Kaisar Dewa

Persiapan



Persiapan

0Tidak peduli Zhang Ruochen sedang berkata jujur atau tidak, namun setidaknya Huang Yanchen telah merasa lebih baik. Wanita itu cepat-cepat berkata, "Sebenarnya, aku sendiri sudah paham kalau Xingling sangat mencintaimu, tapi karena diriku, maka dia sengaja menjaga jarak darimu. Bisakah kau memberitahuku mengenai apa saja yang telah kalian berdua lakukan dalam beberapa tahun belakangan?"     

Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba Zhang Ruochen langsung teringat tentang suatu momen di malam hari, saat ia dan Mu Lingxi berciuman dengan durasi yang cukup lama.     

Meski ada banyak faktor yang bisa dijelaskan secara rasional terkait dengan latar belakang terjadinya ciuman tersebut, namun jauh di dalam hatinya, Zhang Ruochen masih merasa sedikit bersalah.     

Zhang Ruochen melirik Huang Yanchen dan memutuskan untuk tidak mengatakan hal tersebut. Sebab, sekeras apapun ia menjelaskannya, namun itu hanya akan menjadi sesuatu yang percuma.     

Pada akhirnya, Zhang Ruochen menghindar dari pembahasan yang sensitif dan mulai membawanya untuk bicara tentang hal-hal sepele. Lelaki itu menceritakan pengalamannya kepada Huang Yanchen selama bertahun-tahun belakangan, termasuk bagaimana ia bisa bertemu dengan Mu Lingxi, bagaimana ia membunuh Di Yi, bagaimana ia bisa bergabung ke dalam Sekte Yin Yang, dan lain sebagainya.     

Huang Yanchen sedang mendengarkannya dengan seksama. Tanpa sadar, ia sudah berada di pelukan Zhang Ruochen, sambil membenamkan mukanya di dada Zhang Ruochen. Kala itu, kedua matanya telah tertutup, dan hanya memperlihat kedua bulu matanya yang lentik.     

Wanita itu sangat cantik dengan kulitnya yang benar-benar mulus. Rambut birunya yang panjang tergerai sampai ke bawah, hingga membuatnya tampak seperti orang yang sedang ketiduran. Akan tetapi, bibir merahnya terbuka sedikit, ketika ia berkata, "Zhang Ruochen, Xingling adalah gadis yang baik. Jangan pernah mengecewakannya."     

"Hmmm!"     

Zhang Ruochen mengangguk dan berkata, "Dia memang gadis yang berani mencintai dan mengalami sakit hati. Dia adalah wanita yang patut untuk dicintai."     

Seketika itu juga, Huang Yanchen langsung membuka matanya dan bertanya, "Jadi, pasti ada sesuatu yang telah terjadi di antara kalian berdua, benarkan?"     

Zhang Ruochen masih terlihat bermartabat dan serius, sebagaimana ia juga sedang mengepalkan tangannya. Yang jelas, lelaki itu tidak tega kalau harus terus menerus berbohong kepadanya.     

Karena "sesuatu" memang telah terjadi, maka tidak perlu lagi menutup-nutupinya.     

Huang Yanchen menatap Zhang Ruochen – dengan ekspresi matanya yang seakan-akan menegaskan dugaannya terkait hubungan spesial yang terjalin di antara Zhang Ruochen dan Duanmu Xingling. Yang jelas, mereka berdua lebih dari sekedar teman.     

Namun, sebelum Zhang Ruochen sempat mengatakannya, maka wanita itu sudah lebih dulu berkata, "Lupakan saja. Pura-pura saja aku tidak pernah bertanya."     

Dengan demikian, maka mereka berdua sama-sama terdiam.     

Pagi-pagi sekali, saat itu sinar matahari pertama mulai menyentuh tubuh mereka berdua.     

Han Xue mendekat dari kejauhan dan muncul di belakang Zhang Ruochen, dengan membawa pedang di punggungnya. Gadis itu berkata dengan suara kecilnya, "Master, kakek bilang ingin bertemu denganmu. Katanya, ada sesuatu yang perlu dibicarakan."     

Zhang Ruochen pun bangkit berdiri dan pergi dari sana.     

Di belakangnya, di sana terdengar suara Huang Yanchen. "Zhang Ruochen, malam ini... datanglah ke kamarku. Aku akan menunggumu."     

Mendengar itu, maka seketika itu pula langkah kaki Zhang Ruochen sedikit tersendat. Lelaki itu paham apa maksudnya. Lalu, dengan suara "hmm", maka ia kembali meneruskan langkah kakinya dan pergi bersama dengan Han Xue.     

Zhang Ruochen melihat Biksu Pedang Xuanji dan menemukan kalau pria tua itu telah menjadi semakin bersahaja. Sang Biksu Pedang sedang duduk di atas dipan kayu sambil menganyam keranjang bambu, hingga ia tampak seperti tukang bambu yang berasal dari desa terpencil. Bahkan, pria tua itu juga tidak memancarkan aura apa-apa, hingga membuatnya sama sekali tidak mirip seperti Biksu Pedang yang sesungguhnya.     

Pria tua itu benar-benar terlihat seperti orang biasa!     

Selain itu, tangan Biksu Pedang Xuanji juga penuh dengan keriput. Setiap gerakannya terlihat lembut, sambil menganyam helai demi helai keranjang bambu itu dengan sangat hati-hati. Ketika ia selesai melakukannya, maka keranjang bambu itu terlihat sangat indah.     

"Xiaxue, ini untukmu!"     

Biksu Pedang Xuanji memberikan keranjang bambu itu kepada Han Xue sambil tersenyum.     

"Terima kasih, kakek."     

Han Xue membawa keranjang bambu itu dan langsung pergi dari sana.     

Biksu Pedang Xuanji menatap punggung Han Xue sambil menyipitkan mata tuanya, lalu ia tersenyum. "Kualitas Fisik Seribu Tulang, sosok jenius Tao pedang. Ruochen, murid gadismu itu telah menguasai Satu Pedang sampai pada level ketujuh. Bahkan, dia jauh lebih bertalenta daripada dirimu. Pencapaiannya di masa depan pasti akan menggemparkan."     

Zhang Ruochen berdiri di samping Biksu Pedang Xuanji dan berkata, "Potensi yang dimiliki Xue Er, memang satu-satunya yang pernah saya akui. Dia mampu menguasai setiap teknik pedang sesaat setelah dia mempelajarinya. Saya juga belum lama ini memberinya tips-tips untuk menguasai Satu Pedang. Jadi, saya tidak menyangka kalau ternyata dia akan berada di level ketujuh dalam kurun waktu yang sesingkat itu."     

Setelah beberapa saat, maka Biksu Pedang Xuanji bertanya, "Apa kau sudah memberitahu Huang Yanchen terkait kebenarannya?"     

Zhang Ruochen menganggukkan kepalanya dan berkata, "Karena dia telah curiga, maka saya tidak ingin lebih lama lagi bersembunyi darinya. Jadi, biarkan segalanya mengalir seperti air. Saya sendiri juga tidak tahu apakah itu akan menjadi berkah atau kutukan."     

Biksu Pedang Xuanji terlihat sangat tenang, saat ia berkata, "Kau dan dia benar-benar punya kehidupan yang keras, bahkan hidup kalian berdua selalu pasang surut. Jadi, tidak selamanya itu berdampak buruk kepadamu."     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum masam, sebelum akhirnya berkata, "Saya bisa melihat kalau tingkatan alam Anda telah naik satu level lebih tinggi, hingga akhirnya kembali pada kebenaran. Apa Master telah berhasil mencapai alam itu?"     

Biksu Pedang Xuanji menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, sebelum akhirnya berkata, "Tidak mudah untuk menembus alam itu. Namun, selama berlatih akhir-akhir ini, memang ada beberapa perubahan mental yang kualami. Sekarang ini, aku sudah mampu memperlakukan kemenangan atau kekalahan, kehidupan atau kematian, sebagai sesuatu yang sepele.     

"Mungkin kau akan menyadarinya ketika sudah berada di alam ini. Saat kau menghadapi sesuatu yang telah ditetapkan, maka kau akan mampu menerimanya dengan lapang dada. Ketika kau menghadapi sesuatu yang tak seharusnya terjadi, kau juga dapat menerimanya dengan lapang dada.     

"Tapi, bukan ini yang hendak aku bicarakan. Aku memintamu datang kemari untuk bicara tentang tiga hal."     

Setelah mengatakan itu, maka Biksu Pedang Xuanji mulai duduk di atas lantai. Kemudian, Zhang Ruochen mulai menyesuaikan posisinya, lalu duduk di hadapannya dengan penuh hormat, sambil mulai mendengarkan baik-baik.     

Biksu Pedang Xuanji menegakkan postur tubuhnya, hingga ia tiba-tiba menjadi sedikit lebih mengerikan, sebagaimana ia mulai bertanya, "Pedang yang kau gunakan di Gunung Scroll adalah Void Sword milik Permaisuri Seribu Tulang, benarkan?"     

"Benar," balas Zhang Ruochen.     

Biksu Pedang Xuanji berkata, "Apa kau tahu legenda mengenai Void Sword tersebut? Selama Abad Pertengahan, saat itu sang Permaisuri Seribu Tulang bertarung melawan dewa dan membunuhnya dengan Void Sword.     

"Akan tetapi, setelah pertempuran itu, maka sang Permaisuri Seribu Tulang juga menghilang.     

"Setelahnya, Pemakaman Dewa yang misterius muncul di Belantara God Failing. Ada yang bilang kalau pada saat sang Permaisuri Seribu Tulang masuk ke dalam Pemakaman Dewa tersebut, maka seketika itu pula beliau tidak pernah kembali.     

"Netherworld?" tanya Zhang Ruochen.     

Jauh di dalam Pemakaman Dewa, di sana terdapat Netherworld yang legendaris.     

Saat masuk ke dalam tempat tersebut, maka siapapun tidak akan pernah kembali.     

"Benar, itu adalah Netherworld."     

Biksu Pedang Xuanji mengangguk dan berkata, "Seseorang menduga kalau Permaisuri Seribu Tulang telah menemukan sesuatu di masa itu, jadi beliau masuk ke dalam Netherworld dengan membawa pedangnya, guna mengantisipasi sesuatu yang buruk agar tidak terjadi.     

"Ada yang bilang kalau dewa yang sedang diburu oleh Permaisuri Seribu Tulang juga masuk ke dalam Netherworld.     

"Jadi, ada perbedaan pendapat mengenai cerita itu. Namun, tidak ada seorangpun yang bisa memastikan mana yang benar dan mana yang tidak. Meski demikian, masih ada satu hal yang pasti; hantu-hantu dan Demon Fierce tidak pernah keluar dari Pemakaman Dewa. Jadi, seharusnya, hal itu berhubungan erat dengan Permaisuri Seribu Tulang."     

Zhang Ruochen langsung mengernyitkan dahinya, sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "Saya khawatir kalau hanya sang Permaisuri Seribu Tulang-lah yang sanggup mengalahkan para hantu di dalam Netherworld."     

Biksu Pedang Xuanji berkata dengan intonasi serius, "Tapi, Void Sword itu berada di tanganmu. Jadi, tampaknya Permaisuri Seribu Tulang telah wafat. Akibatnya, kondisi Pemakaman Dewa menjadi semakin tak menentu, sehingga hantu-hantu dan Demon Fierce itu bisa melarikan diri dari sana kapan saja. Jika hal ini sampai terjadi, aku khawatir kalau kemakmuran yang sudah berhasil diraih oleh Wilayah Timur akan menghilang dalam kurun waktu satu malam."     

Zhang Ruochen menghirup nafas dingin, dan mulai menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres.     

"Tentu saja, ini semua hanyalah dugaan semata. Tidak ada seorangpun yang bisa memastikan situasi apa yang sedang terjadi di dalam Pemakaman Dewa."     

Biksu Pedang Xuanji tersenyum, lalu membuat atmosfir yang serius itu kembali berubah menjadi sedikit lebih ringan, sebagaimana ia juga mulai berkata, "Kenapa akhirnya aku mengatakan ini kepadamu, karena aku hanya ingin memberimu peringatan. Void Sword adalah Senjata Suci Supreme yang penuh dengan spiritualitas. Pedang itu tidak muncul di tanganmu hanya karena kebetulan belaka. Tampaknya, kau sendiri yang harus mencari tahu sesuatu tentangnya.     

"Kalau suatu hari nanti hantu-hantu dari Netherworld benar-benar melarikan diri dari sana, maka satu-satunya solusi adalah dengan membawa Void Sword kembali ke Pemakaman Dewa dan menemukan sang Permaisuri Seribu Tulang. Kalau kau bisa menemukan beliau, maka kau dapat menghentikan bencana tersebut."     

Zhang Ruochen berkata, "Saya pasti akan mengingat kata-kata Anda, Master."     

Biksu Pedang Xuanji mengganti topik pembicaraannya. "Hal yang kedua – karena akan ada pertarungan hidup dan mati di antara aku melawan Biksu Pedang Nine Serenity pada tanggal 9 September di kalender lunar nantinya, maka sebaiknya kita mempersiapkan semua ini lebih awal."     

"Master..." Zhang Ruochen memotong perkataannya.     

Biksu Pedang Xuanji mengangkat tangannya dan tidak mengizinkan Zhang Ruochen melanjutkan kalimatnya. Setelah itu, ia menggerakkan tangannya dan menempelkannya di dahi.     

Terdapat titik cahaya berwarna perak yang muncul di tengah dahinya.     

Seketika itu juga, Pedang Suci keluar dari dahinya dan mulai melayang di antara mereka berdua.     

Pedang itu sepanjang empat kaki dan lebar tiga inci, namun bilah pedangnya tampak tidak lazim, sebagaimana itu mirip seperti papan kayu.     

Bilah pedang itu sangat lembut seperti terbuat dari batu permata, dengan garis-garis putih yang melingkupinya.     

"Pedang ini disebut sebagai 'Taotian.' Dari Leluhurku terdahulu, pedang ini sudah diturunkan selama 16 generasi. Dalam setiap generasinya, setiap Biksu Pedang akan menjaganya dan menanggung beban rahasia yang besar."     

Zhang Ruochen bertanya, "Rahasia apa?"     

Biksu Pedang Xuanji menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak tahu rahasia apa itu. Sebab, ada enam pedang yang mirip seperti ini di Daratan Kunlun, yang terbagi ke dalam enam nadi dan enam kepala orang. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengetahuinya. Bahkan, enam Penjaga Pedang juga tidak tahu apa fungsinya Six-Hilt Divine Sword.     

"Kalau aku kalah dan terbunuh oleh Biksu Pedang Nine Serenity, maka kau akan meneruskan aku sebagai Penjaga Pedang Taotian. Bawalah tubuhku dan Pedang Taotian menuju Pemakaman Pedang Mingwang di Wilayah Pusat, dan makamkan aku di tempat yang sama dengan para leluhurku. Saat kau berada di sana, maka seseorang pasti akan langsung menemukanmu dan mengatakan semua rahasianya kepadamu."     

"Situs Pemakaman Pedang Mingwang."     

Zhang Ruochen mengulangnya dan mengingatnya baik-baik. Setelah itu, ia berkata, "Master tidak akan kalah dan pasti berhasil mengalahkan Biksu Pedang Nine Serenity pada Konferensi Teknik Pedang nanti."     

"Ketenangan Hati-ku jauh lebih unggul daripada lawanku, setidaknya aku punya kesempatan sebesar 70% persen untuk menang. Kita hanya membuat perjanjian lebih awal untuk berjaga-jaga kalau aku dikalahkan. Murid Pedang Taotian seharusnya tidak semudah itu dikalahkan."     

Dengan senyuman percaya diri di wajahnya, maka Biksu Pedang Xuanji sepertinya sangat percaya diri terhadap kemampuan Tao pedangnya.     

Zhang Ruochen bertanya, "Lalu, apa yang ketiga?"     

Biksu Pedang Xuanji tersenyum samar, sebelum akhirnya menyimpan Pedang Suci Taotian, sambil berkata, "Hal ketiga adalah untuk membantumu menguasai 36 Perubahan Bentuk, sehingga kau tidak akan ketahuan saat sedang berhadapan dengan monster-monster tua di kemudian hari."     

Setelah itu, Zhang Ruochen mulai mengikuti Biksu Pedang Xuanji dan melatih 36 Perubahan Bentuk-nya. Mereka berdua tidak menghentikan latihannya sampai malam tiba.     

Zhang Ruochen hendak kembali ke ruang pengasingannya dan ingin melanjutkan latihannya terhadap 36 Perubahan Bentuk.     

Akan tetapi, tiba-tiba ia berhenti dan teringat tentang perkataan Huang Yanchen.     

Setelah merasa ragu sejenak, Zhang Ruochen akhirnya bangkit berdiri dan pergi meninggalkan ruang pengasingan. Sambil berjalan di bawah sinar bulan, saat itu ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar Huang Yanchen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.