Menikah dengan Mantan

Bab 131 \"LAGI DAN LAGI MARAH\"



Bab 131 \"LAGI DAN LAGI MARAH\"

1YUHUU... UP GUYS...     

BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS.. BTW KASIH HADIAH DONG GUYS BIAR TAMBAH SEMANGAT. WEHEHEH...     

BTW, MAAF YA ...TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING...     

Kenan menatap sengit Reynan sedangkan yang di tatap hanya biasa saja. Bahkan kali ini ia tersenyum ramah yang tentu saja di balas dengan senyuman ramah oleh Qia. Padahal itu adalah hal wajar, karena ini hari bahagia seharusnya lebih banyak tersenyum.     

"Kalian saling mengenal?" tanya Kakek untuk memecah suasana karena ia melihat ada kilatan ketegangan di antara mereka, tetapi lebih tepatnya hanya berlaku pada Kenan yang seperti sedang memasang penjagaan terlihat dari tangan Kenan yang berada di depan Qia.     

"Iya," jawab Qia begitu dingin dan tegas.     

Reynan tersenyum, "Tenang bro, itu udab beberapa tahun lalu. Lagi pula, Tata juga sekarang sudah resmi menikah. Enggak mungkin lah kalau gua bakalan ambil Tata dari lo," ucap Reynan seraya terkekeh.     

Kenan masih tidak menurunkan kewaspadaannya. Qia pun yang merasa tidak enak langsung menurunkan tangan Kenan kemudian menggenggamnya. "Apa kabar kak, lama enggak ketemu," ucap Qia membuat Kenan meremas tangan Qia tanpa sadar.     

Dengan bibir yang masih menyunggingkan senyumannya ia menatap Kenan dengan tatapan memperingati jika tangannya sakit. "Baik, Ta. Terakhir ketemu waktu acara pemakaman dan waktu itu mungkin kamu enggak ingat," ucapan Reynan sukses membuat Qia dan Kenan kini menatapnya.     

"Kakak datang?" tanya Qia dengab wajah terkejut.     

"Iya, aku datang. Bukan hanya aku tapi anak-anak kelas IPS 1, guru-guru dan juga anak basket semua datang. Kamu mungkin enggak ingay Ta, karena sewaktu kami datang kamu hanya menangis saja. Setelah pemakaman pun kamu langsung di larikan ke rumah sakit. Aku enggak tagu habis itu ada cerita apalagi karena aku melanjutkan kuliah di Ausi," ucap Reynan dengan raut wajah sedihnya.     

Qia hanya memaksakan senyum simpulnya mendengar cerita Reynan. Ia tidak mengingat di hari pemakaman itu, yang ia ingat dirinya sudah berada di rumah sakit dan ketika bangun keluarganya sudah di makamkan semua. Ia tidak melihat sama sekali henazah keluarganya.     

Carla yang bmenyadari suasana menjadi buruk menyarankan untuk foto bersama. Orang tua Reynan, Reynan dan seorang gadis yang berada di sisi Reynan pun berfoto bersama dengan pengantin. Setelah itu, mereka pun turun dari pelaminan. Kenan kini menatap Qia dengan tatapan tidak suka.     

"Sudah ku katakan bukan, untuk tidak tersenyum pada pria lain?" tanya Kenan dengan suara tertahan tetapi penuh penekanan di setiap katanya.     

Kakek pun mendengar ucapannya pada Qia begitu pun dengan Carla dn Revi hingga mereka menoleh ke arah Qia dan Kenan. "Apa kalimat ijab kabul yang kakak ucapkan dan cincin yang sekarang melingkar ini tidak membuat kakak berhenti seperti ini. Ini hari pernikahan kak, masa enggak boleh senyum. Nanti malah di bilang enggak bahagia aku nikah sama kakak," ucap Qia dengan suara lembutnya menatap Kenan dengan tatapan teduhnya.     

Qia mencoba menahan kesalnya menekan kuat-kuat amarahnya ke dalam hatinya yang terdalam karena mereka sedang berada di depan umum. Apalagi ini hari bahagia, tidak mungkin di isi dengan pertengkaran. Entah harus berapa kali Qia memberitahu Kenan tetapi sikap Kenan seperti terus berulang-ulang.     

Hari ini dia minta maaf, besoknya Kenan akan mengulanginya kembali. Entahlah, apa Kenan memiliki ingatan jangka pendek hingga ucapan Qia dan segala perkataan maaf yang dia lontarkan seperti hilang bagaikan debu yang terhisap vacum cleaner.     

Kenan memasang wajah kesalnya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah depan. Kakek benar-benar tidak habis pikir seorang Kenan bisa seperti itu hanya karena pasangannya tersenyum dengan orang lain. Kakek benar-benar menemukan pribadi Kenan yang lain. Kepribadian baru yang membuat dirinya percaya jika Kenan sepenuhnya sudah mencintai Qia dan menjadi pria normal yang mencintai seorang wanita.     

Apa yang Kakek rasakan juga di rasakan Carla. Hatinya semakin mantap untuk tidak mengusik hubungan Qia dan Kenan. Membiarkan Kenan dan Qia bahagia, tidak mempedulikan jika Qia bukan dari kalangan atas yang sama dengannya. Dengan Kenan yang sudah normal dan bisa semarah itu pada Qia itu sama sekali tidak ia permasalahkan. Karena yang terpenting bukan hanya Kenan bisa sembuh, tapi Kenan bahagia.     

Ia memang bukanlah ibu yang baik, tetapi bukan berarti dirinya tidak ingin anaknya bahagia. Ia masih memiliki sisi keibuan dimana ingin melihat anaknya bahagia. "Mama akan membuat kalian bahagia dan akan membuat Qia menjadi wanita yang di hormati dan layak untuk disamakan dengan anak-anak teman mama. Di pandang layak di depan para kolega bisnis," ucap Carla dalam hati.     

Zevan kembali dan memberikan coklat yang diminta Kenan pada Kenan. Qia yang melihat ada coklat di tangan Kenan melirik beberapa kali. Ah, coklat bisa membuat moodnya baik. Namun, Kenan sepertinya enggan membaginya.     

Beberapa tamu kembali naik dan Qia kembali tersenyum pada pria yang masih single. Mereka adalah anak kolega bisnis perusahaan. Orang tua mereka tidak bisa datang jadilah mereka yang mewakili. Kenan pun hari tidak ada henti-hentinya memperingati Qia.     

Akhirnya setelah berjam-jam berdiri dan tersenyum pada tamu juga menahan diri untuk tidak marah-marah pada Kenan kini Qia bisa merebahkan dirinyanya. Kenan masih membersihkan tubuhnya di kamar mandi.     

Qia bangun dari rebahannya kemudian ia berdiri dan berjalan ke kopernya untuk mengambil uang. Ia perlu membeli pembalut. Pembalut yang tadi di belikan Kenan hanya bisa di gunakan siang hari. Sedangkan untuk tidur dia akan menggunakan yang panjangnya sekitar 35-40cm.     

Qia keluar dari kamar dan berjalan menuju lift. Ketika ia akan masuk lift sesorang juga masuk ke lift. "Kak Rey," ucap Qia dengan wajah terkejutnya.     

"Apa kabar Qi?" tanya Rey menatap Qia begitu serius.     

"Seperti yang kakak lihat," jawab Qia seraya tersenyum canggung.     

Reynan juga tersenyum canggung. "Kamu mau kemana?" tanya Reynan untuk menghilangkan kecanggungan.     

Mereka sudah lama tidak bertemu dan setiap bertemu pun dulu mereka pasti dengan yang lainnya tidak berdua seperti ini. Lift terbuka Qia dan Reynan pun keluar dari lift. "Qi,"panggil seseorang membuat Qia menolehkan kepalanya menatap ke arah orang yang memanggilnya.     

"Bang Raka," ucap Qia mengernyitkan dahinya melihat Raka.     

Seingatnya di acara resepsi tadi ia sama sekali tidak melihat Raka. Namun, kini Raka sedang tersenyum ke arahnya memakain kemeja putih dengan kancing yang terbuka semua dan di dalamnya memakai kaos berwarna putih. Raka memakai celana jense selutut berwarna putih.     

Qia begitu terpana melihat Raka. "Wah... bener-bener oppa korea," batin Qia menjerit histeris.     

Raka kini sudah berdiri di depannya kemudian Raka mengalihkan pandangannya ke arah Reynan. Mereka berdua saling menatap dan entah kenapa mereka seperti mengeluarkan sinyal-sinyal ketidak sukaan.     

"Kak Rey kenalin, ini bang Raka. Dan Bang Raka, ini Kak Rey," ucap Qia menunjuk Rey dan Raka bergantian.     

"Reynan," ucap Reynan memnyebutkan namanya.     

"Raka," balas Raka menyebutkan namanya seraya mempererat jabatan tangannya di tangan Reynan. Reynan pun tidak mau kalah ia mempererat jabatan tangannya.     

Kepala Qia yang sedari tadi berdenyut nyeri karena menahan amarahnya semakin berdenyut nyeri melihat Raka dan Reynan seperti tidak saling menyukai. "Bang Raka kemana saja hari ini?" tanya Qia membuat jabatan tangan Raka dan Reynan terlepas.     

TBC...     

YEY... MAKIN BANYAK AJA YG MEMPEREBUTKAN QIA SEPERTINYA. WKWKWK...     

YUKS.. RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.