Menikah dengan Mantan

Bab 102 \"SEPERTI BERKACA\"



Bab 102 \"SEPERTI BERKACA\"

1HAI.. HULA HULA…. JANGAN BOSEN" BACA CERITANYA YA GUYS…     

BTW" ADAYANG IKUTAN CHALLENGE KE DUA KEMARIN ENGGAK GUYS… DIMANA KALIAN HARUS BELI PRIVI+POWER STONE DAN HADIAH. KALAU ADA YANG IKUTAN, MONGGO LANGSUNG SHAT AKU KE IG : CHI_HYO_KI95 ATAU FB " ACHI HYOKI95. ATAU KALIAN BISA KOMENT DI PARAGRAF INI.     

HAPPY READING GUYS…     

Kenan sudah turun dari panggung bersama Qia, ia pun kemudian berbaur dengan para tamu yang lain. Kenan menghampiri beberapa kolega bisnisnya untuk berbas-basi dengan mereka seraya memperkenalkan Qia pada kolega bisnisnya.     

Mata Qia tidak sengaja bertemu pandang pada Janu yang sedang menatapnya sedih, ia tahu Janu menyukainya. Namun, ia pun tidak bisa memaksakan hatinya untuk menerima seseorang yang tidak ia cintai. Rasanya pasti tidak akan nyaman jika hanya satu orang saja yang mencintai. Qia pun mengalihkan padangannya pada gadis remaja yang terlihat cantik dengan gaun berwana navy yang melekat di tubuhnya.     

"Kak, aku ke sana dulu ya," ucap Qia seraya menunjuk ke arah Janu.     

Kenan tidak suka ketika arah Qia ke Janu, "Kita ke sana bersama.     

"Bapak-bapak, saya permisi dulu ya. Mau menemuia para tamu yang lain," ucap Kenan seraya tersnyum.     

"Oh, iya. Silahkan," ucap salah satu pria berbadan pendek dengan perutnya yang sedikit buncit.     

Kenan dan Qia pun pergi ke arah Janu. Ketika ia sampai di tempat, mata Kenan menatap Janu tidak suka tetapi Janu tidak memperhatikannya karena fokus Janu sekarang adalah wajah cantik Qia.     

"Hah, kamu datang Sekar" ucap QIa tersenyum menatap Sekar, gadis remaja yang tadi ia lihat.     

"Mbak udah beliin baju cantik ini, jadi enggak mungkin jika Sekar enggak datang," jawab Sekar seraya tersenyum.     

Qia pun tersenyum mendengarnya, "Apa kalian udah ambil makanannya?" tanya Qia menatap Janu, Sekar dan Fajar bergantian. Anak panti yang banyak jadi hanya mereka bertiga saja yang mewakili anak panti yang lainnya.     

Awalanya Qia hanya ingin mengundang Sekar saja, tetapi ia merasa tidak enak jika hanya Sekar yang di undang. Ia juga berterimakasih karena beberapa minggu di beri ijin tinggal di panti. Alasan Qia hanya mengundang Sekar saja karena dia dekat dengan Sekar. Ia merasa memiliki keluarga yang harus ia jaga.     

Melihat Sekar ia seperti berkaca pada dirinya sediri. Sewaktu ia berada di panti, tidak ada anak yang mengajaknya beramin, bahkan mereka menjauhi Qia. Dan apa yang di rasakan Qia di rasakan juga oleh Sekar. Hanya saja bedanya jika Qia di jauhi karena ia di anggap gila, sedangkan Sekar di jauhi karena menganggap Sekar pasti anak nakal karena orang tuanya menitipkan ke panti padahal orang tuanya masih hidup.     

Sekar pasti melakukan hal buruk hingga ia di titipkan di panti. Qia merasa kesal dengan anak-anak yang berpikir seperti itu. Tidak seharusnya mereka menjauhi Sekar hanya karea ia mungkin nakal. Rasanya Qia waktu itu ia ingin sekali memaki-maki anak-anak itu. Namun, ia urungkan ketika otaknya segera berfungsi.     

Ia langsung bepikir, jika ia melakukan semua itu apa yang akan dia dapatkan. Mungkin anak-anak akan mau bermain dengan Sekar tetapi mereka hanya melakukannya karena terpaksa bukan karena memang mereka tulus ingin bermain bersama. Pertemanan yang hanya karena terpaksa nantinya akan sakit karena di depan kita orang itu baik, tetapi di belakang kita orang itu membicarakan kita. Rasanya sakit di sepert itukan.     

Qia pun mulai mendekati Sekar kemudian ia pun membuat Sekar nyaman padanya sehingga ia pun kini dekat dengan Sekar. Kini ia menganggap Sekar sebagai adiknya. "Udah, ayok. Makan dulu, jangan duduk aja di sini" ucap Qia kemudian ia menarik tangan Sekaran dan juga Fajar.     

Selain Sekar ia pun juga dekat dengan Fajar, lebih tepatnya Fajar yang mendekat ke Qia. Qia sendiri tidak tahu kenapa Fajar mendekatinya. Jika di tanya Fajar hanya suka dengan Qia membuat Qia menjadi kesal sendiri jika mengingatnya.     

Janu dan mengikuti langkah Qia dan anak-anak di belakangnya. Kenan pun tidak mau kalah, ia pun mengikuti Qia di belakangnya. Kini mereka sudaj berdiri di stan makanan ringan. "Kalian mau ngambil cemilan, atau mau makan nasi dulu?" tanya Qia menatap Fajar dan Sekar bergantian.     

"Cwmilan mbak," jawab Sekar.     

"Fajar, mau cemilan apa makan nasi?" tanyanya kini menatap Fajar.     

"Cemilan mbak."     

"Oke deh, yuk kita ambil cemilan" ucap Qia kemudian ia pun mengambilkan piring dan memberikannya pada Sekar dan juga Fajar.     

Qia membantu mengambilkan apa yang mereka mau sedangkan Janu hanya diam meperhatikan gerakan Qia yang begitu luwes membantu Fajar dan Sekar bergantian. Apa lagi melihat senyuman Qia, ia semakin tidak bisa melepaskan pandanganya barang sedetikpun. Ia seperti tidak punya waktu lain untuk memandangi Qia.     

"Pak, Kenan," sapa seorang pria yang berusia sekitar 40 tahun dengan seorang wanita yang terlihat masih muda, tubuhnya tidak langsing dan usia wanita itu sekitar 30 tahunan lebih.     

"Ah, pak Danu. Ada apa ya?" tanya Kenan menatap Pak Danu manajer Design di kantornya.     

"Saya dan istri mau mengucapkan selamat atas pertunagan bapak," ucap Danu seraya tersnyum.     

"Oh, iya. Terimakasih pak" jawab Kenan singkat.     

"Kamu—" tiba-tiba istri Pak Janu menunjuk ke arah Janu. "Sepertinya saya pernah melihatmu," ucap Vina—istri Pak Danu.     

"Dia supervisor di kantor, sudah pasti kamu pernah melihatnya," jawab Danu mentapa istrinya.     

"Hum, ia mungkin ya" jawab Vina sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Mata Vina kini menatap ke arah seseorang yang kini juga menatapnya.     

Ia membulatkan matanya ketika melihat wajah yang tidak asing. "Sekar!" ucap Vina mebuat Danu kini menatap ke arah pandangan istrinya itu tertuju.     

"Kamu ngapain disini? Kamu mau buat malu papa?" tanya Danu menatap Sekar dengan tatapan terkejutnya.     

Kenan mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Danu barusan. Kenapa pertanyaan Danu rasanya tidak enak di dengar. "Saya yang mengundang anak bapak datang ke sini," ucap Qia membuat Pak Danu dan Vina kini menatapnya.     

"Ayo Sekar, Fajar, kita kembali kemeha kita," ucapa Qia mengajak Fajar dan Sekar pergi dari sana.     

Pak Danu menatap Qia dengan pandangan mata yang tidak dapat di artikan. "Pak Danu dan istri silahkan menikmati makanan-makanannya," ucap Kenan seraya tersenyum.     

"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Kenan kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk segera menyusul Qia dan anak-anak.     

Janu tanpa berucap pun ikut pergi dari sana membuat ke dua pasang suami istri hanya saling menatap satu sama lain. "Bagaimana Sekar bisa mengenal tunangan pak Kenan?" tanya Vina menatap suaminya.     

Danu hanya negghendikkan kedua bahunya sebagai jawaban karena ia sendiri tidak tahu bagaiman putrinya Sekar mengenal Qia.     

TBC..     

YEY… KOMENT BANYAKIN YUK GUYS, SUPAYA LEBIH SEMANGAT. DAN JANGAN LUPA POWER STONENYA YA GUYS… HEHEHE…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.