Kaisar Dewa

Lantai Pertama Gunung



Lantai Pertama Gunung

0"Tolong pinjamkan pedangmu," kata Zhang Ruochen.     

Karena Mu Jiji sudah pernah mengunjungi Gunung Dewa Kuno bulan lalu, maka sekarang ini ia tidak akan mencobanya.     

Jadi, ia mengeluarkan Pedang Kristal Biru dari balik punggung dan memberikan itu kepada Zhang Ruochen.     

"Swoosh!"     

Pada saat Zhang Ruochen menarik pedang itu dari sarungnya, maka seketika itu pula terdapat ledakan cahaya biru yang memancar dari sarung pedang, diiringi dengan fluktuasi pedang Chi yang tajam.     

"Ini adalah sebuah Senjata Suci Bela Diri kelas sepuluh. Pedang seperti ini pasti akan berguna saat berada di dalam sana nanti."     

Zhang Ruochen mengembalikan pedang itu ke dalam sarungnya dan berjalan tegak ke arah kaki lantai pertama gunung.     

Saat itu, ia mendongakkan kepalanya, hanya untuk menemukan tulisan karakter tebal yang diukir pada dinding batu halus berwarna hijau.     

Hanya sosok yang sudah berhasil menembus Alam Setengah-Biksu yang punya kualifikasi untuk mengukir tulisan karakter seperti itu di lantai pertama gunung tersebut.     

Setiap katanya mengandung ide-ide Tao pedang milik Setengah-Biksu, yang sudah terintegrasi dengan seisi gunung.     

Setelah itu, Zhang Ruochen seperti mendapatkan gambaran dari salah satu karakter "tao".     

"Swoosh!"     

Tulisan karakter "tao" itu pun langsung memancarkan cahaya berwarna putih. Cahaya itu keluar dari dinding batu dan berubah menjadi seorang Taoist tua – bertubuh transparan – dari Abad Pertengahan. Setelah itu, ia terbang mendekat dan berdiri di hadapan Zhang Ruochen.     

"Kalahkan aku terlebih dahulu, setelah itu, kau bisa melewati lantai pertama."     

Sang Taoist tua dari Abad Pertengahan hanya menyediakan sedikit waktu kepada Zhang Ruochen untuk mencerna kata-katanya. Saat itu, sang Taoist tua sudah lebih dulu merentangkan tangannya di udara, dan sebuah pedang – berukuran tiga kaki – mulai terbentuk di tangannya.     

Taoist tua itu melepaskan enambelas langkah berturut-turut, yang mana hal itu berubah menjadi enambelas bayangan. Mereka semua – secara bersamaan – mulai menusuk enambelas area vital yang terdapat di tubuh Zhang Ruochen.     

Pada saat ini, Zhang Ruochen masih terlihat tenang. Sambil menutup matanya, maka ia langsung menarik Pedang Kristal Biru-nya dengan sangat cepat, dimana hal tersebut berhasil membalikkan keadaan. Saat ini, ujung pedangnya yang tajam sedang mengarah tepat di depan jantung sang Taoist tua.     

Dari mulai awal sampai sekarang, selama itu Zhang Ruochen sama sekali tidak menggerakkan kaki. Namun, gerakannya sangat natural dan halus.     

Tubuh sang pertapa tua itu tiba-tiba berubah menjadi ledakan cahaya berwarna putih. Setelah itu, cahaya tersebut kembali ke dalam dinding batu dan kembali menjadi tulisan karakter "tao".     

"Apakah rintangan di lantai pertama gunung ini begitu mudah?"     

Zhang Ruochen tersenyum, lalu membuka matanya, dan menemukan kalau ada begitu banyak murid Biksu yang masih bertarung melawan bayangan transparan tersebut.     

Sebagian besar dari mereka gagal.     

Hanya sedikit dari mereka yang mampu mengalahkan bayangan transparan tersebut dan berhasil melewati rintangan di lantai pertama gunung.     

Han Qiu dan Pang Long juga berhasil lolos, sementara Xun Hualiu gagal.     

Rintangan di bawah kaki lantai permata gunung adalah untuk menguji Tao pedang milik seorang pertapa. Jadi, Xun Hualiu masih perlu berlatih kembali agar mampu mengimbangi Han Qiu dan Pang Long.     

Zhang Ruochen mulai melewati jalanan terjal di sisi gunung.     

Han Qiu sedari tadi terus menerus memperhatikan Zhang Ruochen. Jadi, ketika ia melihatnya berada di depan, maka ia bergegas maju untuk menyusulnya. Wanita itu berkata, "Aku tidak menyangka kalau Tao pedangmu sangat luar biasa, hingga kau mampu mengalahkan penjaga gerbang hanya dalam satu kali gerakan."     

Akan tetapi, Zhang Ruochen malah merasa terkejut. Setelah itu, ia menatapnya dan berkata, "Bukan hal yang spesial. Ini masih berada di lantai pertama gunung."     

Han Qiu adalah seorang wanita dengan kecantikan yang menawan, dengan kedua mata yang cerah dan bulu mata yang panjang. Saat itu, wanita tersebut sedang tersenyum manis dan berkata, "Biasanya, kau tidak bicara dengan gaya yang seperti itu."     

"Oh?" kata Zhang Ruochen.     

"Di masa lalu, kau tidak pernah tahu bagaimana caranya bersikap sederhana. Bahkan, caramu memandangku tidak murni seperti sekarang ini," kata Han Qiu. Saat itu, bibir merahnya kembali tersenyum.     

Zhang Ruochen bertanya, "Memangnya seperti apa pandangan mataku saat itu?"     

"Kau selalu memandangku penuh nafsu, seperti ketika kau sudah tidak sabar lagi ingin menanggalkan pakaianku" Han Qiu berkata dengan senyum sumringah.     

Zhang Ruochen pernah bertemu dengan Han Qiu sebelumnya. Jadi, ia sangat paham dengan karakter wanita tersebut, dan sama sekali tidak terkejut ketika ia bicara gamblang semacam itu.     

"Lin Yue, sepertinya kau telah dirasuki oleh hantu dan berubah menjadi sosok pria yang benar-benar baru. Bagiku, kau tampak familier, sekaligus juga tidak."     

Dengan tatapan menggoda di kedua matanya yang cantik, saat itu ia memperlihatkan kedua matanya yang cerah kepada Zhang Ruochen, sambil berusaha menemukan apakah pandangan mata lelaki tersebut akan berubah atau tidak.     

"Tak masalah jika kau percaya bahwa aku sudah dirasuki oleh hantu."     

Setelah mengatakan itu, maka Zhang Ruochen langsung melesat ke arah depan, sambil meninggalkan serentetan bayangan di jalanan gunung.     

Han Qiu menatap kepergian Lin Yue, sambil mengatupkan kedua bibirnya yang sejernih kristal, lalu berkata pada dirinya sendiri, "Bagaimana mungkin dua orang yang berbeda memiliki satu kepribadian yang sama? Atau mungkin, itu adalah ilmu sihir."     

Lantai pertama gunung memiliki ketinggian 4.000 meter, yang dikelilingi oleh tebing-tebing terjal. Bahkan, seorang pertapa dari Alam Fish-dragon, masih akan terluka parah jika ia sampai terjatuh ke dalamnya.     

Di sebuah dinding tebing, di sana terdapat sebuah pilar besi yang besarnya seperti ember air, dan membentuk suatu jembatan sepanjang 100 meter. Jembatan itu memanjang secara horizontal ke arah depan, yang menghubungkan dua tebing.     

Zhang Ruochen berjalan melewati salah satu pilar jembatan tersebut. Saat itu, ia menatap ke arah bawah, dan menyaksikan para murid Biksu yang terlihat seperti semut. Jika ia sampai terjatuh dari sana, maka ia sendiri tidak bisa membayangkan akan seperti apa jadinya.     

Di ujung pilar jembatan tersebut, di sana terdapat menara kayu dengan pilar-pilar berwarna merah, sementara atap-atapnya tampak berwarna emas. Menara itu terlihat seperti paviliun milik para immortal, yang terlihat melayang di udara.     

Setengah jam kemudian, seorang murid Biksu di Perubahan Kelima dari Alam Fish-dragon melangkah keluar dari menara. Saat itu, ia gagal melewati rintangan tersebut. Jadi, ia menghela nafas panjang dan hendak menuruni gunung.     

Zhang Ruochen membuka pintu dan masuk ke dalam menara.     

Di depan sana, terpampang sebuah lukisan yang menempel pada dinding. Di dalamnya, ada seorang gadis berjubah putih sedang memperagakan teknik pedang.     

Gadis di dalam lukisan itu benar-benar cantik. Yang jelas, ia terlihat anggun dan elegan.     

Tiba-tiba, gadis di dalam lukisan itu bergerak. Kemudian, ia mengambil tujuh langkah berturut-turut, dan melepaskan dua belas kali teknik pedang.     

Akan tetapi, tidak lama setelahnya, maka gadis itu mendadak berhenti, dan tidak lagi bergerak.     

Apa itu benar-benar sebuah lukisan?     

Zhang Ruochen bisa mendengar suara gadis itu sedang melengking di dalam menara. Tampaknya, suara itu berasal dari dalam lukisan. Suara itu berkata, "Dalam kurun waktu dua jam, maka kau harus mampu memperagakan gerakan-gerakan pedang tersebut sampai sama persis, setidaknya sampai berada di tingkatan Kesuksesan Kecil."     

Dengan tampang terkejut, saat itu Zhang Ruochen langsung merentangkan tangan ke dalam lukisan dan menyentuhnya pelan. Setelah itu, ia berkata, "Menarik."     

Yang jelas, Zhang Ruochen tidak bermaksud untuk menyentuh seorang gadis yang berada di dalam lukisan. Akan tetapi, ia ingin mengkonfirmasi, apakah lukisan itu merupakan sebuah Harta Karun Ruang atau tidak.     

Faktanya, itu bukan.     

Zhang Ruochen menduga bahwa Jiwa Suci milik seorang Setengah-Biksu sudah ditempelkan pada lukisan tersebut, hingga akhirnya terhubung dengan tinta, dan membentuk suatu kehidupan tersendiri.     

Sementara itu, teknik-teknik pedang yang diperagakan oleh gadis di dalam lukisan tersebut, adalah berasal dari teknik bela diri kelas rendah Tingkatan Hantu.     

Zhang Ruochen harus mengingat gerakan kaki dan setiap gerakan tangannya, selain juga melakukan analisis terhadap penggunaan Tenaga Chi-nya. Yang jauh lebih penting lagi, ia harus memperagakan setiap gerakan itu sampai sama persis dalam kurun waktu dua jam.     

Ini adalah sebuah tantangan untuk menguji kemampuan menyeluruh milik seorang pertapa.     

Para pertapa lain dari Alam Fish-dragon tidak akan mampu melihat gerakan gadis itu dengan jelas, alih-alih mendapatkan pemahaman gerakan dan memperagakan hal yang sama persis sampai pada tahapan sukses. Bagi mereka, itu sama sulitnya seperti saat mendaki ke atas langit.     

Akan tetapi, bagi Zhang Ruochen, hal itu benar-benar mudah.     

Kemudian, ia mulai duduk bersila di lantai. Di dalam benaknya, ia sedang menggunakan Hati Pedang untuk memperagakan teknik pedang milik gadis tersebut, dan berusaha mengkoordinir gerakan kaki dan tangannya. Setelah itu, ia mulai mempelajarinya di dalam Lautan Chi.     

Zhang Ruochen hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk mampu memperagakan semua gerakan pedang dan mencapai tingkatan sukses.     

Kemudian, ia pun mulai memperagakan semua gerakannya. Setelah itu, ia mendengar suara gadis yang berada di dalam lukisan, yang sedang berkata, "Rintangan kedua, lulus."     

Zhang Ruochen membalikkan badan dengan maksud keluar dari menara tersebut. Namun, mendadak ia langsung menghentikan langkah kakinya sendiri.     

Kemudian, dengan pandangan mata yang berbinar, maka ia telah memutuskan untuk memeriksa sesuatu.     

Jadi, ia mulai mengepalkan tangannya pada pegangan Pedang Kristal Biru, dan langsung menarik pedang dari sarungnya. Setelah itu, ia menggunakan segenap Tenaga Chi-nya untuk terbang ke arah lukisan, sambil menghunuskan pedang.     

"Beraninya kau!"     

Tiba-tiba, terdapat sinar cahaya terang yang keluar dari dalam lukisan tersebut.     

Seorang gadis berjubah putih mulai melesat keluar dari dalam lukisan seperti hantu. Wanita itu langsung menusuk cepat, dan melepaskan seratus pedang Chi ke arah Zhang Ruochen.     

"Pow!"     

Zhang Ruochen terhempas keluar sampai ke gerbang menara, dan ia terjatuh ke arah belakang, hingga melewati jembatan besi tersebut. Saat itu, punggungnya membentur dinding batu, sambil meninggalkan lubang berbentuk manusia.     

Setelah itu, tubuhnya terjatuh ke arah bawah dan mendarat di jalanan gunung. Karena merasa terkejut sekaligus kebingungan, maka ia hanya mampu mengamati menara yang melayang di udara tersebut.     

Saat itu, sinar cahaya putih tersebut segera menghilang, dan kembali masuk ke dalam lukisan.     

Terdengar suara feminin, sekaligus dingin, yang berasal dari menara tersebut. "Kali ini, aku masih mengampunimu, karena kau adalah orang pertama yang berusaha mengusikku. Jika kau berani melakukannya lagi, maka kau pasti akan langsung dihukum di pengadilan."     

Zhang Ruochen melihat ke arah tangannya. Saat itu, lengan bajunya sudah robek, hingga membuat tangannya telanjang.     

"Sungguh teknik pedang yang sangat kuat," Zhang Ruochen bergumam pada dirinya sendiri.     

Semua murid Biksu yang berada di jalanan gunung langsung merasa terkejut dengan apa yang mereka saksikan.     

Semua orang sedang memaku pandangan matanya ke arah Zhang Ruochen, dan bertanya-tanya terhadap apa yang baru saja dialami oleh pria tersebut.     

Han Qiu berjalan mendekatinya, sambil melirik ke arah menara, dan bertanya, "Apa yang terjadi?"     

Zhang Ruochen kembali memasukkan pedangnya ke dalam sarung, dan berusaha tampil tenang. Setelah itu, ia berkata, "Aku hanya ingin menguji tingkat agresivitas lukisan tersebut, jadi aku menusuknya. Kira-kira seperti itu."     

Di jalanan gunung, ada begitu banyak orang yang menahan nafasnya, sambil ternganga.     

Han Qiu sendiri langsung tersentak. Setelah itu, ia tertawa geli dan berkata, "Berani sekali kau menyerang sang penjaga gerbang? Kau benar-benar membuatku terkesan. Karena kau sudah bertindak ceroboh seperti ini, maka sang penjaga gerbang pasti tidak akan membiarkanmu lulus."     

"Sayang sekali, tapi aku sudah lulus."     

Setelah mengatakan itu, maka ia langsung melesat pergi menuju jalanan gunung yang sempit, tanpa sama sekali melirik ke arah belakang.     

Para murid Biksu yang berada di jalanan gunung mulai memperhatikan kepergian Zhang Ruochen, sambil merasa tercengang, sampai mereka sendiri terlihat seperti batu.     

"Apa dia berhasil melewati rintangan kedua di lantai pertama gunung?"     

"Bagaimana mungkin dia bisa secepat itu? Aku masih mengingatnya dengan baik, dia hanya berada di dalam menara selama 15 menit."     

''Aku tidak pernah menyangka bahwa ternyata ada sosok yang setangguh itu di Sekte Yin Yang."     

Pang Long terlihat seperti orang yang baru saja tersambar petir, sementara kedua matanya tampak melotot. Kala itu, ia mengamati kepergian Zhang Ruochen dengan tampang tak percaya dan mulai bergumam pada dirinya sendiri, "Pencapaian Lin Yue adalah berasal dari keberuntungan yang baik dan hasil petualangannya. Namun, bagaimana mungkin kemampuan menyeluruhnya juga sampai begitu tinggi? Mustahil... ini mustahil..."     

Entah mereka percaya atau tidak, namun Zhang Ruochen sudah berjalan menuju ke arah puncak gunung.     

"Di jalanan gunung lantai pertama, di sana ada 216 menara dengan setiap lukisan di dalamnya. Jadi, itu berarti bahwa terdapat 216 lukisan di dalamnya. Namun, jika hanya diberi satu Jiwa Suci di dalamnya, maka lukisan-lukisan tersebut tidak akan bisa berkembang menjadi sekuat itu. Jadi, setidaknya setiap lukisan pasti memiliki satu Jiwa Suci.     

"Setelah kematian para Setengah-Biksu dan Biksu, maka Jiwa Biksu mereka akan menghilang. Pertanyaannya, bagaimana mungkin Sekte Yin Yang mampu menjaga jiwa-jiwa mereka agar tetap hidup?"     

Zhang Ruochen mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah puncak Gunung Dewa Kuno. Saat itu, samar-samar ia bisa merasakan kekuatan suci dan agung sedang menekannya dari arah atas. Layaknya tujuh air terjun warna-warni, maka awan dan kabut warna-warni itu menutupi area secara vertikal. Jadi, ketika diamati dari kejauhan, maka hal itu terlihat sangat indah, sekaligus juga misterius.     

Kala itu, ia menghela nafas dan berkata, "Ini adalah kekuatan Gunung Dewa Kuno, yang berhasil membuat Jiwa Suci milik Biksu di masa lampau tersebut menjadi hidup, hingga menjadi sesuatu yang immortal. Seperti yang pernah dikatakan oleh ayah, bahwa ternyata gunung ini memang menyimpan banyak misteri. Selain itu, tempat ini juga menyimpan begitu banyak rahasia-rahasia besar."     

Semakin lama Zhang Ruochen mendaki ke atas, maka seketika itu pula tekanan yang ia hadapi terasa semakin intens. Setiap detiknya, tekanan yang berasal dari Gunung Dewa Kuno seakan mampu menghancurkan kekuatan inginnya.     

Tekanan yang dilepaskan oleh Gunung Dewa Kuno sendiri sangat mengerikan, seperti halnya Aura Suci milik seorang Biksu.     

Sementara itu, rintangan ketiga adalah tentang ujian terhadap kekuatan ingin seorang pertapa.     

Hanya ketika Zhang Ruochen mampu melawan tekanan yang besar seperti ini, dan berhasil mendaki sampai puncaknya, maka saat itu ia sudah resmi lulus dari rintangan ketiga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.