Kaisar Dewa

Lembah Mo You



Lembah Mo You

0Malam itu, seluruh Sekte Dewa Darah tidak bisa tenang. Dunia mereka sudah benar-benar terguncang. Chi Saintly mengerikan berulang kali mengerlip di angkasa. Hal itu membuat semua murid muda tiarap di tanah, sambil ketakutan.     

"Di langit, dua Biksu kembali saling mengejar dan membunuh. Ada berapa banyak peristiwa mengerikan yang terjadi hari ini? Apa bencana benar-benar sudah tiba?"     

Para pemuda di Alam Surga mendongak ke langit. Awan putih dan sambaran petir – setebal ember – silih berganti meluncur di angkasa. Energi Chi di sekitar mulai terguncang hebat sampai di ujung horizon.     

Pemandangan ini benar-benar mengerikan.     

Para pertapa yang ada di daratan hanya bisa melihat para Biksu di angkasa, dengan percikan-percikan petir dari pertempuran tersebut. Para Biksu sedang bertarung dan gelombang kekuatan mereka membuat daratan di bawahnya mengalami badai.     

"Pertama, ada bulan yang mengejar matahari. Sekarang, ada petir yang sedang mengejar awan. Sebenarnya, Biksu mana yang sedang bertarung?"     

…     

Para murid Sekte Dewa Darah sedang merasa ketakutan. Bukan hanya "bulan mengejar matahari" dan "petir mengejar awan" yang membuat mereka takut, tapi ada beberapa Biksu yang sedang saling mengejar dan bertempur sebelum-sebelumnya.     

Sehingga, mereka merasa bahwa Sekte Dewa Darah sedang terlibat ke dalam perang.     

Beberapa Biksu masih merasa kebingungan. Bahkan mereka masih belum tahu apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, berbekal keyakinan bahwa mereka sedang diserang oleh pihak asing, maka para Biksu itu segera mengaktifkan formasi pertahanan dan cepat-cepat pergi ke medan pertempuran.     

Baik kota maupun klan-klan di dekat Sekte Dewa Darah juga telah menerima kabar tersebut. Alhasil, mereka segera menutup gerbang masing-masing dan langsung mengaktifkan formasi pertahanan, agar mereka tidak terkena dampaknya.     

Sambil memanipulasi Kekuatan Batin, Zhang Ruochen berubah menjadi sambaran petir. Lelaki itu sedang mengejar pertapa berjubah hitam, sambil bertempur melawannya. Dengan kemampuan lelaki tersebut, seharusnya ia tidak akan kesulitan mengalahkan Biksu Kekuatan Batin di level 50.     

Akan tetapi, ia sudah dilukai oleh Discipline King Diyuan sebelumnya. Jadi, kemampuan bertempurnya telah menurun drastis, sehingga ia hanya bisa menggunakan Kekuatan Batin. Akibatnya, ia tidak bisa mengalahkan pria itu dengan cepat.     

Whoosh.     

Zhang Ruochen melesat cepat dan tiba-tiba sambaran petir muncul dalam radius seratus mil di sekitar. Sambil berdiri di tengah awan, seseorang dapat melihat lautan petir di sana.     

Pertapa berjubah hitam itu juga sangat hebat. Tongkat permata di tangannya adalah senjata saint Kekuatan Batin. Sehingga, tongkat macam itu dapat meningkatkan kekuatan mantranya.     

Setelah menyadari kalau Zhang Ruochen rupanya kembali menyusulnya, ia lantas memutar tubuhnya. Sambil menggenggam tongkat permata, pertapa itu menuding ke arah petir yang mendekatinya, seraya berteriak, "Thousand Mile Ice City."     

Kala itu, sang pertapa seolah-olah berubah menjadi pusat dunia. Bunga-bunga salju mulai berguguran dari langit. Tidak lama kemudian, ada salju yang melayang di atasnya, dan sebuah kota salju raksasa terbentuk dari sana. Energi mengerikan mulai mengalir turun.     

Ini adalah mantra suci Kekuatan Batin yang sangat kuat. Bahkan, serangan itu jauh lebih kuat daripada mantra suci para pertapa Seni Bela Diri.     

Kaboom.     

Thousand Mile Ice City berbenturan dengan petir Zhang Ruochen. Keduanya saling berbenturan dan memancarkan riak-riak Chi chaotic.     

Kota itu terus mengalami kehancuran, dengan potongan-potongan kristal sebesar gunung yang berguguran. Walaupun Zhang Ruochen berhasil menghancurkan kotanya, namun ia masih menderita luka-luka. Alhasil, kini kondisinya semakin memburuk.     

Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, maka pertapa berjubah hitam segera melarikan diri sampai di jark 100 mil jauhnya. Sambil menggunakan Kekuatan Batin-nya, maka ia berkata, "Jadi, sang Keturunan Ruang dan Waktu cuma seperti ini? Rupanya kau gagal menghidupi namamu. Apalagi, rasa-rasanya seluruh dunia sedang memusuhimu. Aku akan kembali lagi dan membunuhmu setelah Kekuatan Batin-ku naik ke level 51."     

Yang jelas, ia mengira bahwa dirinya sudah relatif lebih aman ketika terpaut jarak ratusan mil jauhnya. Sehingga, ia tidak takut lagi dengan Zhang Ruochen, dan sengaja mencibirnya, agar lelaki itu terus mengejarnya.     

Pria itu sudah mengirimkan pesan kepada Elder Yuangui. Selama ia dapat menghambat Zhang Ruochen, dan ketika Elder Yuangui tiba, maka ia akan menjadi hewan yang masuk ke dalam perangkap dan siap mereka santap.     

"Zhang Ruochen, berani-beraninya kau mengklaim bahwa dirimu sanggup membunuh sisa-sisa Taigu dan mengalahkan sembilan Ahli Waris dengan kemampuanmu sendiri? Semua itu terasa konyol."     

Pria itu terus memprovokasinya, seraya terbang menjauh.     

Zhang Ruochen tidak mudah meledak-ledak. Lelaki itu cukup mawas diri dan mampu membaca motif pria tersebut.     

Dengan kondisi luka-lukanya sekarang ini, maka ia hanya perlu berpaling dan pergi dari sana, tanpa perlu mengejarnya lagi. Akan tetapi, ia tidak melakukannya. Sebab, melepaskan Biksu Vampir tak ubahnya sama seperti melepaskan seekor harimau di gunung.     

Dia akan membongkar identitasnya yang sedang menyamar sebagai Gu Linfeng. Bukan hanya itu, ketika para Immortal Vampir tahu bahwa Zhang Ruochen sedang berada di Sekte Dewa Darah, mungkin mereka akan langsung mengirimkan sejumlah besar pertapa tangguh untuk menyerangnya. Kalau hal itu terjadi, maka sekte itu mungkin akan benar-benar hancur.     

Oleh karena itu, berita ini tidak boleh disebarluaskan.     

Zhang Ruochen menyipitkan matanya. Tanpa peduli dengan luka-lukanya, ia pun melepaskan Pergerakan Ruang Besar. Lelaki itu melesat sampai ratusan mil jauhnya hanya dalam sekejap, dan tiba-tiba muncul di hadapan pertapa berjubah hitam.     

Setelah menjadi Biksu Kekuatan Batin, maka kendali Zhang Ruochen terhadap kekuatan ruang juga semakin meningkat. Meski baru saja melintasi jarak sejauh ratusan mil, namun ia masih belum mencapai batasannya.     

Tentu saja, memaksakan melepaskan Pergerakan Ruang Besar telah membuat organ-organnya semakin terasa sakit. Darah di syaraf-syaraf tubuhnya juga sempat tersentak. Akibatnya, ia hanya bisa bertahan hidup dengan menggunakan Kekuatan Batin.     

Pertapa berjubah hitam itu merasa terkejut. Ia sama sekali tidak menduga bila Zhang Ruochen akan muncul di hadapannya. Saat itu, ia ingin menggunakan teknik bergerak, tapi semua sudah terlambat.     

"Icy World and Ten Mountains." Pria itu menyuntikkan segenap Kekuatan Batin-nya ke dalam tongkat permata.     

Kaboom.     

Gunung salju raksasa muncul di antara dirinya dan Zhang Ruochen. Sambil melayang di udara, gunung salju itu memancarkan tekanan yang luar biasa ke arah Zhang Ruochen. Selanjutnya, gunung kedua muncul, lalu disusul gunung ketiga...     

10 gunung salju muncul silih berganti, dan membentuk tingkatan-tingkatan.     

"Matilah kau!"     

Sorot mata pria itu menjadi dingin, dengan tubuhnya yang diselimuti salju putih. Ia menggenggam tongkatnya dengan kedua tangan. Bagian pundak sampai ke jari-jarinya telah diselimuti oleh es.     

Meski hanya satu jenis mantra suci, tapi cuma segelintir Biksu di level rendah yang sanggup bertahan darinya.     

Zhang Ruochen paham bahwa menggunakan Kekuatan Batin untuk melawan pria ini akan membuatnya berada di posisi yang tidak menguntungkan, dan ia pun mulai mengeluarkan Pedang Kuno Abyss. Sambil menggertakkan gigi, ia sudah bersiap melepaskan teknik bela diri dan mengakhiri pertempuran ini dengan cepat, agar ia bisa mencari tempat tersembunyi untuk menyembuhkan diri.     

Lelaki itu mengaktifkan 3.000 inskripsi dan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Di waktu yang bersamaan, Thousand Lines of Destruction terlepas dari pedangnya.     

"Break!"     

Sambil memuntahkan darah, Zhang Ruochen sedang menebaskan Pedang Kuno Abyss. 10 gunung saljunya langsung hancur seketika.     

Pria berjubah hitam itu berteriak memilukan. Puluhan pilar pedang Chi menembus tubuhnya. Akibatnya, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan lubang-lubang berdarah sebesar kepalan tangan.     

Pertapa itu terjatuh dari langit dan membentur tanah dengan kedalaman ribuan meter. Setelah itu, ia berubah menjadi serpihan-serpihan daging.     

Bagaimanapun juga, fisik Biksu Kekuatan Batin sangat lemah. Vitalitas mereka tidak bisa disejajarkan dengan para Biksu Bela Diri. Jadi, pertapa itu sudah mati. Apa yang tersisa darinya cuma hati Biksu. Hati itu terbang keluar dari serpihan dagingnya, dan berusaha melarikan diri.     

Zhang Ruochen mencengkram udara dan mengambil hati Biksu tersebut. Permukaannya dilapisi Chi es. Hati itu masih berusaha menciptakan bayangan Biksu, namun Zhang Ruochen telah mengantisipasinya. Ia menamparnya dan langsung menghancurkan bayangan biksu tersebut.     

Jiwa pertapa berjubah hitam itu sangat kuat. Jiwa itu tersimpan di dalam hatinya, dan berujar, "Zhang Ruochen, para pertapa tangguh dari rasku sedang bergegas kemari. Kau pasti akan mati."     

Zhang Ruochen tidak ingin membuang-buang waktunya. Setelah mengeluarkan Auspicious Vase, maka ia segera menyimpan hatinya ke dalam bejana tersebut. Baik hati dan jiwa Biksu Kekuatan Batin sama-sama bernilai tinggi. Secara natural, Zhang Ruochen tidak ingin menghancurkannya. Ia akan menyimpannya sebagai hadiah untuk orang-orang di Sekte Suci.     

"Oh? Rupanya benar-benar ada figur tangguh yang bergegas kemari..."     

Zhang Ruochen melepaskan Kekuatan Batin untuk melingkupi tubuhnya. Lambat laun, tubuhnya mulai memudar, hingga akhirnya menghilang sepenuhnya.     

Beberapa saat kemudian, kabut putih muncul di hutan dekat sana. Sosok wanita cantik berpakaian mewah berjalan keluar dari kabut tersebut. Seluruh tubuhnya penuh dengan lekukan yang menawan. Dadanya yang montok dan pinggulnya yang seperti ular membuatnya semakin menarik.     

Kedua kaki seputih saljunya sedang telanjang, dengan wajah sempurna dan sorot mata yang hidup.     

Seorang gadis sepertinya bagaikan bidadari. Bahkan, seorang pertapa biksu pasti akan khilaf kalau melihatnya. Seorang penjagal akan rela meletakkan pisau demi dirinya.     

Itu dia.     

Zhang Ruochen mengenali wanita itu dari bayangannya. Lelaki itu memasang ekspresi terkejut.     

Dia adalah Putri Mo Ran dari Dinasti Blue Dragon. Kenapa dia muncul di Sekte Dewa Darah?     

Setelah memikirkannya dengan seksama, kebingungan Zhang Ruochen terjawab sudah. Putri Mo Ran pernah bilang kalau dirinya pernah berkultivasi di Sekte Dewa Darah selama puluhan tahun. Semenjak Dunia Primitif Blue Dragon telah hancur, maka normal-normal saja kalau ia kembali ke Sekte.     

Namun, ia bertanya-tanya siapa masternya.     

Kaki ramping Putri Mo Ran sedang menapak angin dan mendekati mayat pertapa berjubah hitam tersebut. Ketika itu, dahinya sedikit mengernyit. "Ternyata aku masih terlambat," gumamnya pada diri sini. "Siapa yang membunuhnya."     

Wanita itu mencari-cari di sekitarnya, namun ia tidak bisa menemukan sosok pembunuh atau jejak-jejak yang ditinggalkan. Oleh karena itu, ia menggunakan teknik bergerak dan terbang ke horizon, dengan berubah menjadi asap putih.     

"Apa pertapa berjubah hitam itu adalah masternya?"     

Zhang Ruochen mengejar wanita itu dengan ekspresi penasaran.     

Apalagi, sisa-sisa kekuatan Dinasti Blue Dragon mungkin akan mengikuti Putri Moran ke Sekte Dewa Darah. Selain itu, mereka punya kekuatan yang cukup besar dan dapat mengubah situasi peperangan. Maka dari itu, Zhang Ruochen harus mencari tahu tujuan mereka.     

Lelaki itu mengikuti Putri Mo Ran sampai tiba di lembah yang sangat tersembunyi di Gunung Salju Kuno. Yang mengejutkan baginya, di sana tidak ada salju. Sebaliknya, tempat itu penuh dengan bunga dan tanaman hijau. Yang jelas, tempat itu tampak sangat berbeda dengan dunia luar, hingga membuatnya mirip seperti surga tersembunyi.     

Putri Mo Ran turun dari langit. Wanita itu menghilang di balik hutan persik merah. Daun-daun persik terlihat berguguran di udara.     

Ada tiga kata yang tercetak pada tablet batu di luar lembah tersebut: Lembah Mo You     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.