Kaisar Dewa

Bahagiakan Mereka yang Kau Cintai



Bahagiakan Mereka yang Kau Cintai

0Manornya sangat besar tapi cenderung sepi. Hanya ada segelintir orang di dalamnya. Pada saat ini, nuansanya sangat kelam.     

Sekilas, banyak kain putih yang bertebaran di manor tersebut. Semua orang sedang memasang ekspresi sedih.     

Tanpa perlu diantar, Zhang Ruochen tiba di aula besar.     

Di aula besar, di sana terdapat sebuah peti mati permata es berusia puluhan ribu tahun. Samar-samar, dia bisa melihat tubuh yang tergeletak di dalam peti matinya.     

Selain peti mati tersebut, di sana juga ada orang lain, yakni Gu Songzi.     

Setelah menyadari keberadaan Zhang Ruochen, Gu Songzi pun menoleh ke arahnya.     

Begitu dia melihat Zhang Ruochen, Gu Songzi buru-buru menghampirinya dan mencengkram pakaian Zhang Ruochen. "Bukankah kau sedang menemani Peri Hundred Flower dan Ling Feiyu? Kenapa kau masih datang kemari?"     

"Biarkan aku masuk. Aku ingin menemui Lingxi." Kata Zhang Ruochen dengan suara gemetar.     

Gu Songzi mendorongnya. Matanya penuh dengan kesedihan dan amarah, sembari menuding-nudingkan jarinya kepada Zhang Ruochen. "Kau memang bangsat. Selama ini, kau selalu menemani Ji Fanxin. Tapi, apa kau pernah memikirkan nasib Lingxi? Kasihan Lingxi. Selama ini, dia selalu menunggumu. Tapi pada akhirnya, dia gagal melakukannya."     

"Sekarang, dia sudah pergi. Apa gunanya kau datang kemari? Keluar dari sini! Aku tidak ingin melihatmu. Lingxi juga tidak ingin melihatmu."     

Setelah mendengar keributan tersebut, seseorang bergegas menghampiri mereka. Mereka adalah orang-orang yang dikenal oleh Zhang Ruochen, yakni Saudara Keempat Zhang Shaochu dan Saudari Kesembilan Zhang Yuxi.     

Zhang Yuxi berkata kesal dengan mata merah. "Saudara Kesembilan, aku benar-benar kecewa denganmu. Kau telah menyia-nyiakan Lingxi. Padahal, dia memperlakukan keluarga kita dengan baik dan menganggap Selir Lin sebagai ibunya sendiri. Tapi lihat, apa yang telah kau lakukan?"     

Setelah itu, Zhang Yuxi berpaling dan pergi dari sana. Kelihatannya dia tidak ingin lagi melihat ZHang Ruochen.     

Zhang Shaochu bergerak menghampirinya, lantas menepuk pundak Zhang Ruochen dan mendesah. "Saudara Kesembilan, aku turut berduka cita atas kehilanganmu. Semua ini benar-benar berada di luar kendali kami."     

Zhang Ruochen tidak berkata apapun, dan hanya berjalan menuju ke dalam aula.     

Pada saat ini, Gu Songzi bergerak dan mendorong pria tersebut.     

"Sudah kubilang, Lingxi tidak akan sudi menemuimu. Keluar dari sini!" teriak Gu Songzi.     

Zhang Ruochen masih memilih bungkam dan tetap melangkah maju.     

Gu Songzi terlihat semakin kesal. Dia kembali menyerang Zhang Ruochen, lagi dan lagi.     

Sedari awal, Zhang Ruochen tidak berkata apapun, apalagi melawan balik. Dia membiarkan Gu Songzi memukulinya berkali-kali.     

Melihat Gu Songzi masih terus memukulinya, Zhang Shaochu pun buru-buru menghentikannya. "Tolong maafkan dia, Tuan. Biarkan Saudara Kesembilan masuk ke dalam!"     

Setelah itu, Captain Rat tiba di sana, dan buru-buru menarik Gu Songzi.     

Sekarang ini, akhirnya Zhang Ruochen bisa masuk ke dalam aula. Dia menyusuri aula langkah demi langkah, sampai akhirnya tiba di dekat peti mati permata.     

Dia melihat Mu Lingxi tergeletak di dalamnya. Wanita itu terlihat damai, seperti sedang tertidur.     

"Kenapa kau sangat bodoh, Lingxi?"     

Dia merentangkan tangannya dan menyentuh wajah Mu Lingxi dengan lembut.     

Sebelum masuk ke dalam aula, dia masih sempat mengharapkan sesuatu, sambil tetap meyakinkan dirinya sendiri; bahwa Mu Lingxi masih belum mati dan hanya sedang bergurau dengannya.     

Tapi sekarang, harapan itu hancur berkeping-keping. Tubuh Mu Lingxi terasa dingin, tanpa disertai dengan tanda-tanda kehidupan. Wanita itu benar-benar telah pergi meninggalkannya.     

Untuk pertama kalinya, setelah kehilangan Mu Lingxi, Zhang Ruochen pun merasa seperti baru saja kehilangan kekasihnya. Seketika itu juga, dunianya mendadak gelap. Hidupnya tak lagi penuh warna.     

Setelah diingat-ingat, ternyata selama ini, Mu Lingxi selalu mendukungnya. Tapi, apa yang dilakukannya kepada Mu Lingxi? Dia selalu membuatnya sedih, bahkan tidak pernah menepati janjinya.     

"Aku minta maaf, Lingxi. Aku terlambat. Aku telah mengecewakanmu." Zhang Ruochen terlihat sangat sedih. Entah kapan terakhir kalinya dia menangis. Sekarang ini, air matanya mulai membanjiri pipi.     

"Mari kita keluar dari sini. Biarkan Saudara Kesembilan sendirian di dalam aula. Dia pasti sangat sedih."     

Zhang Shaochu mendesah, lantas mengeluarkan semua orang dari dalam aula.     

"Mestinya aku datang lebih awal. Sekembalinya ke Daratan Kunlun, seharusnya aku menemuimu terlebih dahulu.     

"Padahal, meskipun dirimu mortal, tapi aku tak akan pernah meninggalkanmu.     

"Selama ini aku berlatih dengan sangat keras, karena aku ingin melindungi orang-orang seperti kalian di masa depan. Aku akan melakukan apa saja untukmu. Kau tidak perlu melukai dirimu sampai seperti ini."     

Zhang Ruochen tercekat. Dia mendongak dan membuka matanya lebar-lebar, sambil berusaha menahan air matanya.     

"Jangan khawatir. Aku akan menghidupkanmu kembali. Aku akan membawamu ke Dewi Bulan. Dia pasti bisa melakukan sesuatu. Pasti ada jalan. Kau harus tetap hidup. Aku tak akan pernah membiarkanmu mati."     

Zhang Ruochen berjongkok dan hendak menggendong mayat Mu Lingxi, lantas membawanya ke Dunia Langit.     

Namun, apa yang terjadi setelahnya membuat pria itu tercengang.     

Tiba-tiba, Mu Lingxi duduk di peti mati, sambil menatap pria itu dengan mata bulatnya, lantas tersenyum ceria. "Jadi, aku tidak boleh mati tanpa persetujuanmu? Egois sekali!"     

Sebelum Zhang Ruochen sempat memproses segala sesuatunya, Mu Lingxi sudah lebih dulu berdiri, lantas memeluk leher Zhang Ruochen dan mendekatkan bibir merahnya ke bibir pria tersebut.     

Di waktu yang sama, kepala Zhang Ruochen mendadak blank. Waktu seolah berhenti.     

Baru setelah Mu Lingxi menjulurkan lidahnya demi membuka gigi Zhang Ruochen, maka seketika itu pula dia tersadar dari rasa keterkejutannya.     

Dia buru-buru merentangkan tangannya dan memeluk Mu Lingxi, lantas mulai berinisiatif untuk menciumnya.     

"Ada apa? Kenapa dia kembali hidup? Ada yang bisa menjelaskannya?" Captain Rat tercengang di luar aula.     

Gu Songzi mengelus jenggotnya dan tersenyum puas.     

Setelah itu, dia menepuk pundak Captain Rat dan Zhang Shaochu. "Jangan dilihat. Ayo pergi dari sini."     

Tanpa perlu menunggu respon mereka, Gu Songzi membawa mereka pergi dari sana.     

Zhang Ruochen mengeluarkan Mu Lingxi dari peti mati es, sambil memegangi tangannya erat-erat, seakan dia tak ingin kembali kehilangannya.     

"Sungguh berlebihan. Kau bekerja sama dengan mereka dan mengelabuiku. Apa semua ini adalah idemu?" tanya Zhang Ruochen.     

Mu Lingxi mendadak agak khawatir, lantas mendongak dan memaku matanya kepada pria tersebut. Dia berkata dengan gugup. "Apa kau marah?"     

Zhang Ruochen tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Hanya saja, setelah mendengar kematianmu, maka aku semakin sadar, bahwa ternyata kau sangat penting bagiku. Maafkan aku, Lingxi.     

"Semua ini salahku. Penggila Alkohol dan Gu Songzi memang benar. Setibanya di Daratan Kunlun, mestinya aku mengunjungimu terlebih dahulu. Mestinya aku tak membuatmu khawatir."     

Zhang Ruochen benar-benar memahami Mu Lingxi. Jika wanita itu benar-benar menyuntikkan warisan Ice Phoenix, mungkin dia akan mati.     

Jika hal itu sampai terjadi, maka Zhang Ruochen akan menyesalinya.     

Mu Lingxi menyandarkan kepalanya di dada Zhang Ruochen, lantas tersenyum manis. Dia mengangguk pelan. "Aku selalu berada di sampingmu. Kau hidup, aku akan hidup. Kau mati, aku akan mati."     

Mendengar itu, Zhang Ruochen mendadak emosional. Pria itu memeluk Mu Lingxi semakin erat.     

Mulai sekarang, nasib Zhang Ruochen dan Mu Lingxi saling terikat satu sama lain. Demi Mu Lingxi, maka Zhang Ruochen berkata pada dirinya sendiri, dia harus tetap hidup.     

"Tak kusangka, ternyata kau masih bisa menangis, nak!" Penggila Alkohol tertawa dan masuk ke aula.     

Di waktu yang sama, Gu Songzi, Captain Rat, Zhang Shaochu, dan Zhang Yuxi sama-sama masuk ke dalam sana.     

"Hei, Penggila Alkohol, bagaimana Obat Pemalsu Kematian-ku? Bukankah itu luar biasa? Bahkan Zhang Ruochen sampai tertipu." Gu Songzi tersenyum puas.     

"Luar biasa. Kau memang hebat," kata Penggila Alkohol.     

"Sayang sekali, Mu Lingxi siuman lebih cepat. Padahal, kita sudah merencanakannya sejak lama. Semua ini sia-sia." Gu Songzi mendesah dan menggelengkan kepalanya.     

"Diamlah, kawan. Lingxi tak sanggup lagi menahannya." Penggila Alkohol menoleh kepada Zhang Ruochen. "Aku perlu memberitahumu, Zhang Ruochen. Jangan salahkan Lingxi. Semua adalah salahmu. Berapa lama ini? Kenapa baru sekarang kau berkunjung ke Danau Phoenix? Kau benar-benar telah melupakannya."     

"Aku setuju. Berulang kali aku melihat Lingxi duduk sendirian di tepi danau. Apa kau tidak mengkhawatirkannya? Padahal kami semua mengkhawatirkannya." Kata Zhang Yuxi.     

Mendengar itu, Zhang Ruochen pun merasa bersalah. Dia sadar, dia telah berhutang banyak kepada Mu Lingxi.     

Tanpa menunggu jawaban Zhang Ruochen, Mu Lingxi tersenyum nakal dan berkata, "Tidak serumit itu. Aku Cuma ingin memberi kejutan kepada Zhang Ruochen."     

"Benar." Gumam Captain Rat.     

"Baiklah, cepat bersihkan manor. Aku akan mempersiapkan makanan. Kita akan berkumpul lagi."     

Setelah itu, Mu Lingxi keluar dari aula sambil tersenyum.     

"Aku akan membantumu, Lingxi." Zhang Yuxi buru-buru mengikutinya.     

Zhang Ruochen masih terpaku di tempatnya, sambil menatap Mu Lingxi keluar dengan tampang kebingungan.     

"Hargai orang-orang yang kau cintai selagi sempat." Gu Songzi menepuk pundak Zhang Ruochen dan menatapnya dengan tampang penuh makna.     

Walau Zhang Ruochen memiliki hubungan dengan wanita lain, namun mereka berharap agar hubungan Zhang Ruochen dan Mu Lingxi berjalan baik.     

Banyak hal yang tak terduga di dunia ini. Oleh karena itu, mereka ingin melihat Zhang Ruochen dan Mu Lingxi menikah. Itulah satu-satunya hal yang diinginkan oleh mereka.     

Tentu saja, mereka tidak bisa terlalu mencampuri urusan Zhang Ruochen dan Mu Lingxi. Mereka hanya bisa mendukungnya.     

"Hargai orang-orang yang dicintai."     

Gumam Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen sadar bahwa dia harus menghargai Mu Lingxi dan menikahinya.     

Sebenarnya, Zhang Ruochen sudah memikirkannya sejak lama. Namun, setelah Daratan Kunlun berada dalam situasi kacau, dia tak sempat memikirkan hal lain.     

Tugas utamanya adalah untuk meningkatkan kultivasi. Dengan begitu, maka dia bisa melindungi orang-orang yang disayanginya.     

Penggila Alkohol dan Gu Songzi bertugas untuk membersihkan manor. Mereka menurunkan kain-kain putih dalam waktu singkat, dan menyingkirkan nuansa kelam tersebut.     

Sementara itu, Zhang Ruochen berjalan bersama Zhang Shaochu dan tiba di sebuah lapangan kecil.     

Selama ini, Selir Lin tinggal di sana. Di hari-hari normal, biasanya hanya Mu Lingxi, Zhang Shaochu, dan Zhang Yuxi yang mengunjunginya.     

Ibu Zhang Shaochu dan Zhang Yuxi telah meninggal. Oleh karena itu, mereka berdua menganggap Selir Lin sebagai ibunya sendiri. Selama Zhang Ruochen tidak ada di sana, mereka yang merawat Selir Lin.     

"Saudara Keempat, terima kasih, karena kau dan Saudari Kesembilan telah merawat ibu selama beberapa tahun belakangan," kata Zhang Ruochen.     

Zhang Shaochu memeluk leher Zhang Ruochen dan tersenyum. "Kita saudara, kan? Jangan bicara seperti itu. Aku dan Saudari Kesembilan juga tak banyak membantu. Selama ini, Lingxi adalah orang yang mengatur semuanya. Selama ini, dia yang merawat Selir Lin. Kau harus memperlakukannya dengan baik. Kalau tidak, maka aku tak akan pernah memaafkanmu."     

Zhang Ruochen mengangguk. "Jangan khawatir. Aku tak akan pernah mengecewakannya. Bila aku melakukannya, maka aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri."     

"Memang begitu Saudara Kesembilan-ku. Kalau begitu, ayo kita temui Selir Lin. Selama bertahun-tahun belakangan, dia selalu merindukanmu. Dia akan sangat bahagia setelah melihatmu." Kata Zhang Shaochu.     

Zhang Ruochen tidak berkata apapun. Seketika itu juga, dia masuk ke lapangan kecil. Selama beberapa tahun belakangan, dia tidak pernah pulang. Bagaimana mungkin dia tidak merindukan ibunya?     

0


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.