Menikah dengan Mantan

Bab 104 \"PERASAAN YANG TIDAK DI KETAHUI\"



Bab 104 \"PERASAAN YANG TIDAK DI KETAHUI\"

0Hai... hula hula... JANGAN BOSEN" SAMA INI CERITA YA GUYS...     

BTW, MOHON MAAF AKU BELUM SEMPAT CEK TYPO DLL... OTAKKU LAGI MACET, JADI HARUS NULIS, NULIE, NULIE DULU. MAAF YA...     

HAPP READING....     

Perlahan Raka membuka matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan padangannya. Hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit appartementnya. Ia pun mendudukkan tubuhnya dan menatap ruangan dengan wajah bantalnya.     

Ia memegang selimut kemudian melihat ke belakang ada bantal yang tadi ia gunakan untuk tidur. "Siapa yang melakukannya?" tanya Raka entah pada siapa karena nyatanya tidak ada orang sama sekali di apprtementnya.     

Ia tidak begitu mengingat apakah tadi malam ada orang lain selain dirinya di appartement. Ia pun bangun kemudian merapihkan tempat yang ia tiduri. Setelah itu ia berjalan ke arah dapur untuk membuat teh hangat. Hari ini hari minggu jadi dia tidak terburu-buru untuk pergi ke kantor. Matanya melihat ada makanan di atas meja membuatnya mengernyitkan dahinya. "Apa Chika ke sini?" tanyanya entah pada siapa.     

"Tapi, seertinya enggak mungkin dia ke sini. Ada papanya di rumah, jadi dia tidak mungkin ke sini," jawabnya sambil menggaruk pipinya yang gatal.     

Raka pun menghendikkan bahunya acuh tak acuh kemudian ia melanjutkan jalannya ke dapur.Ia mengambul teko air panas dan mengusinya dengan air kemudian memasak air untuk membuat teh. Sambil menunggu air mendidih ia pun meracik minumannya. Ia yang fokus dengan minumannya tidak menyadari kehadiran seseorang yang berjalan ke meja makan. "Akhirnya bangun juga lo" ucap orang itu yang tidak lain adalah Chika.     

Raka terperanjat kaget mendengar pertanyaan Chika karena ia pikir tidak ada orag lain selain dirinya. "Lo kok, di sini?" tanya Raka heran seraya menatap Chika.     

"Kenapa? Bukannya gua bebas ke sini kapan aja? Itu kan yang pernah lo bilang," jawab Chika menatap malas Raka.     

"Bukan gitu maksud gua, bukannya bokap lo di sini. Jadi, lo harusnya di rumah, 'kan?" tanya Raka menatap intens Chika.     

"Gua enggak mau otak gua tertekan dan Scarlett ngendaliin diri gua," jawab Chika.     

"Hum, baguslah kalau lo udah bisa ngendaliin diri lo sendiri. Berati lo enggak akan butuh gua lagi," ucap Raka seraya menuangkan air ke dalam gelas yang sudah ia racik teh.     

Chika menatap Raka dengan tatapan yang tidak tahu apa artinya. Entan kenapa mendengar ucapam Raka hetinya menolak. Raka berjalan ke meja makan seraya mengaduk tehnya dan hal itu tidak lepas dari pandangan Chika. Kini Raka sudah duduk di meja dan menatap Chika. "Kenapa?" tanya Raka karena melihat raut wajah Chika yang seperti itu.     

"Enggak," jawab Chika kemudian memalingkan wajahnya menatap yang lain.     

"Iya, iya gua tahu kok, gua ganteng kayak oppa-oppa korea. Jadinya kamu ngelihatnya sampai terpesona," ucap Raka yang menggoda Chika seraya terkekeh.     

"Dih, PeDe amata lo!" Seru Chika yang menatap malas Raka tetapi lain di mulut lain di detak jantungnya saat ini tidak karuan. Padahal perkataan Raka itu menyombongkan dirinya yang tampan, bukan menyebut dirinya yang cantik tetapi, perkataan itu mampu membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Karena apa yang di katakan Raka memang benar jika Raka itu tampan.     

Chika langsung berdiri dari kursinya kemudian pergi dari sana. Ia tidak tahan lama-lama duduk di dekat Raka membuat jantungnya berdetak tidak karuan dan wajahnya ini sudah memanas. "Mau kemana?"     

"Mau jalan-jalan!" ketus Chika.     

"Jalan-jalan kok, ke kamar?" tanya Raka membuat Chika menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap Raka.     

"Oh, jadi enggak apa-apa nih, gua jalan-jalan pakai baju ini? Oke deh, kalau gitu gua jalan-jalan pakai baju ini," ucap Chika kemudian ia melangkah ke ruangan televisi untuk mengambil tasnya yang ia letakkan di samping televisi.     

Raka memperhatikan apa yang di pakai Chika, sebuah kemeja panjang miliknya berwarna putih, dan celana pendek di dalamnya. "Tunggu," ucap Raka ketika sadar bahwa celana pendek yang di pakai Chika adalah celana pendek miliknya.     

"Chika, tunggu. Lo enggak boleh pergi!" teriak Raka dan dengan cepat ia berdiri dari duduknya.     

Karena ia yang terburu-buru, tanpa sengaja Raka malah tersandung kaki meja dan jatuh membuat kegaduhan di ruang makan. Apa lagi tangannya tanpa sengaja menarik gelas tehnya yang masih panas. "Aa!' teriaknya ketika tersiram air panas.     

Mendengar teriakan Raka, Chika pun segera menghampiri Raka seraya berlari. "Raka," ucapnya dengan mata yang membulat melihat Raka yang di lantai dengan bajunya yang basah terkena siraman teh panas.     

Chika berjongkok di samping Raka, "buka bajumu," ucap Chika dengan wajah paniknya.     

Chika pun segera membantu Raka melepaskan pakaian Raka. Untung saja teh itu walau panas tidak sepanas ketika baru saja matang. Terlihat memar merah di dada Raka. "Kamu ada salep untuk luka bakar enggak?" tanya Chika dengan raut wajahnya yang masih terlihat khawatir.     

"Ada di kotak obat," jawab Raka.     

Chika pun segera berdiri dan mengambil kotak obat yang terletak di samping televisi. Raka bangun kemudian ia berjalan ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Ia mambasuh dadanya yang memerah itu dengan air. Chika mengernyitkan dahinya karena tidak melihat Raka.     

Ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi di dekat dapur. Chika punberhenti khawatir, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil air mineral.     

Raka ke luar dari kamar mandi dan Chika pun menolehkan kepalanya melihat Raka yang keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Air menetes dari rambutnya yang masih basah. Ternyata Raka malah mandi bukan hanya mengusap dadanya dengan air.     

Chika terus meneguk air mineralnya hingga tanpa sadar gelas itu kosong. Raka berjalan mendekat me arah Chika yang terdiam dengan posisi ia masih menegak air di dalam gelas kosongnya. Raka mengambilnya membuat Chika tersadar dari rasa terpesonanya pada Raka.     

Raka kemudian meletakkan gelasnya di atas meja dapur kemudian ia meraih satu tangan Chika kemudian meletakkan ke kepalanya yang ia letakkan handuk supaya di keringkan.     

Chika pun menggerakkan tangannya untuk mengeringkan rambut Raka. Raka membungkukkan tubuhnya supaya Chika dengan mudah mengeringkan rambutnya. Selagi Chika mengeringkan rambutnya tangan Raka dengan nakal membuka kancing kemeja yang di kenakan Chika.     

"Tangan!" peringat Chika masih dengan tangannya yang mengeringkan rambut Raka.     

Raka tidak mempedulikan peringatan Chika, tangannya dengan terampil kini mengusap melon Chika yang tidak terbungkus bra sama sekali. Chika menghentikan gerakannya kemudian mencengkram rambut Raka.     

Raka menghentikan gerakan tangannya, kemudian ia memegag tangang Chika dan mengalungkannya ke lehernya. Raka mendekatkan wajahnya ke wajah Qia. Hembusan napas mereka menyapa hangat wajah lawan mereka. Perlahan Raka memperpendek jaraknya dan bibir mereka sudah saling bertemu.     

Raka memagut lembut bibir Chika. Chika pun membalas pagutan bibir Raka. Pelukan Chika mengerat di leher Raka kemudian Raka mengangkat tubuh Chika. Ia mendudukkan tubuh Chika di atas meja makan.     

Ciuman mereka berhenti dan kini mereka pun saling menatap. "Di atas sini sepertinya seru," ucap Raka serwya tersenyum.     

Chika melingkarkan kakinya ke pinggang Raka. "Kita, coba," ucap Chika tersenyum menggoda.     

TBC....     

Yo yo yo... panas panas panas Chika yang anteng bisa begini ya. Wkwkwk.. Yuks lah ramaikan koment dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.