pedang. Di waktu yang bersamaan, kedua alisnya langsung terangkat. "Tidak buruk. Seorang jenius dalam hal Tao pedang baru saja muncul. Dia sudah mampu mencapai puncak lantai ketiga gunung dan Paviliun Pedang dengan kekuatan yang masih seperti itu. Siapa bocah itu sebenarnya, Tianjiao?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.