Kaisar Dewa

Seribu Naga dan Gajah



Seribu Naga dan Gajah

0Ketika mendengar teriakan biksu Lidi, maka seketika itu pula ujung bibir orang-orang mulai berkedut. Mereka semua mulai mencari-cari sumber suara tersebut.     

"Kata-kata yang penuh dengan kepercayaan diri. Darimana biksu ini berasal?"     

"Jialuo Gu sedang mengenakan Thousand Treasure Cassock. Bahkan, kekuatannya telah setara dengan seorang Setengah-Biksu. Jadi, siapa yang masih berani berkata kalau dia akan berdarah-darah?"     

"Kalau dilihat dari penampilannya, pasti dia bukan pria baik-baik. Apa kau pernah melihat seorang biksu membawa broadsword?"     

Para pertapa muda di Kursi Talent dan Penakluk sama-sama sedang mendiskusikan biksu Lidi. Mereka menyadari bahwa penampilan pria itu terlalu garang untuk disebut sebagai seorang biksu.     

Pria itu terlihat seperti biksu jahat yang berasal dari Sekte Death Zen. Di sisi lain, Jialuo Gu malah terlihat baik dan lembut. Bahkan, pria itu sampai memancarkan cahaya Buddha berwarna emas. Jadi, seharusnya memang seperti itu penampilan seorang biksu.     

Namun, orang-orang sudah melihat sendiri bagaimana metode-metode keji dan penuh kebencian yang telah diperlihatkan oleh Jialuo Gu. Jadi, ketika mereka melihat biksu Lidi, maka seketika itu pula kesan mereka terhadap sang biksu menjadi jauh semakin buruk.     

Biksu Lidi sedang melipat celana panjangnya, dimana itu langsung memperlihatkan betisnya yang dipenuhi bulu-bulu hitam. Sementara itu, biksu Lidi juga membuka kancing-kancing bajunya, hingga sampai memperlihatkan dada dan perutnya, sebagaimana pria itu sedang berjalan menuju ke puncak Gunung Scroll.     

Suara biksu Lidi terdengar sangat keras dan berenergi, namun ia berjalan dengan sangat lambat. Setelah 15 menit berselang, maka ia masih belum juga sampai di tengah gunung.     

Bahkan sosok pemula yang baru saja berlatih Seni Bela Diri pasti dapat mencapai puncak gunung dalam kurun waktu 15 menit.     

Chen Tianpeng, salah satu dari tiga ahli waris di East Region Saint Mansion, sedang duduk di salah satu Kursi Penakluk. Saat itu, ia berkata pada Chen Laner dengan menggunakan telepati, "Apa biksu ini sedang ketakutan? Bagaimana mungkin jalannya sangat lambat seperti itu?"     

Kedua telinga besar milik biksu Lidi mulai bergerak-gerak, seperti ia baru saja mendengar sesuatu. Kemudian, ia mulai menghentikan langkah kakinya, dan langsung menatap tajam ke arah Chen Tianpeng. "Takut?" teriaknya menggelegar seperti petir. "Aku telah menyerahkan hidupku kepada Buddha. Aku tidak punya rasa takut, tidak pernah merasa terancam, dan tidak ingin mengejar apa-apa. Jadi, bagaimana mungkin aku takut terhadap mereka yang telah menghianati nilai-nilai Buddha?"     

Seketika itu juga, Chen Tianpeng langsung merasa terkejut. Pria itu tidak menyangka kalau pendengaran biksu Lidi ternyata sangat sensitif, bahkan sampai mampu mendengar pesan telepati. Setelah itu, biksu Lidi mulai melipat lengan bajunya, dimana ia langsung berjalan ke arah Chen Tianpeng, sambil memasang ekspresi keji.     

Saat itu, Chen Tianpeng merasa bahwa biksu Lidi sedang marah terhadap dirinya dan ingin segera menghajarnya. Jadi, ia pun langsung merasa panik, dimana ia cepat-cepat melompat bangkit, sambil mengatupkan kedua tangan ke arah depan untuk meminta maaf. "Saya minta maaf, saya telah salah bicara. Tolong maafkan saya."     

Sebenarnya, biksu Lidi hanya ingin berdebat dengan Chen Tianpeng. Sebab, ia memang sama sekali tidak marah. Hanya saja, tampangnya itu terlalu garang, dimana suaranya juga terdengar menggelegar seperti petir. Akibatnya, Chen Tianpeng mengira kalau sang biksu sedang marah.     

Ketika menyaksikan Chen Tianpeng meminta maaf dengan cara yang sopan, saat itu biksu Lidi langsung mengangguk. Setelah itu, ia mendengus dan pergi dari sana. Kemudian, ia mulai melanjutkan pendakiannya dan kembali berjalan seperti siput.     

Melihat itu, maka Chen Tianpeng langsung duduk di kursinya. Lalu, sambil menatap punggung biksu Lidi, saat itu ia mulai menghela nafas panjang.     

Di belakangnya, Chen Laner sama sekali tidak paham dengan tingkah lakunya. "Biksu ini memang terlihat mengerikan, tapi seharusnya kau tidak perlu meminta maaf."     

Meski demikian, Chen Tianpeng masih merasa takut. Saat itu, ia mulai menyeka keringatnya, sambil berkata, "Apa kau tidak melihat ekspresinya sampai sekeji itu? Kalau aku tidak cepat-cepat meminta maaf, mungkin aku akan terbunuh hanya dalam satu kali pukulan. Biksu ini bukan main-main."     

Sebenarnya, Chen Tianpeng sendiri tidak tahu harus menjelaskan situasinya dengan cara yang seperti apa. Sebab, hal itu terjadi begitu saja, karena pada saat ia menatap mata biksu Lidi, maka seketika itu pula ia merasa bahwa sosok dewa seperti sedang berdiri di hadapannya. Maka dari itu, ia pun langsung merasa ciut, hingga cepat-cepat meminta maaf kepadanya.     

Setelah interupsi kecil itu, maka tidak ada lagi yang berani meremehkan biksu Lidi.     

Bahkan, Lin Yue sendiri sudah bilang kalau biksu itu pasti sanggup bertarung melawan Jialuo Gu. Jika demikian, bagaimana mungkin biksu itu bukan orang tangguh?     

Bahkan, biksu Lidi mampu mendengar pesan telepati yang diucapkan oleh seorang pertapa di Perubahan Kesembilan dari Alam Fish-dragon. Hal ini berarti bahwa tingkat pengolahannya benar-benar tinggi. Oleh karena itulah, orang-orang mulai menunggunya dengan sabar. Mereka ingin melihat apakah biksu ini benar-benar sanggup mengalahkan Jialuo Gu atau tidak.     

Di tempat lain, Huang Yanchen sedang berjalan ke sisi Zhang Ruochen, sambil merentangkan tangannya untuk memeluk lengan lelaki tersebut. "Penghianat buddha itu pasti akan dihabisi oleh biksu Buddha lainnya. Jadi, sebaiknya kita cari tempat duduk?"     

Zhang Ruochen meliriknya. Lalu, ketika ia melihat mata birunya, saat itu ia bisa mencium aroma yang wangi. Akan tetapi, wajahnya tidak mengekspresikan apa-apa, namun di dalam hati, Zhang Ruochen sedang menghela nafas lega.     

Huang Yanchen sendiri adalah wanita dengan kecantikan gunung es, yang selalu menolak pria manapun sebelum mereka benar-benar dekat. Tapi sekarang, wanita itu sendiri yang datang untuk menjemputnya. Jadi, ada kemungkinan kalau identitasnya sudah terbongkar.     

Namun, bagaimana mungkin Huang Yanchen bisa menemukannya? Zhang Ruochen sudah berusaha keras untuk selalu bersikap hati-hati. Selain itu, lelaki tersebut juga yakin bahwa ia tidak pernah membuat kesalahan.     

"Ya." Zhang Ruochen mengangguk dan kembali ke Kursi Raja nomor satu bersama dengan Huang Yanchen.     

Setelah satu jam lamanya, biksu Lidi akhirnya sampai di atas puncak. Saat itu, ia berhenti di sana sambil terengah-engah. Setelahnya, ia mendongakkan kepala dan langsung menatap kedua mata Jialuo Hu.     

Jialuo Gu sedang berdiri di puncak Gunung Scroll. Kemudian, ia mulai mengatupkan kedua tangannya ke arah depan, dimana setiap inci tubuhnya memancarkan cahaya Buddha berwarna emas. Bahkan, saat ia mengatakan sesuatu, saat itu suaranya terdengar indah, "Apakah Anda adalah biksu dari Ten Thousand Buddha Way?"     

"Aku berasal dari Nirvana Way. Nama baptisku adalah Lidi," katanya.     

Nirvana Way adalah cabang dari Ten Thousand Buddha Way. Sementara itu, "Lidi" berarti "berdikari/berdiri di atas kaki sendiri".     

Delapan ratus tahun silam, ketika Buddha muncul entah darimana, saat itu beliau menjadi pemimpin Buddha Way. Sehingga, Nirvana Way dapat berkembang dengan pesat dan akhirnya menjadi cabang terkuat dari Ten Thousand Buddha Way.     

Jialuo Gu mengangguk. "Karena Anda bukan berasal dari Ten Thousand Buddha Way, lalu mengapa Anda harus repot-repot datang kemari dan ingin bertarung?"     

"Sekte Death Zen telah menghianati nilai-nilai Buddha. Itu adalah kelompok sesat. Murid-murid yang patuh terhadap nilai-nilai Buddha pasti akan menghancurkannya." Suara biksu Lidi terdengar kencang dan kuat. Setiap kata-katanya seolah mampu menggetarkan gendang telinga.     

Jialuo Gu tersenyum tipis. "Bukankah Anda juga sedang menghianati nilai-nilai Buddha saat Anda menyebut kata 'hancur'?"     

"Aku tidak suka membunuh," balas Biksu Lidi. "Tapi, aku masih bisa membunuh satu, atau bahkan banyak orang sekaligus di tempat-tempat tertentu."     

Jialuo Gu ingin menggunakan kata-katanya untuk menghancurkan ketenangan hati biksu Lidi. Namun, ia tidak tahu kalau biksu ini benar-benar berbeda dengan para biksu dari Sekte Buddha lainnya. Bahkan, biksu ini berulang kali menggunakan kata "bunuh", dimana hal itu jelas, sang biksu sama sekali tidak peduli dengan aturan mainnya.     

Maka dari itu, melanjutkan perdebatan semacam itu hanya akan buang-buang tenaga..     

Jika demikian, maka mereka harus saling mengandalkan tinju. Jialuo Gu sendiri menolak percaya kalau ia akan dikalahkan – terutama saat ia sedang mengenakan Thousand Treasure Cassock.     

"Saya penasaran terhadap generasi macam apa yang dilahirkan oleh Nirvana Way sekarang ini ."     

Kedua mata Jialuo Gu mulai berubah menjadi gelap. Setelah itu, ia meletakkan kedua tangannya di depan dada. Di waktu yang bersamaan, cahaya Buddha yang melingkupi tubuhnya menjadi sepuluh kali lipat lebih terang, hingga sampai benar-benar menyilaukan..     

"Mainstay Buddhist Mark."     

Jialuo Gu menghentakkan kaki kirinya di atas lantai, dimana ia mulai melesat ke angkasa. Lalu, sambil merentangkan kedua tangannya, saat itu ia mulai menciptakan dua buah Buddhist Mark.     

Di tengah tanda Buddha tersebut, di sana terdapat kata-kata Sanskerta emas yang keluar dari tangannya. Kata-kata Sanskerta itu berubah menjadi tangan emas raksasa, yang menghujam ke bawah untuk menyerang biksu Lidi.     

Jialuo Gu sama sekali tidak ingin meremehkan biksu Lidi. Ketika ia menyerang dengan menggunakan Mainstay Buddhist Mark, saat itu ia juga mengaktifkan Thousand Treasure Cassock-nya. Yang jelas, ia ingin mengalahkan lawannya hanya dalam satu kali serangan.     

"Seribu Naga dan Gajah."     

Biksu Lidi masih bersikap tenang. Kala itu, terdapat Chi Yang (maskulinitas) – yang terlepas dari tangannya – hingga berubah menjadi api, sebelum akhirnya berkumpul dan membentuk awan api berwarna emas.     

Setelah itu, terdapat cetak tanda pukulan api yang berada di belakang biksu Lidi. Cetak tanda pukulan itu berjumlah 1.000. Setiap pukulan itu berbentuk seperti naga dan gajah. Semua pukulan itu sedang berbaris, seperti 1.000 ekor naga dan 1.000 ekor gajah yang sama-sama sedang terlepas dari tangannya.     

Di tempat lain, kedua mata Zhang Ruochen mulai berbinar. "Gerakan kedelapan dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna," katanya.     

Gerakan kedelapan dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna adalah satu set teknik pukulan bela diri. Saat seseorang telah berhasil menguasai semuanya, maka teknik itu akan meningkat menjadi teknik pukulan kelas menengah dari Tingkatan Hantu. Sementara itu, kekuatan yang dilepaskan dari teknik pukulan bela diri tersebut juga dapat disejajarkan dengan kelas superior dari Tingkatan Hantu.     

Teknik itu disebut sebagai Seribu Naga dan Gajah, karena ketika seseorang berhasil menguasainya, maka satu kali pukulan yang dilayangkan adalah setara dengan kekuatan 1.000 ekor gajah liar.     

Jadi, satu serangan pukulan itu mampu menghancurkan sekelompok pasukan.     

Dengan teknik tersebut, meskipun sang pertapa sedang berada di tempat bermil-mil jauhnya, namun ia masih bisa menghancurkan dinding kota hanya dalam satu kali serangan. Nantinya, serangan itu akan tampak seperti 1.000 ekor gajah liar yang sedang berlari untuk menerjang dinding.     

Ketika seorang pertapa berhasil menguasai gerakan kedelapan, maka Chi Yang di dalam tubuhnya akan menjadi 100 kali lipat lebih banyak daripada orang-orang biasa. Maka dari itu, ia dapat dengan mudah kehilangan kendali, hingga sampai membuat dirinya sendiri terbakar.     

Bahkan, Zhang Ruochen sendiri masih berada di gerakan ketujuh dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna. Tentu saja, hal itu terjadi karena Zhang Ruochen sedang memfokuskan dirinya pada Konferensi Teknik Pedang, dimana ia sedang melatih Tao pedang. Maka dari itu, ia tak lagi punya waktu untuk melatih teknik tinju.     

Kaboom!     

Dua pukulan yang penuh dengan Chi Yang mulai saling berbenturan. Itu terdengar seperti dua buah gunung besi yang sedang bertabrakan. Seketika itu juga, garis-garis cahaya Buddha mulai menyebar ke segala penjuru.     

Sesaat setelahnya, Jialuo Gu mulai terhempas ke arah belakang. Ketika ia mendarat di puncak Gunung Scroll, saat itu ia kembali terjungkal ke belakang. Yang jelas, ia tidak sanggup bertahan dari kekuatan tersebut dan baru dapat menyeimbangkan dirinya sendiri setelah berada pada jarak puluhan langkah jauhnya.     

Di sisi lain, biksu Lidi tampak seperti bongkahan batu besar. Biksu itu hanya berdiri di sana tanpa bergerak sedikitpun.     

Melihat itu, maka kedua mata Jialuo Gu seperti hampir melompat. Yang jelas, ia tidak bisa menerima realitas ini. "Bagaimana mungkin? Aku sudah menggunakan Thousand Treasure Cassock. Bahkan, sosok Setengah-Biksu di level kedua pasti akan terpengaruh oleh Maistay Buddha Mark-ku."     

Alam Setengah-Biksu sendiri dibedakan menjadi sembilan level. Dalam setiap peningakatan level, maka di sana selalu terdapat jarak yang terbentang jauh. Jadi, hampir mustahil untuk menantang mereka yang berada di level lebih tinggi.     

Hanya seorang Perangai Biksu yang bisa menyeberang satu level di Alam Setengah-Biksu dan mampu mengimbangi lawannya. Ini berarti bahwa seorang Perangai Biksu di level pertama, hanya sanggup bertarung melawan Setengah-Biksu di level kedua. Kalau ia sampai bertarung melawan Setengah-Biksu di level ketiga, maka hasilnya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, sebab ia pasti akan kalah.     

Sementara itu, Jialuo Gu sendiri juga paham terhadap kemampuannya. Sebab, dengan menggunakan Thousand Treasure Cassock, meskipun ia masih belum mampu mengalahkan Setengah-Biksu di level kedua dengan menggunakan Maistay Buddha Mark-nya, namun setidaknya ia masih sanggup membuat lawannya sedikit melangkah mundur.     

Akan tetapi, kedua kaki biksu Lidi seperti telah mengakar kuat di dalam tanah. Bahkan, ia sama sekali tidak bergeser sedikitpun. Ketika memikirkan tentang hal ini, maka seketika itu pula keringat dingin sebesar jagung mulai mengucur dari dahi Jialuo Gu. Yang jelas, pria itu benar-benar sedang merasa tertekan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.