Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

32. Kasih Sayang



32. Kasih Sayang

0Wajahnya diterpa sinar mentari yang sudah semakin terang. Daniel menyadari waktu telah berlalu ketika dirinya duduk mengingat masa lalu. Ia pun segera berdiri kembali sembari membersihkan celananya yang sedikit kotor terkena pasir dan tanah.     

Masa lalu yang diingat olehnya membuatnya menerima beberapa hal sehingga membuat ekspresinya semakin melembut dan senyumnya menjadi lebih tulus. Ia melihat ke arah matahari lalu bergumam, "Kurasa mereka sudah bangun."     

Latihan beladiri hari ini disudahinya dengan renungan pagi. Ia berjalan masuk ke rumah, langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan keringat dan kotoran di seluruh tubuhnya.     

Ia merasa segar setelah diguyuri oleh air di pagi hari, apalagi setelah tubuh berkeringat seusai berolahraga. Ia menggunakan baju biasanya terlebih dahulu lalu berjalan ke dapur untuk memasakkan sarapan serta makan siang untuk adik-adiknya dan tamu spesialnya nanti. Namun, saat menuju ke sana, ia melihat Rika keluar dari kamar dengan wajah mengantuk. Ia segera menghampiri adik perempuan yang paling ia cintai, mengusap lembut rambutnya dan menyapa, "Selamat pagi, Rika."     

"Selamat pagi, Kak," balas Rika menyapa. Meski tangannya masih mengusap mata mengantuknya, tetapi senyum tak bisa disembunyikan dari wajahnya karena rasa senang atas perlakuan lembut kakaknya. Tak lama setelah itu, dia memeluk erat lalu meletakkan kepalanya di dada kakaknya.     

Tingkah manja adiknya membuat Daniel tersenyum lembut. Apa yang dilakukannya merupakan tindakan kecil, tetapi ia merasa senang Rika terlihat bahagia menerima perlakuannya. Ia mendekapnya ke dalam pelukan lalu mengelus lembut rambut Rika.     

Puluhan detik waktu berjalan, ia bisa merasakan napas tenang dan lembut dari adiknya. Ia segera melonggarkan sedikit pelukannya demi memperhatikan wajah adiknya. Saat melihat ekspresi menenangkan terlelap dalam buaian mimpi di wajah Rika, senyum lembut tak bisa menghilang dari wajahnya.     

Ia merasa senang dan tenang dengan kedamaian saat ini, di mana ia bisa melihat wajah lembut dan manis adiknya yang tertidur. Cukup lama ia memperhatikan adiknya, kemudian ia memutuskan untuk tidak membiarkan Rika tidur lebih lama lagi. Ia mencubit hidung mungil adiknya lalu berkata, "Jangan tidur lagi. Bangunkan Raka lalu pergi mandi. Kakak akan membuatkan sarapan untukmu dan saudaramu."     

"Baiklah," jawab Rika sembari menguap. Baru saja terlelap dalam perasaan nyaman itu membuat dia sedikit kesal ketika dibangunkan, tetapi orang yang membangunkannya adalah kakak tercinta. Jadi, dia hanya bisa menerimanya dengan enggan dan pergi membangunkan saudara kembarnya.     

"Kakak akan tidur bersamamu malam ini," ucap Daniel membujuk setelah melihat eksrepsi adiknya. Ia tidak tega melihat adiknya seperti itu.     

Seperti hilang ditelan ombak, wajah dan rasa kantuk Rika hilang sesaat setelah mendengar ucapan kakaknya. Dia berbalik dan menatap kakaknya dengan mata cerah lalu bertanya, "Benarkah?"     

"Iya. Sana, bangunkan Raka." Daniel menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya, tetapi senyum tak pernah menhilang dari wajahnya.     

Melihat Rika bergegas menuju kamar Raka, ia langsung ke dapur untuk memasak sarapan. Hari ini cukup spesial karena ia memasak untuk orang lain selain adik-adiknya sehingga ia pun membeli banyak bahan masakan kemarin.     

Ia kembali memeriksa bahan-bahan itu dan menemukan semuanya masih lengkap, mulai dari bumbu rempah, sayur, buah, dan daging masih tersedia dengan baik. Ia telah memikirkan masakan apa yang dimasak, jadi tangannya segera mengambil beberapa bahan untuk dipotong dan mulai memasaknya.     

Rika dengan seragam sekolahnya yang rapi langsung datang ke dapur saat melihat kakaknya sibuk memasak. Ada banyak masakan yang dimasak oleh kakaknya dan ini membuatnya bingung. Merasa penasaran, dia pun langsung bertanya, "Mengapa kakak masak banyak sekali makanan? Memasak untuk seseorang?"     

Daniel menoleh ke samping, menemukan Rika sedang melakukan sesuatu untuk membantunya sembari bertanya kepadanya. Ia tidak merasa ada yang perlu dirahasiakan, jadi ia langsung menjawabnya, "Benar. Kakak memasak untuk kalian sarapan dan makan siang nanti, sekaligus kakak memasak untuk orang yang membantu kakak menyelesaikan masalah beberapa waktu lalu."     

Ia telah memperhatikan bahwa Rika ingin bertanya lebih banyak lagi, tetapi ia mengenal adiknya dengan sangat baik. Ia mencubit hidung mungil Rika lagi lalu berkata, "Jangan bertanya yang bukan-bukan. Kakak ingin berterima kasih kepadanya karena membantu kakak. Tidak lebih, oke?"     

Rika tersipu dan tertawa bodoh mendengar penjelasan kakaknya. Perasaan bahagia tak bisa disembunyikan dari wajahnya karena kakaknya sangat mengerti dia. Dia berkata, "Kakak sangat mengerti diriku."     

Sementara di sisi lain, Raka berdiri diam seperti orang bodoh melihat kebersamaan kakak tertua dan saudari kembarnya. Masih mengusap rambut basahnya menggunakan handuk, ia menghela napas panjang dan berkata, "Saudariku sudah tak bisa diselamatkan lagi."     

.....     

"Selamat pagi!"     

Max dan Regi berhenti mengobrol untuk sesaat setelah mendengar seseorang menyapa mereka. Keduanya sama-sama menoleh dan menemukan Daniel tersenyum ke arah mereka. Mereka ingin membalas sapaan tersebut, tetapi perhatian teralihkan karena melihat tas Daniel yang membengkak.     

"Apa yang kau bawa sampai-sampai tasmu membesar seperti itu?" tanya Max penasaran sambil mengarahkan jarinya menunjuk tas di punggung Daniel. Sementara Regi, ia menganggukkan kepalanya, menyatakaan rasa penasaran yang sama.     

"Tasku?" Daniel menunjuk tasnya menggunakan jempol. Ia segera tersenyum dan menjawab, "Aku hanya membawa makanan."     

Mata Max berbinar saat mendengar kata sahabatnya membawa makanan. Ia masih ingat rasa masakan sahabatnya dengan jelas dan itu cukup membuatnya ngiler saat ini. Ia buru-buru menghampiri sahabatnya lalu bertanya, "Makanan ini untuk kami, 'kan?"     

"Bukan. Ini untuk orang lain," jawab Daniel dengan ekspresi datar.     

Jawaban tersebut membuat Max dan Regi terperanjat bersamaan. Sejak insiden di masa lalu, mereka sama sekali tidak pernah melihat Daniel membawakan makanan untuk orang lain selain untuk mereka dan adik-adiknya.     

Mereka saling melirik satu sama lain, kemudian sama-sama tersenyum lega. Bagi mereka, ini merupakan perubahan baik untuk Daniel sejak hari pertama masuk sekolah lalu. Perubahan ini membuat keduanya lega karena sahabat mereka perlahan keluar dari kenangan buruk masa lalu.     

Tentu saja mereka tak akan menunjukkan senyum bahagia di wajah mereka. Regi berpura-pura kecewa mendengar jawaban Daniel dan berkata, "Lihatlah, Max. Ia sudah melupakan kita. Ia lebih memilih orang lain dibandingkan kita. Aku sangat merasa sedih dan kecewa."     

"Jangan khawatir, Regi. Aku akan selalu bersamamu dan tak akan pernah meninggalkanmu seperti dirinya. Relakan saja kepergiannya," sahut Max dengan raut wajah sedihnya. Ia memeluk Regi untuk menguatkan satu sama lain.     

"Inilah alasanku tidak membuatkan kalian makanan. Aku tidak mau dicap memiliki pasangan sesama jenis seperti yang kalian lakukan," kata Daniel dengan nada jijik kepada dua sahabatnya. Ia sedikit tertawa dan segera berjalan menuju kursinya.     

Max dan Regi tentu saja tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Kalimat yang diucapkannya membuat mereka sangat marah dan bergegas 'memukuli' sahabat yang mengejek mereka.     

Sebagai korban dari 'pemukulan' ini, Daniel mencoba menghindari dan menangkisnya. Namun, jika tidak dapat ditangkis, ia berpura-pura meraung kesakitan, walaupun pukulan dari kedua sahabatnya sama sekali tidak menyakitkan.     

Mereka terus melanjutkan pertarungan sengit sembari tertawa. Namun, tawa Daniel berhenti saat melihat seorang gadis dengan gaya rambut ekor kuda memasuki kelas. Tatapannya terpaku kepada gadis tersebut untuk beberapa saat.     

Tak lagi terdengar suara tawa Daniel membuat Regi dan Max merasakan keanehan. Mereka bersama-sama melihat Daniel, kemudian melihat arah di mana Daniel memandang. Sosok wakil ketua kelasnya yang mereka temukan saat mengikuti arah Daniel memandang. Hal ini membuat mereka merasa bingung.     

Max cukup iseng melambaikan tangannya menghalangi pandangan Daniel lalu bertanya, "Ada apa denganmu?"     

"Bukan apa-apa." Daniel segera menjawab kekhawatiran dua sahabatnya setelah tersadar oleh lambaian tangan Max.     

"Apakah terjadi sesuatu seperti di masa lalu?" tanya Regi dengan ekpsresi serius. Ia telah mendorong kacamatanya ke atas menggunakan jari telunjuknya seperti karakter animasi tertentu.     

Daniel hanya menggeleng dengan senyum masam menghiasi wajahnya. Ia menepuk bahu kedua sahabatnya lalu berkata, "Datanglah ke rumahku lain kali jika ingin merasakan masakan buatanku."     

Ia segera mengambil tasnya di lantai lalu berjalan menuju kursinya setelah mengatakan itu.     

Max dan Regi sama sekali tidak mengerti mengapa ekspresi sahabatnya seperti itu. Mereka merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Daniel dari mereka.     

"Mungkin itu berkaitan dengan insiden 'itu'," bisik Regi kepada Max. Sebagai jawaban, Max mengangguk. Mereka hanya diam memperhatikan Daniel menuju kursinya.     

Sementara mereka membicarakan sesuatu, Daniel sampai di tempat duduknya. Ia menaruh tasnya dengan lembut di lantai dekat mejanya, kemudian duduk dan menayapa gadis pirang di sebelahnya. "Pagi."     

"Selamat pagi. Kamu sangat akrab sekali dengan mereka." Bella membalas sapaan lalu mengutarakan pendapatnya tentang adegan perkelahian pura-pura yang baru saja dilihatnya.     

Mendengar Bella mengatakan sesuatu tentnag hal tadi, Daniel tersenyum. Ia berkata, "Tentu. Mereka adalah teman yang sangat baik."     

"Bagaimana dengan pekerjaan rumahmu? Apakah semua tugas yang diberikan kemarin sudah kamu selesaikan?" tanyanya sekaligus mengganti topik pembicaraan.     

Saat ditanyai perihal tugas, Bella langsung mengambil salah satu buku tulis serta buku pelajaran. Buku tersebut ditunjukkannya kepada Daniel lalu berkata, "Aku masih tidak mengerti beberapa hal pada pelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada bagian ini."     

"Ini?" tanya Daniel memastikan arah yang ditunjuk oleh Bella. Setelah mendapatkan jawaban, ia lanjut berkata, "Aku akan menjelaskannya kepadamu."     

....     

Waktu berlalu dengan cepat. Jam pelajaran telah usai, disambut dengan bel istirahat yang berbunyi. Mendengar itu, guru segera keluar dari kelas setelah menutup sesi kelasnya. Sementara siswa-siswi di kelas merapikan buku mereka lalu bergantian keluar dari kelas menuju fasilitas di luar sekolah.     

Daniel masih merapikan seluruh benda di atas meja, tetapi getaran di tangan dirasakan olehnya. Ia langsung menerima notifikasi di dalam pikiran dan mengetahui bahwa Kinar mengiriminya sebuah pesan.     

Tanpa menghentikan gerakannya, ia membalas pesan tersebut melalui pikirannya. Ia dibantu oleh Lala mengirimkan pesan yang berisi bahwa ia akan segera ke sana. Setelah menerima notifikasi pesan berhasil dikirim, ia selesai merapikan barang-barangnya.     

Ia lalu mengeluarkan tas kecil berisikan wadah makanan dari masakannya dengan membawa tas plastik berisikan minuman. Saat berjalan menuju pintu kelas, ia dihentikan oleh Max.     

"Kau membawa makanan ini untuk seorang gadis cantik, 'kan?" tanya Max setelah menghentikan sahabatnya. Ia masih penasaran dengan penerima makanan masakan Daniel.     

"Ingin tahu?" tanya Daniel yang kemudian diikuti oleh anggukan cepat dari Max. Ia langsung berkata, "Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang."     

Daniel langsung pergi meninggalkan Max dan Regi setelah mengatakan itu kepada mereka. Max tak menghentikan sahabatnya lagi karena dirinya langsung serius memikirkan sesuatu di dalam pikiran.     

Regi merasa penasaran dengan interaksi dari keduanya. Ia langsung bertanya, "Apa yang ia katakan padamu?"     

"Ia menyuruhku bertanya pada rumput yang bergoyang," jawab Max serius. Ia menarik tangan Regi lalu berkata, "Ayo kita ke taman sekolah!"     

"Apa yang kita lakukan di sana?" tanya Regi. Ia merasa cukup kaget dan bingung dengan tarikan tangan yang tiba-tiba serta kalimat yang dikatakan oleh Max.     

"Kita akan bertanya kepada rumput untuk mengetahui siapa penerima masakan Daniel!" jawab Max dengan nada dan tatapan tegas.     

Urat di dahi Regi berkedut saat mendengar jawaban itu. Ia memukul pelan lengan Max lalu berkata dengan kesal, "Tidak begitu konsepnya, Bambang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.