Kaisar Dewa

Memurnikan Darah Dewa



Memurnikan Darah Dewa

0Sebagian besar figur-figur penting dari Sekte Yin Yang telah berkumpul di Paviliun Pedang. Mereka semua sedang membaca doa, sementara upacara pengorbanan itu dipimpin langsung oleh Ning Xuandao.     

"Upacara pengorbanan dimulai."     

Terdengar suara pria tua yang menggema dari puncak ketiga gunung. Suara itu menggema dan menyebar hingga bermil-mil di ujung horizon – seperti ombak di lautan – dan terdengar di seluruh Sekte Yin Yang.     

Semua murid-murid dari Sekte Yin Yang mulai mengalihkan pandangan mata mereka menuju Gunung Dewa Kuno, lalu berlutut dan bersujud untuk bersama-sama memanjatkan doa.     

Altar itu dibangun di tengah platform lingkaran berwarna putih. Di sana, jajaran inskripsi rumit yang diukir di atas batu mulai terlihat hidup, sebelum akhirnya mengalir dan membentuk formasi taktis lingkaran.     

Suara-suara auman bengis terdengar seiring dengan suara hembusan angin "swoosh".     

Sesaat setelahnya, semua binatang buas di atas altar mulai disembelih. Darah segar mereka mengalir dari leher masing-masing seperti air mancur, menuju ke dalam kolam di sudut altar.     

Zhang Ruochen sedang mengenakan jubah berwarna putih dan duduk bersila di tengah kolam tersebut.     

Tidak lama kemudian, darah mulai menggenang di lututnya, lalu terus meninggi hingga sampai ke dadanya. Beberapa menit kemudian, kolam itu mulai berubah menjadi kolam darah raksasa, yang mengeluarkan aroma anyir khas darah.     

Inskripsi-inskripsi Array mulai mengalir dari dalam kolam darah dan membentuk lingkaran seperti roda. Segaris darah mulai tercipta dan membumbung dari roda tersebut, hingga akhirnya terbang ke udara.     

Tiba-tiba, terdengar suara kuno dan suci di atas Gunung Dewa Kuno. Suara itu memancarkan aura yang dahsyat, lalu mulai membentuk awan spiral berwarna emas, hingga mengguncang permukaan tanah di sekitarnya sampai bergetar hebat.     

Zhang Ruochen masih duduk di dalam kolam, lalu mulai mengeluarkan satu tetes darah dewa dan menggenggamnya di tangan. Setelah itu, ia menggunakan teknik rahasia untuk melepaskan kekuatan suci yang terkandung di dalamnya.     

Darah dewa, meski hanya satu tetes, namun mengandung energi yang sangat besar, seperti ketika matahari sedang membakar tubuhnya secara langsung.     

Darah dewa itu bukan hanya mengandung kekuatan dewa, melainkan juga pemahaman dan kekuatan-kekuatan uniknya.     

Oleh karena itulah, nantinya, tanda dewa yang akan terbentuk dari darah dewa itu akan memiliki kemampuan unik, yang pasti akan menjadi sangat bermanfaat untuknya,     

Segel Ruang dan Waktu milik Xue Wuye berasal dari dua Tanda Dewa dengan kemampuan unik yang berbeda-beda. Oleh karena itulah, ia mampu sedikit mengendalikan Kekuatan Ruang dan Waktu.     

Zhang Ruochen tidak berani langsung menyentuh darah dewa tersebut.     

Sebaliknya, sesuatu yang aneh terjadi pada Meridian Yin dan Yang-nya, hingga menciptakan dua pusaran kecil di sela tangannya.     

Lelaki itu sedang menggunakan Chi Suci untuk melingkupi darah dewa tersebut, sebelum nanti ia akan mengekstraksi dan mengkonsumsi energinya.     

"Konsumsi energinya, lalu jadikan seperti segel di dalam tubuhmu."     

Menurut Biksu Pedang Moon-burier, maka darah dewa ini berasal dari salah satu Dewa Pedang di Abad Pertengahan. Ketika darah itu telah berhasil dimurnikan, maka darah tersebut akan terkondensasi menjadi tanda dewa berbentuk pedang di dalam tubuhnya.     

Namun, ia menyadari bahwa telah terjadi sesuatu yang ganjil, tepat ketika ia baru saja mulai menyerap energinya.     

Kekuatan darah dan energi suci yang telah dikonsumsi ternyata tidak dapat diserap dan dibentuk menjadi tanda dewa. Sebaliknya, energi itu mengalir menuju Meridian, lalu ke arah dahi, sebelum akhirnya bergerak menuju ke perut bawah.     

Zhang Ruochen pernah memanggil Utusan Para Dewa sebanyak empat kali di empat tingkatan alam Seni Bela Diri. Karena itulah, ia pernah meninggalkan satu Tanda Dewa pada bagian perut bawahnya.     

Sebenarnya, ada banyak Tanda Dewa, namun satu tanda dewa itu masih terlampau samar dan sama sekali tidak bisa disejajarkan dengan tanda dewa biasanya. Akan tetapi, kekuatan suci yang mengalir dari perut bawahnya itu mulai bergabung menjadi satu dengan Tanda Dewa yang baru tersebut.     

Perut bagian bawah Zhang Ruochen mulai memancarkan cahaya berwarna emas, dan tampak seperti wujud kesucian itu sendiri. Sekarang, semua tanda dewanya dapat dilihat dengan jelas, bahkan juga dapat dilihat dengan mata telanjang pada bagian perut bawahnya.     

Ketika ia selesai menyerap darah dewa, maka ia menyadari bahwa beberapa Tanda Dewa yang ada di dalam tubuhnya malah berubah menjadi semakin dalam dan dapat dilihat dengan jelas, seperti ketika ia baru saja memanggil Utusan Para Dewa.     

"Kekuatan dan energi darah dewa itu telah diserap oleh Tanda Dewa. Ini sangat aneh. Apa yang sedang terjadi?" Zhang Ruochen sama sekali tidak habis pikir dengan hal tersebut.     

Meskipun ia tidak mendapatkan tanda dewa baru, namun Tanda Dewa yang sudah pernah ada sebelumnya telah menjadi semakin terang. Seharusnya ini adalah kabar baik.     

"Kalau semua tanda dewa di tubuhku bisa diubah menjadi lebih terang, hingga tampak mirip seperti tanda dewa aslinya, apa itu artinya aku akan punya banyak tanda dewa di dalam tubuhku?"     

Zhang Ruochen sendiri tidak merasakan efek samping apa-apa setelah menyerap darah dewa tersebut.     

Untuk menjawab pertanyaannya sendiri, maka ia langsung mengeluarkan satu tetes Darah Dewa Naga dan melanjutkan proses pemurniannya.     

Tiga tetes Darah Dewa Naga itu pun akhirnya digunakan.     

Setelah Abad Pertengahan, maka tidak ada seorangpun yang mampu memurnikan dua tetes darah dewa sekaligus. Zhang Ruochen sama sekali tidak percaya terhadap hal tersebut. Selain itu, ia berpikir kalau dirinya berbeda dengan yang lainnya, sebagaimana ia pernah memanggil Utusan Para Dewa, sementara orang lain tidak sanggup melakukannya.     

Segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, bukan berarti juga tidak bisa ia lakukan.     

Apa yang tidak disadari oleh Zhang Ruochen adalah upacara pengorbanan itu telah usai ketika ia baru saja selesai memurnikan darah dewa pertamanya.     

Ketika ia hendak memurnikan tetes kedua, saat itu semua sekte sudah berkumpul di tengah lapangan untuk menyelenggarakan pertandingan teknik pedang.     

Biasanya, di dalam Konferensi Teknik Pedang tersebut, maka semua ahli pedang yang telah mencapai Alam Biksu akan langsung naik ke lantai ketujuh Paviliun Pedang untuk mempelajari Wordless Sword Manual setelah upacara pengorbanan itu selesai. Di dalam sana, mereka akan mempelajari dan mendiskusikan Wordless Sword Manual bersama-sama guna menemukan dan membedah teknik-teknik baru, sebelum akhirnya disebarkan ke Daratan Kunlun.     

Ini adalah tujuan utama dari diselenggarakannya perhelatan tersebut. Sebab, perhelatan semacam ini memang ditujukan untuk mengembangkan seni pedang dan teknik-tekniknya.     

Namun, perhelatan tahun ini tampaknya akan berbeda dari sebelum-sebelumnya.     

Hal itu terjadi karena dua orang Biksu Pedang dari Wilayah Timur akan bertarung sampai mati di Paviliun Pedang. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang ingin melewatkan pertarungan sengit di antara kedua Biksu Pedang tersebut.     

Semua ahli pedang yang telah mencapai level Biksu ingin menyaksikan pertarungan ini. Bahkan, mereka berpikir kalau diskusinya dapat dilakukan nanti-nanti.     

Sebagai pembuka dari pertarungan tersebut, maka ada satu pertarungan di antara seorang pertapa dari Sekte Taiji melawan seorang pertapa dari Alam Fish-dragon.     

Pertarungan seperti itu juga memiliki tujuan lain. Itu adalah untuk menentukan sekte mana yang layak mendapatkan Paviliun Pedang, yang nantinya juga dapat mengubah struktur dan kekuatan sekte itu dengan drastis.     

Ada beberapa kandidat populer seperti halnya Gai Tianjiao dan Lin Yue dari Sekte Yin Yang, lalu Shao Lin dari Sekte Four Symbol, Piao Chen dari Sekte Eight Trigram, Shang Guan Linglong dan Shang Guan Nihong dari Sekte Taohi.     

Sementara itu, kemampuan dan kekuatan Gai Tianjiao, Lin Yue, dan Shao Lin sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebab, mereka telah menunjukkan keunggulan masing-masing di dalam Pesta Ahli Waris, yang keduanya telah berhasil menjadi ahli waris.     

Piao Chen juga ikut ke dalam pesta, dan mendapatkan posisi nomor 29. Tidak diragukan lagi, ia punya potensi untuk mengalahkan para ahli waris.     

Shang Guan Linglong dan Shang Guan Nihong dari Sekte Taiji adalah dua orang gadis kembar, dan mereka berusia sekitar 20 tahunan. Dilahirkan di keluarga elit Shang Guan, yang memiliki sejarah panjang terkait senit pedang, maka tingkat kultivasi mereka telah berada di Puncak Perubahan Kesembilan dari Alam Fish-dragon, dan setiap mereka pernah memurnikan satu tetes darah dewa.     

Mereka berada di peringkat 96 dan 97 pada pesta ahli waris tersebut.     

Ada yang berkata kalau mereka berdua sampai bekerja sama, maka kekuatan mereka akan meningkat berkali-kali lipat, hingga mereka dapat mengalahkan Keturunan Kaisar Pedang – Xue Wuye – sebelum pesta ahli waris itu dimulai. Tentu saja, mereka berdua bukanlah ancaman yang berarti kalau mereka sedang bergerak sendiri-sendiri.     

"Kenapa Lin Yue masih belum keluar dari altar? Apa telah terjadi sesuatu?"     

Biksu Pedang Moon-burier menoleh ke arah altar dan mulai khawatir dengannya.     

Para pertapa di Alam Fish-dragon harus memanfaatkan kekuatan suci kalau mereka ingin memurnikan darah dewa. Ketika ritual itu selesai, maka Lin Yue tidak akan lagi dapat bergantung pada kekuatan suci tersebut. Jadi, seharusnya ia telah keluar dari altar, apapun hasil latihannya.     

"Mungkinkah..."     

Biksu Pedang Moon-burier langsung membayangkan yang tidak-tidak, yang juga termasuk ke dalam resiko paling buruk.     

"... Lin Yue gagal dalam proses memurnikan darah dewa?"     

Di masa lampau, ada banyak jenius yang meregang nyawa karena mereka tidak sanggup bertahan dari energi yang terkandung di dalam darah dewa tersebut. Meski demikian, sangat sulit untuk menerimanya kalau hal ini terjadi kepada Lin Yue.     

"Dia adalah sosok bertalenta, bagaimana mungkin kecelakan seperti ini terjadi saat dia baru saja mencoba memurnikan tetes darah dewa pertama? Atau, apa aku yang terlalu meremehkannya? Tapi, dia juga masih berada di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon," batin Biksu Pedang Moon-burier.     

Kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke arah Ning Xuandao, dan hanya menemukan kalau pria tersebut, juga sama-sama terlihat gelisah. Yang jelas, mereka berdua sedang membayangkan hasil yang buruk.     

Biksu Pedang Moon-burier ingin memeriksa altar tersebut, namun tiba-tiba Ning Xuandao menghentikannya. "Tunggu saja sebentar lagi," katanya.     

Upacara ritual itu baru saja selesai, namun spirit-spirit dari Langit dan Bumi masih belum menghilang sepenuhnya. Jadi, kehadiran seorang mortal di atas altar – pada momen-momen seperti ini – hanya akan menjadi penghinaan terbesar bagi para dewa, hingga mereka pasti akan mendapatkan hukuman.     

Tidak peduli seberapa khawatirnya Biksu Pedang Moon-burier, namun ia hanya bisa menunggu dan bersabar.     

Lady Saint langsung mencari Zhang Ruochen pada saat ia baru saja sampai di Paviliun Pedang, namun ia tidak bisa menemukannya.     

Meski demikian, ia adalah wanita yang cerdas. Jadi, ketika ia mengamati ekspresi wajah Biksu Pedang Moon-burier selama beberapa saat, maka seketika itu pula ia dapat menebak kalau Lin Yue sedang berada di dalam altar untuk memurnikan darah dewa.     

Namun, setelah upacara ritual itu selesai, dan ketika wanita itu tidak melihat Lin Yue keluar dari altar, maka seketika itu pula ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Jadi, ia pun mulai membatin, "Apa benar dia gagal?"     

Sesaat setelahnya, Lady Saint merasa bahwa ada seseorang lain yang sedang menatapnya, hingga ia langsung menatap ke arah orang tersebut.     

Wanita itu mengamati tempat duduk Sekte Four Symbol. Di sana, ada enam pertapa dari Alam Fish-dragon yang membawa bantal duduk – yang terbuat dari sisik-sisik naga. Di atas mereka terdapat semacam kain penutup untuk menghalangi sinar matahari.     

Shao Lin sedang duduk di atas bantal tersebut dengan mengenakan jubah naga berwarna kuning dan mantel merah di pundaknya. Pria itu sedang membawa gelas perunggu, sementara kedua matanya terfokus ke arah wanita tersebut, sambil tersenyum cabul.     

Para Biksu dan Setengah-Biksu dari Sekte Four Symbol bahkan tidak berani bertingkah seperti Shao Lin. Maka dari itu, beberapa Biksu merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh pria tersebut.     

Kalau mereka tidak ingin memenangkan Paviliun Pedang dan masih membutuhkan kekuatan pria tersebut, maka mereka pasti akan langsung berdebat dengannya.     

Selain itu, gelarnya sebagai sang Ahli Waris di Daratan Kunlun juga menjadi salah satu alasannya. Meskipun mereka sedang marah, namun mereka tidak berani mengungkapkannya guna menghindari masalah di kemudian hari.     

Gerakannya yang sederhana itu, telah membuat Lady Saint merasa tidak nyaman. Pria itu masih belum menjadi seorang Setengah-Biksu, tapi sudah berani melakukan ini pada seorang Biksu?     

Sejujurnya, Lady Saint tidak pernah rela saat pria itu menjadi salah satu di antara sembilan Ahli Waris.     

Bahkan, kalau pria itu berhasil mendapatkan ranking 10 di Pesta Ahli Waris, namun Lady Saint sudah menganggapnya sebagai pencapaian yang sangat baik.     

Sekte Four Symbol telah melakukan apa saja untuk mengembangkan pria tersebut, supaya ia dapat memperebutkan kedudukan Paviliun Pedang. Itulah kenapa akhirnya pria tersebut dapat meningkat dengan pesat dalam beberapa hari belakangan.     

Selain itu, beberapa insiden yang tidak terduga juga sempat terjadi pada pesta ahli waris. Pertama, Lin Yue mengalahkan beberapa master hebat dari Sekte Setan. Setelah itu, Pangeran Ketiga Immortal Vampir dan Jialuo Gu sama-sama berhasil melumpuhkan banyak pertapa yang hadir, hingga sebagian besar dari mereka tidak dapat melaju ke babak final.     

Semua hal yang terjadi di atas adalah juga yang melatarbelakangi bagaimana Shao Lin akhirnya berhasil menduduki salah satu ahli waris di Daratan Kunlun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.