Menikah dengan Mantan

Bab 111 \"MENGHINDAR\"



Bab 111 \"MENGHINDAR\"

1YEY... UP LAGI... MAAF YA GUYS... KALAU TYPK SEMAKIN BETEBARAN. AKU BELUM SEMPAT NGETIK JADI INI HABIS NGETIK LANGSUNG PUBLISH, MAAF YA... KALAU MEMBUAT KALIAN ENGGAK NYAMAN.     

HAPPY READING.....     

Hari ini hari pertama Qia bekerja. Kenan mengantarkan Qia langsung ke ruangan Raka berada. Ia menunggu Raka cukup lama bersama Qia di ruangan Raka. "Kenapa jam segini Raka belum datang?" tanya Kenan seraya melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.     

"Kak Ken kalau buru-buru lebih baik kakak ke kantor saja, biar aku menunggu Bang Raka di sini," ucap Qia.     

Kenan menatap Qia dengan ragu, apa iya dia haruas meninggalkan Qia di sini sendiri? Bagaimana jika Raka tidak datang karena ia malas bertemu Qia yang statusnya adala tunangan dari mantan kekasihnya.     

"Kak, Ken," ucap Qia seraya memegang lengan Kenan membuat Kenan sedikit tersentak kaget dari lamunannya.     

"Iya, ada apa?" tanyanya kini menatap Qia.     

"Kak Ken berangkat kerja aja, Qia bener enggak apa-apa di tinggal disini. Kalau memang nanti ada apa-apa, Qia pasti hubungin kakak."     

Kenan masih berpikir seraya menatap Qia serius. Ia pun menghela napasnya sebelum menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan ke kantor. Tapi ingay ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Dan kalau sempat kita nanti makan siang bersama," ucap Kenan seraya mengusap-usapa puncak kepala Qia.     

"Hum," jawab Qia seraya tersenyum menampilkan deretam giginya.     

Kenan pun berdiri dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya ke luar dari kantor. Kenan pun kini sudah meninggalkan area parkir. Tanpa di sadari Kenan, Raka sebenarnya ada di area parkir. Ia yang melihat mobil Kenan terparkir di halaman parkir akhirnya menunggu Kenan ke luar.     

Ia tidak mau bertemu dengan Kenan iti sebabnya ia memilih menunggu Kenan di dalam mobil sampai Kenan pergi dari kantor yang ia pimpin. Raka ke luar dari mobil, tidal lupa ia mematikan mesin mobilnya.     

Dengan langkah pasti ia pun memasuki gedung perusahaan yang ia pimpin. Wajah Raka yang biasanya selalu tersenyum, kini hanya ada wajah murung yanh bisa di lihat para karyawannya. Terhitung semenjak terakhir kali Kenan datang ke perusahaan dan bertemu Raka, itiluh terakhir kalinya para karyawan melihat wajah ceria Raka.     

Mereka berpikir jika Raka di berhentikan menjadi CEO perusahaan itu sebabnya wajah Raka murung. Namun, sepertinya Raka tidak mungkin di pecat karena Raka tidak pernah membuat kesalahan. Mereka semua banyak yang bertanya-tanya kemana senyuman manis pimpinan mereka.     

Raka masuk ke ruangannya, ia tidak menyadari jika di ruangannya ada Qia. "Selamay pagi pak Raka," sapa Qia yang berdiri dari duduknya dan tersenyum ramah pada Qia.     

Raka terperanjat kaget seraya memegangi dadanya karena ia begitu terkejut. Qia yang melihatnya langsung menatap malas Raka. "Sejak kapan kamu di sini?" tanya Raka yang masih memegangi jantungnya yang berdetak cepat.     

"Sekitar 1 setengah jam saya sudah di sini, pak," jawab Qia seraya tersenyum.     

Raka tidak berkata apapun, ia pun berjalan ke arah meja kerjanya kemudian meletakkan tas kerjanya di sana. Ia melepaskan dasinya dan meletakkan dasinya di atas meja. Kemudiam ia membuka satu kancing teratas kemejanya. Ia pun menggulung lengan kemeja panjangnya hingga sebatas siku.     

Raka kemudian berjalan mengahmpiri Qia yang masih setia berdiri. Raka memperhatikan pakaian yang di pakai Qia dari ujung kaki sampai bawah. Qia memakai celana bahan berwarna hitam, kemeja yang di balut blezer hitam dan rambutnha di cepol. Pakaian itu terlalu formal menurut Raka.     

"Duduklah Qi," ucap Raka mempersilahkan Qia duduk dan ia pun juga duduk di single sofa.     

"Maaf ya, kalau udah nunggu lama," ucap Raka seraya tersenyum.     

"Iya, pak, tidak apa-apa."     

"Panggil aku seperti biasanya saja Qi, jika kita hanya berdua saja," ucap Raka masih dengan senyumannya.     

"Oke, hari ini kamu udah mulai bekerja sebagai asistenku. Dan untuk sementara kamu duduk di sofa ini ya, Qi. Kenan memberitahukan padaku begitu dadakan, jadi aku belum menyiapkan ruangan untuk kamu," ucap Raka denhan suara lembut.     

"Iya, pak. Eh, maksudnya bang. Enggak apa-apa."     

"Oh, iya. Untuk kedepannya kami pakailah pakaoan yang nyaman untuk kamu. Enggak perlu se formal ini kalau di kantor ini. Semua karyawan bebas mau pakai pakaian apa. Yang terpenting pakaiannya sopan saja dan pantas untuk bekerja. Jangam nanti kerja pakai celama kolor atau bikini, apalagi linggerie," ucap Raka kemudiam terkekeh.     

"Apaan deh, bang. Masa kerja pakai lingerie," ucap Qia yang ikut tertawa seraya menggelengkan kepalanya.     

Mana ada orang bekerja menggunakan lingerie, memangnya ia bekerja sebagai wanita yang menjajakam tubuhnya? Bukan, kan. Jadi, ucapan Raka benar-benar aneh.     

"Adalah orang yang bekerja pakai linggerie," ucap Raka masih terkekeh.     

"Apa? PeSek?" tanya Qia menatao malas Raka.     

"Nah, itu tahu. Hahahaah," Raka tertawa lebar, padahal ia tadi hanya terkekeh.     

Qia memutar malas bola matanya melihat Raka yang tertawa puas seperti itu. Dan Raka semakin tertawa melihat ekspresi Qia. Entahlah, ekspresi Qia seperti itu menurutnya sangat lucu.     

Raka pun menghentikan tawanya kemudian menatap serius Qia. "Hari ini kita akan bertemu klient dan kamulah yang nanti mempresentasikan hasil design yang sudah aku buat, sekaligus kamu buat. Sebenarnya kamu sih, yang buat. Hanya saja ada beberapa bagian yanh perlu di ubah."     

"Aku yang presentasi Bang?" tanya Qia seraya menunjuk dirinya sendiri.     

"Iya, apa ada masalah?" tanya Raka mengernyitkan dahinya.     

"Aku enggak pernah presentasi di depan klient. Bisa-bisa kilent enggak mau pakek Bang," ucap Qia dengan wajah frustasi.     

Ia sudah sangat frustasi mendengar dirinya yanh harua presentasi. Setiap kali mendengar kata presentasi rasanya Qia sudah menjadi frustasi. "Kita nanti belajar. Lagi pula, sebagai asisten ku, kamu harus bisa memback-up semua pekerjaanku. Dan salah satunya adalah mempresentasikan design interior kita ke klient yang akan menggunakan jasa kita."     

"Jam berapa presentasinya bang?" tanya Qia serius.     

"Pukul 11 siang ini," jawab Raka seraya berdiri dari duduk.     

"Apa bang? Jam 11 siang?" tanya Qia begitu terkejut.     

"Iya," jawab Raka singkat seraya berjalan ke arah meja kerjanya.     

Ia mengambil laptop yang ia letakkan di tas kerjanya kemudian berjalan kembali ke meja sofa. Ia duduk di tempatnya tadi kemudian menghidupkan laptonya.     

"Bang, seriusan nih, harus pakek banget Qia yang presentasi?" tanya Qia dengan wajahnya yang seperti masih belum percaya jika dia yang harus mepresntasikannya.     

"Hum," jawab Raka yang hanya begumam saja.     

Qia pun mendengkus kesal seraya memanyunkan binirnya karena merasa kesal atas keputusan Raka. Namun, keputasan itu adalah mutlak. Walaupun ia memanggil Raka bang ketika mereka hanya berdua. Tetapi keputusan pimpinan tidak bisa di rubah sama sekali. Suka tidak suka Qia hanya bisa menerimanya begitu saja.     

TBC....     

YO YO YO... RAMAIKAM KOMENT DAM POWER STONENYA YA GUYS...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.