Menikah dengan Mantan

Bab 122 \"PEMIKIRAN NEGATIF\"



Bab 122 \"PEMIKIRAN NEGATIF\"

0YUHUU... BALIK LAGI GUYS... WEHEHEH...     

YUKS RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS...     

HAPPY READING....     

Kenan sudah sampai di dekat perusahaan Qia bekerja. Ia tidak masuk ke area kantor karena ia ingat apa yang harus ia lakukan jika Qia sedang marah. Kenan yang terlihat cuek pun nyatanya bisa mengingat baik pekataan Qia. Namun, ia bisa dengan mudah melupakan Qia ketika dirinya jauh dari Qia. Apa nama hubungan mereka jika Kenan mudah melupakan Qia tetapi ia masih mengingat apa saja tentang Qia. Di balik sifat cueknya ia memperhatikan Qia.     

Kenan melihat Qia yang ke luar gerbang kantor. Ia melihat mobil Raka berhenti di dekat Qia. Entah apa yang mereka bicarakan tetapi Qia tersenyum. Setelah itu Raka melajukan mobilnya dan tidak lupa mengklakson sebelum ia benar-benar pergi. Qia melambaikan tangannya seraya tersenyum dan tentu saja hal itu membuat Kenan merasa kesal hingga ia mencengkram stir mobilnya kuat hingga urat-urat nadinya terlihat.     

Qia melangkahkan kakinya untuk berjalan ke halte bus, Kenan pun mengikuti Qia dengan jarak yang agak jauh supaya ia tidak ketahuan jika sedang mengikuti Qia. Walau jauh Kenan bisa melihat wajah Qia yang sedang menunggu bus datang dengan wajah yang begitu dingin. Ketika bus datang Qia pun masuk masih dengan wajah yang begitu dingin.     

Kenan mengikuti bus yang membawa Qia, ia mau Qia sampai di kosan dengan selamat. Kemarin ia sedang ada pekerjaan sehingga ia tidak bisa menjemput Qia. Ketika pulang ia menghubungi Qi tetapi Qia tidak menjawab. Ia pun kemudian pergi ke kosan Qia dan Qia tidak ada di kosan. Tentu saja, segala pemikiran buruk itu muncul dalam benaknya.     

Ia berpikir jika Qia pergi bersama pria lain dan meninggalkannya. Sama seperti ibunya yang meninggalkan papanya dan meninggalkan dirinya kemudian menikah dengan pria lain. Itu yang ada di dalam benak Kenan setiap kali Qia bersama pria. Ia tidak mau seperti papanya yang di tinggalkan mamanya dan menikah lagi.     

Kenan terus mengikuti kemana bus itu membawa Qia. Ia mengernyitkan dahinya ketika mobio bus itu tidak mengarah jalan ke rumah Qia. "Mau pergi kemana dia?" tanya Kenan entah pada siapa.     

Ia mulai mencurigai Qia lagi. Apakah Qia akan bertemu Janu atau mungkin pria lain. Kenan terua membututi bus itu hingga akhirnya bus itu berhenti di sebuah halte. Kenan masih bingung kemana Qia akan pergi.     

Ia kemudian melihat Qia seperti menunggu seseorang. Sebuah sepedah motor berhenti tepat di depan Qia. Orang itu memakai jaket dan helem yang menandakan jika dia seorang ojek online. Qia menerima helem itu kemudian ia pun naik ke motor. Kenan pun masih mengikuti Qia dan semakin mengernyitkan dahinya ketika sadar jika Qia menuju ke arah rumah Kakek Kenan.     

"Apa yang ingin dia lakukan di sini?" tanya Kenan masih bingung apa yang Qia inginkan dengan menuju rumah kakeknya.     

"Apa mungkin ada seseorang yang ingin dia temui?" Kenan bertanya lagi yang entah pada siapa. Hanya ada sebuah pemikiran negatif di dalam benaknya kenapa Qia berada di daerah rumah Kakeknya.     

Segela pemikiran negatif itu semakin menjadi kala Qia berhenti di depan rumahnya kemudian Qia masuk ke rumah Kakek. "Mau apa dia ke sini? Apa dia mau menemui Kakek? atau--" Kenan menghentikan ucapannya dan menatap intens Qia yang sudah masuk ke dalam gerbang rumahnya.     

Kenan pun menghentikan mobilnya tepat di sebrang rumah kakek supaya ia bisa melihat ke adaan di dalam rumah. Qia tersenyum ramah pada Zevan kemudian mereka masuk ke rumah bersamaan. Kenan meradang melihatnya. Amarahnya yang ia coba taha kini sudah ada di ujung tanduk.     

Ia pun langsung menjalankan mobilnya untuk masuk ke halaman rumah kakeknya. Ia segera mematikan mesin mobilnya kemudian ke luar dari mobil. Dengan langkah panjangnya ia pun melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke rumah. Wajah Kenan sangatlah menyeramkan kali ini. Wajah penuh amarah yang membara yang jika saja ia bisa mengeluarkan api maka kini tubuhnya di penuhi api yang sedang berkobar karena kemarahannya.     

Tanpa mengucapkan salam apapun, Kenan langsung masuk ke rumah begiti saja. Ia langsung mencari keberadaan Qia.     

"Qia di mana Kek?" tanya Kenan dengan suara dinginnya menatap Kakek dengan tatapan marahnya.     

"Qia sedang di dapur membantu Revi, ada apa?"     

Kenan mengernyiykan dahinya memdengar jawaban Kakeknya. "Di dapur? Bersama tante Revi?" tanya Kenan yang kini raut wajahnya sudah sedikit lebiu tenang tidak seperti sebelumnya.     

"Iya," jawab Kakek singkat.     

Kenan pun langsung pergi ke dapur untuk mengecek sendiri apa benar Qia sedang di dapur bersama Revi. Belum spai di dapur, ia melihat Qia yang sedang meletakkan sayur di atas meja makan. Kenan pun terdiam di tempatnya dan hanya menatap Qia tanpa mau mendekat ke arah Qia.     

Qia yang memang tidak menyadari kehadiran Kwnan pun kembali ke dapur untuk mengambil beberapa menu makanan lagi. Kenan pun mengikuti langkah Qia ke dapur dan menatap Qia yang sedang berbicara dengan Revi.     

"Kenan," panggil Revi ketika menyadari Kenan ada di sana.     

Tubuh Qia tiba-tiba saja menegang karena di belakangnya ada Kenan. Entahlah, awalnya ia sendiri yang memantapkam diri untuk bertemu Kenan dan meinta maaf. Namun, mendengar panggilan Revi pada Kenan ia menjadi takut dan kini jantungnya berdegup tidak karuan.     

"Apa ada yang bisa tante bantu?" tanya Revi menatap Kenan seraya tersenyum hangat.     

Tanpa menjawab, Kenan membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan dapur. Ia sendiri tidak tahu harua berkata apa, jadi Kenan memilih diam tidak menjawab. Ia sendiri juga bingung menghadapi Qia jika mereka bertemu pandang.     

Kenan berjalan ke arah kamarnya, dengan raut wajah datarnya ia menaiki tangga menuju lantai dua. Sampai di dalam kamar Kenan segera menarik napasnya sebanyak mungkin. Ia tadi menahan napasnya karena terkejut dan juta bingung jika harus menghadapi Qia.     

Dan di kamar ini ia pun menarik napasnya dalam-dalam untuk mengisi pasokan oksigen ke dalam paru-parunya. Setelah di rasa pasokan oksigennya sudah memenuhi paru-parunya dan memperlancar semua sistem kerja tubuhnha Kenan pun menduduknga dirinya dilantai dan menghembuskan napas lega.     

Kenan memejamkan matanya seraya menyandarkan kepalanya di daun pintu. "Kenapa aku harus begini? Kenapa aku tidak minta maaf saja," ucap Kenan seraya membuka matanya.     

Rasanya tadi ia benar-benar tidak mampu berkata pada Qia. Selain itu ia ingat jika Qia sedang marah ia tidak mau di ganggu dan biarkan dirinya menyendiri.     

Kenan membentur-benturkan kepalanya di daun pintu karena merasa tidak bisa apa-apa ketika calon istrinya sedang marah. Ia begitu bodoh hingga tidak mampu berkata.     

TBC.....     

YUHUU.... GIMANA GUYS SIFAT KENAN INI. KALAU MENURUT KALIAN KENAN HARUS MINTA MAAF TANPA PEDULI DENGAN QIA YANG MEMINTANYA WAKTU SENDIRI KETIKA MARAH ATAU MENGIKUTI APA MAI QIA? WEHEHHE...YUKS RAMAIKAN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.