Kaisar Dewa

Pembagian di Dalam Kontes Pedang



Pembagian di Dalam Kontes Pedang

0Setiap partisipan sudah mengambil tempat duduk dan berkumpul di sekitar Coliseum B.     

Ketika Zhang Ruochen menemukan tempat duduk dan ingin duduk di sana, namun saat itu ada seorang pria yang sudah lebih dulu tertawa kencang. "Kau berani berpartisipasi ke dalam Kontes Pedang yang ditujukan untuk para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon di usia yang masih sangat muda seperti itu? Apa kau yakin dirimu tidak sedang terlampau percaya diri dan malah memandang rendah para leluhur di sini?"     

Zhang Ruochen menoleh ke arahnya dan menemukan bahwa pria itu samar-samar terlihat familier.     

Setelah memikirkannya sejenak, maka ia mulai teringat bahwa pria ini adalah salah satu dari penggemar Qi Feiyu, dan pernah bertemu dengannya satu kali di bawah kaki Gunung Dewa Kuno.     

Zhang Ruochen memeriksa namanya dari papan kayu yang tergantung di kursi pria tersebut. Papan itu bertuliskan, "Xie Yunfan".     

Zhang Ruochen tersenyum. "Ini hanya kontes pedang biasa. Jadi, kau tidak perlu memicu keributan di tempat ini."     

Xie Yunfan sedang membawa pisau berwarna cyan di tangannya, dan mulai mengelus kumisnya dengan pisau tersebut. Sinar dari bilah pisau tersebut sampai terefleksi pada leher Zhang Ruochen, sambil meninggalkan bayangan pisau berwarna putih.     

Saat itu, ia berkata, "Jangan pernah menyombongkan diri terhadap talentamu di dalam Tao pedang, lalu meremehkan para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon yang lainnya. Sebab, ketika kau sudah berada di atas panggung, maka seketika itu pula kau akan menyadari bahwa ada jurang yang sangat lebar di antara dirimu dan mereka."     

Karena sedang berhadapan dengan orang yang suka menyombongkan diri, saat itu Zhang Ruochen hanya menggelengkan kepalanya, lalu mulai memejamkan mata, dan langsung menutup mulutnya.     

Kontes Pedang bagi para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon adalah sebuah perhelatan yang cukup penting. Sebab, siapapun yang berani mendaftarkan diri ke dalamnya, maka ia punya potensi untuk menjadi seorang Setengah-Biksu.     

Oleh karena itulah, para jajaran tinggi di Sekte Yin Yang juga memperlakukan perhelatan itu dengan sangat serius, hingga mereka mengirim lima orang Setengah-Biksu untuk mengatur jalannya kontes pedang di Gunung Suci Zhiyu.     

Masternya Lin Yue, yakni Setengah-Biksu Zixia, adalah salah satu dari mereka.     

Rumor berkata bahwa seseorang ingin langsung membunuh Lin Yue ketika berada di atas panggung, jadi, Setengah-Biksu Zixia secara sukarela datang untuk mengamatinya.     

Apalagi, ia adalah Masternya Lin Yue. Meski ia merasa kecewa terhadap Lin Yue, namun ia masih tidak bisa membiarkan Lin Yue mati begitu saja.     

Sementara itu, kelima Setengah-Biksu tersebut sedang duduk di kursi atas. Setengah-Biksu Zixia sendiri duduk di sisi kiri. Saat itu, cahaya berwarna ungu samar-samar memancar keluar dari tubuhnya. Di waktu yang bersamaan, ia menatap Lin Yue dengan menggunakan kedua mata tuanya dan mulai menghela nafas panjang.     

Sebab, ia sudah pernah mendengar kalau Lin Yue ternyata berhasil menembus lantai kedua Gunung Dewa Kuno. Akan tetapi, ia sendiri masih ambigu dalam menyikapi berita tersebut, sebab ia tidak mengerti antara harus merasa senang atau sedih.     

Setengah-Biksu Jing Lan tersenyum. "Di antara para partisipan, ada empat orang yang berhasil menembus lantai kedua gunung. Setiap mereka punya talenta yang besar, tapi Lin Yue adalah yang paling berbakat di antara mereka berempat."     

Setengah-Biksu Zixia menggelengkan kepala dan menghela nafasnya. "Jika kita bisa membawanya ke jalur yang benar, dan dengan talentanya dalam Tao Pedang, maka dia bisa menjadi calon Biksu Pedang dari generasi baru. Sialnya, dia terlampau ambisius. Sebab, semakin tinggi bakatnya, maka semakin buruk pula perilakunya."     

"Anak muda! Mereka selalu mencari kesan yang tinggi untuk ditempelkan pada diri sendiri, dan bukannya memilih apa-apa yang sesuai. Namun, bagaimana jika ternyata Lin Yue mampu bertarung melawan para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon?" tanya Setengah-Biksu Jing Lan.     

Setengah-Biksu Zixia hanya tersenyum getir, lalu berkata, "Apa kalian pernah mendengar seseorang bertarung melawan para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon, setelah mereka baru saja berhasil menembus Alam Fish-dragon?"     

Beberapa Setengah-Biksu yang hadir langsung menggelengkan kepala, seakan setuju terhadap perkataan Setengah-Biksu Zixia.     

Seorang putra kesayangan Dewa akhirnya muncul di dalam Sekte, dan punya potensi untuk menjadi seorang Biksu Pedang, namun ia sudah benar-benar tersesat, bahkan hingga sangat jauh.     

Master manapun yang mengalami hal itu pasti akan merasa patah hati, terutama jika hal itu terjadi pada muridnya sendiri.     

Setengah-Biksu Jing Lan bangkit berdiri dan mulai berjalan menuju Coliseum, dimana ia sedang menapakkan kakinya di udara. Setelah itu, ia mendeklarasikan sesuatu dengan suara kencang. "Hari ini adalah hari pertama untuk kontes pedang. Sekarang, aku akan mengumumkan peraturannya."     

Di bawah panggung, semua murid, baik inti maupun asing, sama-sama mendengarkan dengan seksama.     

"Ada tiga aturan dasar: pertama, tujuan dari kontes pedang ini adalah supaya kalian bisa belajar dari orang lain dengan menukar beberapa teknik gerakan. Oleh karena itulah, jangan sampai sengaja melukai pihak lain.     

"Kedua, para partisipan diperbolehkan untuk menyerah dan keluar dari kontes. Ketika seseorang sudah memilih untuk menyerah, maka seketika itu pula pihak lawan harus berhenti menyerang.     

"Ketiga, dilarang membawa senjata tersembunyi ataupun racun. Pil untuk meningkatkan pengolahan juga tidak diperbolehkan.     

"Siapapun yang berani melanggar aturan ini akan dihukum dengan berat.     

"Ada 368 partisipan di dalam kontes pedang di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon. Sementara itu, ronde pertama akan diselenggarakan hari ini, dan top 100 besar dari para pertapa akan lolos ke babak selanjutnya.     

"Sekarang, semua partisipan dipersilahkan untuk mengambil nomor undian."     

"Swoosh!"     

Setengah-Biksu Jing Lan mulai mengayunkan lengan bajunya, dan terdapat 368 titik-titik cahaya – yang tampak seperti bintang – sedang melayang di udara.     

Semua partisipan satu persatu mulai mengambil titik cahaya tersebut.     

Sambil menggunakan Tenaga Chi-nya, saat itu Zhang Ruochen menciptakan sebuah tangan raksasa. Setelah itu, ia mengambil sebuah titik cahaya dan membawanya kembali di genggaman.     

Ketika ia membuka tangannya, saat itu titik cahaya tersebut mengecil dan berubah menjadi sebuah token permata – yang bertuliskan angka 78.     

Setengah-Biksu Jing Lan berkata, "Mereka yang mendapatkan nomor 1 sampai 92, silahkan pergi ke Coliseum A.     

"Nomor 93 sampai 184, silahkan pergi ke Coliseum B.     

"Nomor 185 sampai 267, silahkan pergi ke Coliseum C.     

"Nomor 277 sampai 368. Silahkan pergi ke Coliseum D."     

Empat Coliseum sudah dipasang di Gunung Suci Zhiyu. Menurut nomor di dalam tokennya, maka ia pergi menuju ke Coliseum A dan mulai menyesuaikan diri supaya berada di kondisi terbaiknya, sebelum nanti bertanding di atas panggung kontes.     

Menurut aturan yang berlaku, ketika ronde pertama pertarungan ini berakhir, maka setengah dari jumlah partisipan akan tereliminasi, dan hanya menyisakan 184 orang.     

Lalu, setelah ronde kedua, maka setengahnya lagi akan dieliminasi, hingga hanya menyisakan 92 orang.     

Akan tetapi, bukan berarti bagi mereka yang gagal di dua ronde pertama sudah kehabisan kesempatan. Sebab, mereka masih bisa bergabung ke dalam ronde ketiga untuk bersaing demi mendapatkan 8 posisi yang kurang tersebut.     

Setelah 8 posisi itu sudah diperebutkan, maka 100 orang pertapa akan masuk ke dalam ronde kedua.     

"Aku hanya perlu memenangkan dua kali pertarungan berturut-turut untuk lolos ronde pertama dan masuk ke dalam top 100 besar." Pikir Zhang Ruochen.     

Partisipan nomor 1 sampai 92 bertanding di Coliseum A.     

Sambil mengamati sekitar, Zhang Ruochen sempat melihat Xu Changsheng, sementara para kandidat juara lain tidak berada di sana.     

Xu Changsheng menatap balik ke arah Zhang Ruochen dan ekspresi wajahnya berubah menjadi buruk, sebab ia tampak tersenyum, padahal nyatanya tidak.     

Partisipan No.1 dan No.2 sudah bersiap-siap di atas panggung.     

"Yan Yunbei, dari Yard Penegak Hukum."     

"Han Zhang, dari Yard Mokong."     

Setelah memperkenalkan diri masing-masing, maka pertarungan itu pun dimulai.     

Yan Yunbei adalah seorang murid Setengah-Biksu yang sangat berbakat – berusia 60 tahun – namun ia terlihat seperti seorang pria berusia 27 atau 28 tahun, dimana itu membuatnya terlihat sangat muda di antara para pertapa lainnya.     

Han Zhang adalah Elder berjubah cyan yang sudah lanjut usia, yakni berusia 120 tahun.     

Meskipun jarak usia tengah membentang lebar di antara mereka, namun mereka berdua benar-benar berada di level yang setara.     

Pada akhirnya, Han Zhang menggunakan teknik pedang kelas menengah dari Tingkatan Hantu dan melepaskan 37 serangan berturut-turut, sebelum akhirnya menang dari Yan Yunbei.     

"Dia memang layak menyandang gelar sebagai seorang superior dari generasi tua. Sebab, baik pengalaman bertarung dan kendali kekuatannya sama-sama sudah mencapai Alam Kesempurnaan." Setengah-Biksu Zixia tersenyum.     

Setengah-Biksu Zixia adalah kakak laki-laki Han Zhang. Jadi, ketika ia menyaksikan Han Zhang di dalam pertempuran, maka seketika itu pula tergambar senyuman di wajahnya.     

"Yan Yunbei juga menguasai teknik pedang kelas menengah dari Tingkatan Hantu dan nyaris menang dalam pertempuran tersebut. Tapi sial, teknik pedangnya tidak sehebat Han Zhang." Setengah-Biksu Jing Lan menggelengkan kepalanya pelan.     

Lagipula, anak-anak muda masih belum berpengalaman dan ahli dalam bertarung.     

Zhang Ruochen sendiri terus mengamati pertandingan selanjutnya dengan seksama, sebagai salah satu cara untuk belajar dari para master.     

Sebab, selalu ada sesuatu yang bisa dipelajari dari para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon, entah mereka masuk ke dalam kategori superior atau inferior.     

Xu Changsheng sendiri mendapatkan nomor 55 dan lawannya berasal dari nomor 56, yakni seorang Elder berjubah cyan berusia 100 tahun.     

Hanya dalam satu kali gerakan, maka Xu Changsheng sudah berhasil menghancurkan Divine Bodyshield milik lawannya dan menghempaskannya keluar dari panggung. Yang jelas, pria itu baru saja memenangkan pertarungan dengan begitu mudah.     

Para penonton sangat terkejut dengan penampilan Xu Changsheng, hingga akhirnya mereka terdiam untuk beberapa saat.     

Ketika ia menuruni Coliseum dan berpapasan dengan Zhang Ruochen, saat itu Xu Changsheng berhenti dan menatapnya. "Aku rasa kau sudah melihat sendiri bagaimana kekuatan para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon?"     

Xu Changsheng langsung pergi setelah mengatakan itu.     

Zhang Ruochen menatap punggungnya dan tersenyum tipis, sebelum akhirnya kembali mengamati pertarungan yang ada di panggung.     

Pemahamannya terhadap Tao pedang sendiri akhirnya menjadi semakin dalam ketika ia menyaksikan setiap pertandingan tersebut.     

"Master berkata bahwa esensi dari Satu Pedang adalah dirimu sendiri, dan ketika kau sudah benar-benar memahami keterhubungan antara pedang dan dirimu sendiri, maka seketika itu pula kau akan mampu menguasai level kesepuluh, yakni tingkatan Puncak dari Satu Pedang."     

Seketika itu juga, Hati Pedang milik Zhang Ruochen berubah menjadi seorang manusia kecil, sementara ia mulai berlatih gerakan-gerakan pedang di dalam Lautan Chi-nya.     

Sebagaimana para pertapa sedang memperagakan teknik pedang di atas panggung, maka seketika itu pula Hati Pedang-nya berusaha mengikuti gerakan mereka dan berusaha untuk mendapatkan esensi dari Tao pedang itu sendiri.     

"Pertarungan selanjutnya antara nomor 77 melawan nomor 78." Kata Setengah-Biksu Zixia.     

Xie Yunfan naik ke atas panggung dengan membawa pisau putih di tangannya. Setelah membungkuk ke arah Setengah-Biksu Zixia, maka ia mulai menegakkan postur tubuhnya, dan memasang kuda-kuda, sambil bersiap untuk segera bertempur.     

Nomor urutnya adalah 77.     

Akan tetapi, nomor 78 sendiri masih belum muncul. Sehingga, hal itu menciptakan kegaduhan tersendiri.     

"Siapa yang mendapatkan nomor 78? Mengapa dia belum muncul?"     

"Xie Yunfan adalah sosok superior dari Istana Pure Jade dan dia adalah sosok yang sangat tangguh. Jadi, nomor 78 mungkin takut bertarung melawannya."     

"Bagaimana mungkin? Semua partisipan yang ikut adalah para top master. Apa mereka akan menggagalkan kontes?"     

…     

Setengah-Biksu Zixia mengernyitkan dahi, dan langsung menyuntikkan Chi Suci ke dalam suaranya, "Pertarungan selanjutnya antara nomor 77 melawan nomor 78."     

Zhang Ruochen, yang sedang masuk ke dalam nuansa latihan pedang, akhirnya terbangun karena suara tersebut.     

Saat itu, kedua mata Zhang Ruochen terlihat penuh vitalitas, sebelum akhirnya ia menghela nafas. Setelah menyaksikan token pertama putihnya, maka ia bergumam. "Nomor 78. Aku mendapatkan nomor 78."     

Di bawah tatapan para penonton, saat itu Zhang Ruochen segera naik ke atas Coliseum.     

"Ternyata nomor 78 adalah Lin Yue."     

Para murid inti yang hadir di sana mulai menatap Zhang Ruochen dengan ekspresi yang aneh. Sebab, mereka semua tidak percaya jika ada seorang partisipan yang lari dari pertarungan, kecuali Lin Yue.     

Apalagi, Lin Yue baru saja dilantik menjadi seorang murid Biksu. Hanya beberapa bulan yang lalu, saat itu ia masih seorang ksatria dari Alam Surga.     

Sebagian besar penonton yang ada di sana sama sekali tidak paham mengapa lelaki tersebut sampai begitu ceroboh – dengan mendaftarkan diri pada kontes untuk para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon.     

Sekarang, ia juga sedikit terlambat untuk muncul di atas panggung. Jadi, mungkin lelaki tersebut sudah merasa tercengang atas pertempuran-pertempuran yang telah terjadi sebelumnya, hingga membuatnya tersadar bahwa terdapat jarak yang sangat lebar di antara dirinya dengan para pertapa di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon.     

Yang jelas, saat itu ia sudah berhasil membuat para penonton menjadi gaduh.     

Saat itu, kedua mata Setengah-Biksu Zixia berubah menjadi murung, sebagaimana ia kembali merasa kecewa.     

Jika ia hanya sedikit arogan, maka pria itu mungkin masih bisa membawanya ke jalan yang benar, dengan bimbingan dan arahan yang baik.     

Akan tetapi, jika ternyata dia terlampau pengecut dan tidak berani melawan seorang musuh yang lebih kuat, maka ia tidak akan pernah menjadi dan mencapai apa-apa, meski punya keberuntungan yang bagus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.