Menikah dengan Mantan

Bab 115 \"KAMU TANGGUNG JAWABKU\"



Bab 115 \"KAMU TANGGUNG JAWABKU\"

0HAI HELLO… AKU LAGI MAGER JADI CUMA BISA PUBLISH INI CERITA AJA. MAAF YA GUYS… MAAF JUGA KALAU TYPO SEMAKIN BANYAK YANG BETEBARAN.     

HAPPY READING…     

Sekitar pukul 3 dini hari Kenan terbangun ketika ia merasakan pergerakan tangan Qia yang ia pegang. Kenan pun langsung berdiri dari duduknya dan memegangi pipi Qia dengan satu tanganya. "Ta," panggil Kenan dengan suara lembutnya.     

"Kak Ken!" pekik Qia ketika matanya terbuka smepurna.     

Qia pun langsung memeluk tubuh Kenan di hadapannya. Qia mulai menangis tersedu-sedu dan Kenan pun hanya mampu terdiam seraya menepuk-nepuk punggung Qia. Ia hanya diam membiarkan Qia yang menangis seraya memeluknya.     

Entah berapa lama Qia menangis hingga ia akhirnya melepaskan pelukannya di tubuh Kenan yang sangat kaku karena ia membungkuk untuk memudahkan Qia memeluknya. Kenan mengusap air mata yang membasahi wajah Qia dengan penuh kelembutan.     

"Udah ya, jangan nangis. Ini bukan salah kamu, tetapi ini udah kehendak-Nya," ucap Kenan seraya mengusap pipi Qia.     

Qia tidak menjawab sama sekali, hanya saja ia diam di tempatnya tanpa berkata apa-apa. Terdengar hembusan napas panjang dari bibir Qia membuat Kenan menatapnya intens. "Ada apa?" tanya Kenan karena Qia sedari tadi hanya diam saja.     

Qia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "Aku ngantuk, kak," ucap Qia yang kini merebahkan dirinya dengan nyaman di tempat tidur.     

"Ya sudah, kamu tidur lagi," ucap Kenan dengan suara lembutnya kemudian ia merapihkan selimut yang Qia.     

Satu tangannya terulur untuk mengusap kepala Qia, "tidur, ya," ucap Kenan dengan suara lembutnya kemudian ia mengecup kening Qia cukup lama sebelum ia melepaskannya.     

Qia pun memejamkan matanya dan kembali masuk ke alam mimpinya. Satu tangan Kenan masih setia mengusap puncak kepala Qia sayang. Dan satu tangannya yang lain menggenggam tangan Qia. Ia menyandarkan pipinya di tangan Qia yang sudah memejamkan matanya.     

Kenan merasa bersyukur karena Qia tidak sampai terjebak di masalalu seperti pertama kali ia menyadari jika Qia adalah mantan kekasihnya ketika SMA. "Kamu harus sembuh, Ta," ucap Kenan.     

Kenan memang masih sering memanggil Qia Tata. Entah mengapa ia masih saja memanggil Tata padahal Qia sudah mengatakan padanya bahwa Tata sudah meninggal sejak lama. Antara ia nyaman dengan nama panggilan itu atau ada maksud lain ia menggunakan pannggilan nama Tata bukan Qia.     

Mata Kenan tidak lepas memandangi Qia yang sudah menghembuskan napas teraturnya. "Aku sayang kamu, Ta. Aku berharap kamu bisa sembuh dari trauma kamu," ucap Kenan yang begitu tulus mengucapnya.     

Ia kemudian mengecup punggung tangan Qia yang tangannya ia genggam. Kini ke dua tangan Kenan sudah menggenggam tangan Qia. Matanya tidak lepas memandangi wajah pucat Qia hingga akhirnya ia kembali memejamkan matanya.     

Pagi pun tiba, sekitar pukul 6 pagi Qia sudah membuka matanya. Ia menatap langit-langit rumah sakit. Bau obat-obatan langsung memasuki indra penciumannya. Ia menoleh ke sebelah kirinya karena merasa tangannya ada yang menggenggam, ternyata Kenan yang menggenggam tangannya. Qia pun tersenyum memandangnya. Ia tidak melakukan pergerakkan banyak supaya Kenan tidak terganggu.     

Qia terus menatap wajah damai Kenan yang sedang tertidur. Rasanya Qia ingin menyentuh wajah Kenan, tetapi ia susah untuk mengusap wajah Kenan menggunakan satu tangannya yang bebas. Qia merasakan pergerakan dari Kenan membuatnya segera menutup matanya.     

Perlahan Kenan membuka matanya kemudian ia menegakkan tubuhnya. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan otot-otonya yang tersa keram semua. Setelah itu ia menatap kea rah Qia yang masih memejamkan matanya. Kenan pun berdiri dari duduknya dan kembali mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan otot-ototnya.     

Setelah itu ia berjalan ke arah kamar madni untuk mebersihkan tubuhnya. Qia pun membuka matanya ketika pintu kamar mandi tertutup. Perlahan ia menegakkan tubuhnya dengan mengubah bantalnya menjadi tegak. Ia kemudian mengambil handphonenya di nakas samping tempat tidurnya.     

Tidak ada panggilan ataupun pesan berarti dalam handphonenya. Qia pun kemudian menyibak selimutnya untuk turun dari tempat tidur. Qia membuka laci nakas sebelah tempat tidurnya untuk mencari pakaiannya. Ternyata pakaiannya ada di dalam laci itu. Qia pun mengeluarkannya dan meletakkannya di atas tempat tidur.     

Sambil menunggu Kenan selesai mandi, Qia pun berjalan ke arah jendela kemudian ia membuka jendelanya. Qia menghirup napasnya dalam-dalam untuk menikmati suasana pagi yang segar ini. Apalagi ketika ia membuka jendela kamarnya, matanya langsung hijau karena pemandangannya langsung taman rumah sakit yang banyak pepohonan dan bunga yang hanya daun saja.     

Paru-parunya terasa sangat segar ketika menghirup udara pagi yang berembun ini. Sedikit rasa dingin yang masuk ke paru-parunya. Qia memejamkan matanya untuk menikmati hawa segar di pagi hari ini. "Tata," panggil Kenan ketika ia ke luar dari toilet.     

Qia tidak menjawab, ia masih menikmati udara pagi ini dengan memejamkan matanya. Kenan berjalan mendekati Qia yang masih setia berdiri di dekat jendela. "Qi," bisik Kenan dengan suara lembutnya yang menyapa telinga Qia membuat Qia sedikit terlonjak kaget, apalagi Kenan memeluk pinggangnya.     

Qia menolehkan kepalanya untuk menatap Kenan yang dagunya bersandar di pundaknya. "Kak Ken," panggil Qia dengan suara lembutnya.     

"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam saja.     

"Apa kakak enggak mempermasalahkan dengan keadaan aku?" tanya Qia yang menyadarkan kepalanya di bahu Kenan.     

"Aku menikah karena kamu, bukan karena sakitmu atau hal lainnya," jawab Kenan yang memejamkan matanya dan dagunya masih berada di bahu Qia.     

Tidak ada pembicaraan apapun lagi anatara Qia dan Kenan. Mereka menikmati posisi mereka saat ini. Qia yang bersandar pada Kenan dan Kenan yang menyandarkan dagunya di pundak Qia seraya memeluk pinggang Qia.     

Pintu ruang perawatan Qia dibuka membuat Kenan dan Qia membuka matanya. Mereka masih belum mengubah posisi mereka sampai suara deheman dari dokter yang masuk bersama dokter membuat Kenan menegakkan tubuhnya kemudian ia membalikan tubunya begitu pun dengan Qia yang juga mebalikkan tubuhnya.     

"Sepertinya keadaan ibu Ananta sudah baik-baik saja," ucap dokter seraya tersenyum.     

Qia hanya tersenyum kikuk saja menaggapinya. "Kita periksa dulu yuk bu, kondisi ibu," ucap Dokter seraya tersenyum.     

Qia pun mengangguk kemudian melangkah ke arah tempat tidurnya. Kenan mambantu Qia mendorong tiang infusnya. Dokter pun meulai memeriksa ke adaan Qia yang sudah baik-baik saja. Hanya saja, Qia tetap harus istirahat setidaknya sehari saja. Untuk pulang, Qia sudah di izinkan pulang oleh dokter.     

Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter Qia pun langsung meminta tolong Kenan untuk mengurus kepulangannya. "Ambil atm ku kak, untuk bayar biaya rumah sakit," ucap Qia ketika Kenan akan membalikkan tubuhnya untuk keluar dari kamar.     

"Kamu meremehkan uang calon suamimu?" tanya Kenan dengan wajah tidak sukanya.     

"Bukan gitu kak, tapi—"     

"Udah ya, aku enggak mau denger alasan apapun. Sekarang kamu tanggung jawabku sepenuhnya. Udah, aku mau ke bagian administrasi dulu buat ngurus semuanya," ucap Kenan kemudian ia membalikkan tubunya dan melangkahkan kakinya ke luar ruang rawat untuk ke bagian administrasi.     

TBC….     

YUHUU… BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YUK GUYS… HEHEHEHE     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.