Kaisar Dewa

Five Elements Chaotic Body



Five Elements Chaotic Body

0Catatan penulis: dua bab berikutnya mengandung begitu banyak informasi. Semua ini adalah rangkuman dari teka-teki di bab-bab sebelumnya. Jadi, kalian harus membacanya dengan perlahan.     

…     

10 hari berlalu dan Zhang Ruochen masih belum siuman. Sebaliknya, karena telah kehilangan banyak darah, maka kini wajahnya benar-benar pucat. Saat itu, kulit-kulitnya terlihat layu dan kering.     

Sekujur tubuh Zhang Ruochen telah dipenuhi oleh darah. Jadi, lelaki itu bisa mati kapan saja.     

Sementara itu, sang biksu tua masih belum kembali, meski ini sudah sepuluh hari. Selama ini, Mu Lingxi masih terus berada di sisinya sepanjang waktu. Wanita itu menggenggam tangan lelaki tersebut, sambil terus menerus mengalirkan Chi Suci ke dalam tubuhnya.     

Pada saat ini, Mu Lingxi sampai tersungkur ke tanah, karena wanita itu juga telah kehabisan Chi Suci. Bahkan, wajah putihnya jauh lebih pucat daripada Zhang Ruochen. Yang jelas, wanita ini sedang berada di kondisi yang sangat lemah.     

Akan tetapi, ia sama sekali tidak menyerah. Sebab, wanita itu khawatir kalau sampai ia menyerah dan berhenti mengalirkan energinya,, maka Zhang Ruochen akan benar-benar mati dan tidak akan pernah lagi kembali.     

…     

Di sisi lain gunung berapi.     

Di sana, sang biksu tua sedang duduk bersila di tanah. Sekarang ini, ia sedang mengenakan Thousand Treasure Cassock pada pakaian polosnya. Ketika sang biksu tua mengangkat tangannya ke atas, maka seketika itu pula Chi Buddha berwarna emas mulai mengalir keluar dari tubuhnya.     

Di waktu yang bersamaan, serangga-serangga darah mulai terangkat naik di udara. Mereka semua langsung berubah menjadi kabut darah, sebelum akhirnya membentuk dua gumpalan darah yang solid. Setelah menjadi solid, maka semua serangga darah itu langsung terhubung dengan tangan sang biksu tua.     

Sebagaimana sang biksu tua sedang menyerap Chi Darah mereka, maka seketika itu pula tubuh keriputnya berangsur-angsur berubah menjadi normal.     

Boom, boom.     

Ada begitu banyak serangga darah yang berjatuhan dari langit, hingga mereka berubah menjadi tumpukan bangkai yang telah mengering.     

Sementara itu, Buddha Xinshu – yang sedang mengenakan jubah berwarna putih – sedang berdiri di hadapan sang biksu tua tersebut. Di waktu yang bersamaan, ia mengatupkan kedua tangannya ke arah depan dan membungkuk. "Master, apa kekuatan Anda sudah pulih?"     

Biksu tua itu mengamati tangannya sendiri, sebelum akhirnya mengangguk. Kemudian, sambil bangkit berdiri, saat itu ia terkekeh dan berkata, "Setidaknya, serangga-serangga darah ini pasti telah menyerap darah milik 100 orang Setengah-Biksu. Sekarang ini, darah mereka semua telah berada di dalam tubuhku. Jadi, mestinya aku telah berada di kondisi puncak."     

"Mulai sekarang, aku bisa mengendalikan mayat dewa dengan menggunakan segenap kekuatanku. Sebab, kalau aku bisa mengubah mayat dewa itu menjadi sebuah mayat pertempuran, maka seketika itu pula aku tidak perlu takut lagi dengan siapa-siapa – termasuk Permaisuri Chi Yao."     

Buddha Xinshu menatap kejauhan, ke arah Zhang Ruochen. "Zhang Ruochen telah membunuh banyak Setengah-Biksu dari sekte kita," katanya. "Kenapa Anda masih membantunya menguasai Fisik Chaotic Lima Elemen?"     

Biksu tua itu menoleh dan mengamati Zhang Ruochen yang sedang berada di lautan lava. "Kalau dia tidak muncul tepat waktu dan membantuku mengalahkan Ghost King Shenchu, mungkin aku sudah mati saat kau tiba di tempat ini."     

Mendengar itu, Buddha Xinshu langsung cepat-cepat berlutut. Sambil merasa ketakutan, sang Buddha berkata, "Saya sudah bergegas dan membawa semua figur-figur penting sekte untuk pergi menuju ke Netherworld, sesaat setelah saya menerima pesan dari Anda. Akan tetapi, saya bertemu dengan salah satu Ghost King di perjalanan, dan saya pun akhirnya terluka parah setelah bertarung melawannya. Maka dari itu, saya menjadi sedikit terlambat. Jadi, tolong ampuni saya."     

"Silahkan bangkit berdiri, aku tidak sedang menyalahkanmu." Biksu tua itu tersenyum ramah, dan membantu Buddha Xinshu bangkit berdiri. "Terlepas dari segala sesuatunya, aku benar-benar telah berhutang budi kepada Zhang Ruochen. Jadi, kalau aku tidak membalas kebaikannya, maka Ketenangan Jalan Suci-ku pasti akan terpengaruh. Sehingga, aku tidak akan pernah bisa menembus alam yang terakhir."     

Sang biksu tua menambahkan, "Tentu saja, aku tidak perlu membalas kebaikannya yang lain kalau ternyata dia tidak berhasil melewati tahap ini dan akhirnya mati."     

Buddha Xinshu akhirnya memahami kenapa masternya melakukan semua ini. Sebab, seandainya Zhang Ruochen berhasil menguasai Fisik Chaotic Lima Elemen, maka sang biksu tua tersebut telah selesai membayar hutangnya. Sehingga, ia dapat menentramkan Ketenangan Jalan Suci-nya.     

Namun, kalau Zhang Ruochen tidak berhasil bertahan dan akhirnya mati di lautan lava tersebut, maka masternya tidak perlu menyesalinya, dan tidak perlu membayar hutangnya.     

"Kalau dia tidak mati, maka dia akan menjadi musuh besar bagi sekte kita," kata Buddha Xinshu.     

"Belum tentu," kata sang biksu tua dengan penuh kebijaksanaan. "Kalau dia telah berkembang sempurna, semestinya bukan kita yang benar-benar terlibat ke dalam masalah."     

"Apa Anda sedang bicara tentang sang Permaisuri di Wilayah Pusat?" kata Buddha Xinshu, sebagaimana ia sedang berusaha untuk menebaknya.     

"Apa kau tahu betapa arogannya sang Permaisuri?" tanya biksu tua tersebut. "Dia tidak akan pernah mengeluarkan perintah penangkapannya secara langsung, kecuali orang itu benar-benar sanggup mengancam nyawa dan posisinya. Jika demikian, maka aku harus membantunya."     

Buddha Xinshu menatap Zhang Ruochen. "Tetapi, saya merasa kalau dia tidak akan berhasil melalui tahap ini... hmm..."     

Sebelum Buddha Xinshu sempat menyelesaikan kalimatnya, saat itu cahaya warna-warni mulai bersinar dari lautan lava tersebut. Cahaya itu terus bertumbuh menjadi semakin besar, hingga akhirnya menyelimuti gunung berapi di sekitarnya.     

Sebelumnya, vitalitas Zhang Ruochen sedang berada di titik terlemahnya, tapi sekarang, hal itu menjadi semakin menguat. Kali ini, tubuhnya tampak seperti batu suci yang memancarkan lima warna – hitam, putih, emas, biru dan merah.     

Seluruh langit berubah menjadi chaos, dan tampak seperti awal penciptaan dunia.     

Biksu tua sedang menatap Zhang Ruochen dengan ekspresi takjub. "Kekuatan ingin milik pemuda itu sungguh mencengangkan. Ternyata dia benar-benar berhasil menguasai Fisik Chaotic Lima Elemen. Talenta pemuda itu pasti merupakan yang terbaik di Daratan Kunlun, bahkan sejak Abad Pertengahan."     

Boom!     

Zhang Ruochen terbang keluar dari lautan lava. Lelaki itu berubah menjadi ledakan cahaya warna-warni, yang membumbung tinggi ke atas langit. Kemudian, setelah menukik ke bawah, maka ia segera mendarat di tanah, dan berdiri tidak jauh dari sang biksu tua dan Buddha Xinshu.     

Sebelumnya, lelaki itu memang belum siuman, namun Kekuatan Batin-nya masih sangat aktif. Maka dari itu, ia bisa mendengar semua percakapan sang biksu tua dan Buddha Xinshu.     

Kedua mata Zhang Ruochen – dengan pancaran lima warna – sedang menatap sang biksu tua, sebagaimana ia mulai mendengus dingin. "Jadi, ternyata kau adalah sang Leluhur dari Sekte Death Zen. Kau adalah Elder terkenal dari Sekte Death Zen."     

Biksu tua itu tersenyum. "Benar." Setelah itu, ia menambahkan, "Selamat atas keberhasilanmu dalam menguasai Fisik Chaotic Lima Elemen. Mulai sekarang, tidak ada satupun yang dapat menandingimu di tingkatan alam yang sama."     

Zhang Ruochen menatap bangkai-bangkai serangga darah yang berada di sana. Kemudian, ia kembali terpikirkan tentang para Setengah-Biksu yang sempat dimakan hidup-hidup oleh serangga-serangga darah tersebut, hingga pupil matanya mulai berkontraksi. "Ternyata kau adalah orang yang menciptakan serangga-serangga darah tersebut," gumamnya.     

Biksu tua itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan," katanya. "Serangga-serangga darah itu memang terlahir di tempat ini. Mereka semua adalah para makhluk hidup Ghost God Valley. Aku hanya menggunakan Death Zen Buddhist Way untuk membuat mereka mengerjakan beberapa hal."     

"Kau membuat mereka menghisap darah begitu banyak orang?" tanya Zhang Ruochen. "Jadi, kau menggunakan darah mereka semua untuk memulihkan dirimu sendiri?"     

Biksu tua itu masih terlihat tenang. "Manusia adalah jenis makhluk hidup yang paling serakah. Kalau mereka tidak diberikan iming-iming terkait Pil Resurrection, lalu siapa yang akan pergi ke Ghost God Valley?"     

Zhang Ruochen mendengus dingin. "Jadi, Sekte Death Zen adalah kelompok yang menyebarkan rumor mengenai Pil Resurrection? Kau hanya ingin memancing orang-orang datang kemari dan mati di Ghost God Valley."     

Biksu tua itu kembali menggelengkan kepalanya. "Pemikiranmu terlampau sempit. Kenapa kau tidak bisa melihat dari sisi yang positif? Ubah perspektifmu. Aku melakukan semua ini untuk menyelamatkan nyawaku sendiri. Kalau aku tidak memancing mereka ke Ghost God Valley dan meminum darah mereka semua, maka aku pasti akan mati, bukan begitu?"     

Zhang Ruochen menutup matanya dan menghela nafas panjang, sembari berusaha untuk meredam kemarahan di dalam hatinya. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."     

Biksu tua itu pun langsung menjelaskannya dengan sabar. "Satu tahun silam," katanya. "Aku sedang mencari seseorang yang sanggup mengimbangi dan melawan Permaisuri Chi Yao. Jadi, aku datang ke Netherworld seorang diri demi mencari mayat dewa yang pernah dibunuh oleh Permaisuri Seribu Tulang."     

"Namun, saat aku datang ke Ghost God Valley, saat itu aku bertemu dengan Ghost King Shenchu – yang sedang berusaha menembus alam ghost ketujuh. Kalau dia berhasil melakukannya, mungkin dia telah menjadi satu dengan mayat dewa tersebut, hingga dia akan menjadi sang Kaisar Ghost yang tak tertandingi. Oleh karena itulah, pertempuran ini sejatinya sudah tak bisa dihindari lagi."     

"Sialnya, Netherworld tidak berada di Daratan Kunlun. Sehingga, ketika aku kehabisan Chi Suci, maka di sini tidak ada Energi Chi yang dapat kumanfaatkan. Sebagaimana pertempuran itu terus berlanjut, maka lama kelamaan aku pun juga menjadi semakin lemah."     

"Selain itu, Ghost God Valley merupakan wilayah kekuasaan Ghost King Shenchu. Jadi, dia bisa menjadi lebih kuat dengan cara menyerap kekuatan dewa yang tersimpan di dalam pemakaman dewa. Dengan medan pertempuran seperti di tempat ini, maka aku benar-benar berada di posisi yang tidak menguntungkan. Meski demikian, aku masih berhasil menghambat proses latihannya, namun aku sendiri juga terjebak di dalam sini dan tak bisa kemana-mana."     

"Jadi, kalau kebuntuan semacam ini masih terus berlanjut, maka aku pasti akan mati di dalam pertempuran tersebut. Lalu, ketika dihadapkan dengan situasi semacam itu, aku pun tidak bisa tinggal diam dan hanya menunggu kematian. Maka dari itu, aku berusaha yang terbaik untuk dapat menyelamatkan diriku sendiri."     

"Jadi, langkah pertama adalah dengan cara membuka gerbang penghubung di antara Netherworld dan dunia luar. Kalau gerbang itu berhasil dibuka, maka jutaan jiwa-jiwa mati akan masuk ke Daratan Kunlun. Dengan cara semacam ini, maka para pertapa dari Daratan Kunlun pasti berani masuk ke dalam Netherworld dan mencari Ghost God Valley."     

"Oleh karena itu, aku menarik Void Sword milik Permaisuri Seribu Tulang – yang sebelumnya digunakan untuk menyegel gerbang tersebut. Setelah itu, aku menggunakan Death Zen Buddhist Way untuk mengendalikan salah satu Wuchang, supaya dia bisa membawa Void Sword itu keluar dari Netherworld. Lalu, saat Void Sword itu telah dikeluarkan dari Netherworld, maka seketika itu pula segel gerbang penghubung ini pasti akan melemah, sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya."     

"Langkah kedua adalah dengan cara mengutus anggota-anggota Sekte Death Zen untuk menyebarkan rumor mengenai Pil Resurrection. Yang jelas, hal ini pasti akan memancing orang-orang untuk datang ke tempat ini. Kemudian, ini merupakan langkah yang paling krusial. Kalau aku tidak menggunakan darah mereka, maka aku sama sekali tidak akan sanggup mengendalikan mayat dewa ini, meskipun aku telah berhasil mengalahkan Ghost King Shenchu."     

Zhang Ruochen sedang berusaha keras untuk mengendalikan dirinya sendiri, namun ia benar-benar kesulitan untuk menahan emosinya sendiri. "Jadi, kau adalah orang yang membuka gerbang penghubung di antara kedua dunia ini? Kau membiarkan jutaan pasukan shadow dan jendral-jendral ghost masuk ke dalam Daratan Kunlun? Apa kau tahu betapa mengerikannya bencana yang baru saja kau ciptakan?"     

Biksu tua itu masih tersenyum. "Kenapa kau kembali marah? Seandainya aku tidak menarik Void Sword, maka Ghost King Shenchu pasti akan melakukannya, tepat ketika dia berhasil menembus alam ghost ketujuh. Jadi, terlepas dari apa-apa yang telah kulakukan, semua itu pasti mengarah pada hasil yang sama, dan tampaknya semua itu memang telah ditentukan oleh takdir."     

"Seratus ribu tahun telah berlalu. Segel yang pernah ditinggalkan oleh Permaisuri Seribu Tulang benar-benar telah menjadi sangat rapuh. Zhang Ruochen, semestinya kau paham mengenai hal ini. Kau tidak akan pernah bisa menghentikannya, begitupun juga dengan aku."     

"Namun, dengan memanfaatkan kekuatanku, maka aku bisa membuat segala sesuatunya terjadi lebih awal, dan mengubah kesempatan ini untuk menguntungkan diriku sendiri. Di sisi lain, kau juga masih terlampau lemah. Ketika berada di hadapan lautan kehidupan, maka dirimu tak ubahnya sama seperti satu tetesan air. Kau hanya bisa dipaksa untuk mengikuti aliran air tersebut. Pada akhirnya, kau sama sekali tidak akan mampu mengubah apa-apa."     

"Kekuatan! Kekuatan adalah tangga bagimu untuk mencapai hal-hal besar, berlaku kapanpun dan dimanapun. Jika kau tidak punya kekuatan, maka kau hanya bisa bicara banyak, tapi tidak ada satu orangpun yang akan mendengar perkataanmu."     

Mendengar itu, Zhang Ruochen akhirnya dapat memahami segala sesuatunya – perihal latar belakang, sebab, pun akibatnya setelahnya - dari sekelumit permasalahan ini.     

Sekte Death Zen memang sangat egois. Sang biksu tua sampai mengorbankan ratusan ribu nyawa orang lain hanya demi menyelamatkan dirinya sendiri. Sialnya, tidak ada yang salah dengan cara berpikir yang demikian.     

Bagaimanapun juga, sang biksu tua tidak bisa tinggal diam dan hanya menunggu kematian, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.