Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

33. Di Bawah Pohon Rindang



33. Di Bawah Pohon Rindang

0Tas kecil ditenteng Daniel sembari berjalan menuju taman sekolah. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai ke taman. Hanya menggunakan waktu dua menit berjalanan kaki dari kelasnya, ia sudah bisa melihat pemandangan pepohonan di taman sekolah.     

Ia segera melihat seorang gadis cantik berkacamata sedang duduk di kursi taman saat baru saja sampai. Ia segera mengenali gadis itu dan senyuman langsung terbentuk di bibirnya. Kakinya segera melangkah lebih cepat lalu ia melambaikan tangannya sembari memanggil nama gadis itu.     

"Kinar!"     

Suaranya memanggil seseorang cukup keras hingga beberapa murid menoleh kepadanya, termasuk gadis yang dipanggilnya. Ia yang sudah terbiasa oleh tatapan tak mengenakan dari orang lain mengabaikan tatapan barusan, pandangannya hanya terfokus pada gadis itu karena sebuah senyuman balasan terukir baik di wajahnya.     

Gadis itu- Kinar, berdiri dari kursi, melabaikan tangan kepada Daniel lalu berjalan menghampiri sosok adik kelasnya dengan menenteng tas kain berbentuk kotak di tangan kirinya. Setelah sampai, matanya fokus menatap tas kecil yang dibawa oleh adik kelasnya tersebut dan itu membuat senyumannya semakin mekar. Dia berkata, "Aku tidak menyangka kamu membawa banyak makanan untuk hari ini."     

"Aku akan membawamu ke tempat terbaik untuk menyantap makanan enak," lanjutnya sembari memimpin jalan.     

Anggukan adalah tanda persetujuan Daniel. Ia berjalan di samping kakak kelasnya dan berkata, "Untuk mengungkapkan rasa terima kasihku atas bantuanmu, masakan ini masih belum seberapa. Namun, kuharap kamu menyukainya."     

"Kuharap kamu juga menyukai masakanku," balas Kinar sembari mengangkat tangan kirinya, menunjukkan tas kain yang dibawa.     

Mereka berjalan sambil mengobrolkan sesuatu hingga akhirnya sampai di depan meja dan kursi di bawah pohon rindang. Kinar menarik tangan Daniel, menuntun ke arah meja yang telah dipilihnya yang kosong tanpa ada seorang pun duduk di sana. Dia berkata, "Aku memilih tempat ini. Di sini terasa teduh dan sejuk. Cocok untuk tempat makan bersama, 'kan?"     

Daniel mengangguk mendengarkan perkataan Kinar. Embusan angin sejuk saat cuaca cerah di bawah pohon rindang ini membuatnya merasa tenang, sejuk, nyaman, dan damai.     

"Kamu sangat pandai memilih tempat," ujar Daniel memuji kakak kelasnya. Ia melihat sekelilingnya lalu berkata, "Aku tidak menyangka sekolah memiliki taman sebagus ini. Kurasa aku harus lebih sering keluar kelas saat istirahat."     

Tawa Kinar terdengar saat ia selesai berbicara. Ia tidak merasa kesal ataupun marah, hanya senyum yang tampil di wajahnya karena ia merasa perilakunya cukup lucu saat melihat pemandangan di taman ini.     

Ia mengeluarkan rantang dari tas kecilnya, menaruh satu per satu bagian rantang dan piring kertas di depannya. Tak lupa ia menaruh minuman air mineral dan jus buah yang dibelinya sewaktu berangkat sekolah tadi pagi.     

Selain dirinya, kakak kelasnya juga membuka dan menghidangkan hasil masakan dan menaruhnya di sana. Tampak rapi dan menarik penataan makanan dari kakak kelasnya pada kotak makan siang itu. Ia dan Kinar saling mengambil makanan satu sama lain, kemudian menyantapnya bersama.     

Kinar tersenyum gembira saat merasakan makanan yang begitu enak dan cocok di lidahnya. Namun, dia menghela napas karena tak sengaja memikirkan pekerjaan osis yang sibuk. Ia pun mengeluh dengan berkata, "Pekerjaan di osis sangat banyak, apalagi untukku sebagai Ketua Osis. Selain itu, sekolah kita akan mengadakan perayaan menyambut hari kemerdekaan di bulan ini dan akan ada banyak lomba yang diselenggarakan. Untuk hal tersebut, aku dan petugas osis beserta guru melakukan rapat sejak pekan kemarin. Mulai dari menentukan anggaran, jenis lomba, upacara kemerdekaan, dan banyak lainnya. Aku hampir selalu pulang sore demi berjalannya lomba dengan lancar...."     

Kinar terus menceritakan keluhan kesibukannya di osis dan Daniel merasa tertarik mendengarnya. Ia tak memotong cerita kakak kelasnya, terus mendengarkan sembari mengantar makanan ke mulutnya.     

Awalnya Kinar tidak merasakan keanehan saat bercerita, dia melanjutkan ceritanya seperti biasa. Namun, lambat laun dia merasa ada sesuatu yang salah. Sejak awal bercerita, dia sama sekali tidak mendengar tanggapan ataupun respon dari adik kelasnya. Dia segera mendongak dan melihat adik kelasnya sedang menyuap makanan lalu tersenyum kepadanya tanpa mengatakan sepatah kata pun.     

Senyum itu terasa menyebalkan baginya saat ini. Dia langsunh berhenti bercerita lalu memalingkan wajahnya ke samping. Tak ada kata-kata lagi keluar dari mulutnya, hanya memakan hidangan di depannya dengan lahap.     

Tingkah Kinar tersebut membuat Daniel geli dan ia tertawa karena merasa sikap kakak kelasnya seperti adiknya di rumah. Penampilan Kinar saat ini berbeda jauh dengan penampilan biasanya. Baginya, ini sisi lucu dari gadis cantik di depannya.     

Ia tak bisa terlalu lama tertawa karena Kinar akan benar-benar merajuk nantinya. Ia tersenyum tulus lalu menundukkan kepalanya dan berkata, "Maafkan aku. Aku hanya tersenyum melihatmu bercerita dan mengeluh seperti itu."     

"Seluruh cerita keluhanmu kudengarkan dengan baik, seperti aku mendengarkan penjelasan dari guru. Sejak awal kamu bercerita, aku terbawa oleh emosi karakter dan plotnya yang begitu menakjubkan. Ceritamu benar-benar bagus!" lanjutnya menjelaskan seraya menahan tawa.     

"Ih, kamu sangat menyebalkan!" Kinar manyun mendengar perkataan Daniel, tetapi kemudian kembali tersenyum saat memalingkam mukanya sekali lagi. "Karena kamu mengatakan ceritaku bagus, aku akan melanjutkannya."     

"Kepemimpinanku dalam kepengurusan osis akan segera berakhir sebelum semester keenam-ku dimulai. Aku dan teman-teman seangkatanku akan menghadapi berbagai macam les tambahan dan ujian di semester selanjutnya. Karena itulah kepengurusan osis di bawah kepemimpinanku akan segera berakhir. Saat kalian mengakhiri masa Praktik Kerja Industri, kalian akan dihadapkan dengan pemilihan pengurus osis baru. Tentu saja kalian memiliki waktu untuk mempersiapkannya," jelasnya mengenai kepengurusan osis.     

"Kamu tertarik menggantikan posisiku sebagai Ketua Osis? Jika itu kamu, aku merasa kamu bisa menjalankan tugas lebih baik. Kamu juga bisa menggunakan waktu sekarang untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari murid-murid di sekolah melalui prestasimu," ucapnya mengakhiri ceritanya dengan sebuah pertanyaan dan pendapatnya tentang Daniel dalam kepengurusan osis.     

"Mustahil aku melakukannya. Jika reputasi merupakan tolak ukur awal untuk pemilihan osis, maka aku telah gagal tanpa harus ikut serta. Reputasiku buruk dan itu mengakar di hati murid-murid sekolah karena kejadian masa lalu. Bahkan jika kebenarnnya terungkap, hasilnya tidak akan berubah signifikan," jawab Daniel. Mengingat masa lalu membuatnya merasa sedih tanpa disadari. Perasaan itu bisa dirasakan dari nada, tatapan, dan kalimat demi kalimat yang diucapkannya.     

Ia menggeleng lalu kembali melanjutkan, "Bahkan jika reputasiku bagus, aku masih memiliki banyak tanggung jawab di rumah. Aku harus bekerja dan juga mengurusi mereka sehingga aku tidak memiliki waktu mengikuti organisasi semacam osis. Sebagai kakak tertua, aku juga harus sesering mungkin ada di sisi mereka, menemani mereka agar tidak merasa kesepian."     

"Aku juga memikirkan tentang pendidikanku saat ini. Aku merasa aku tidak bisa belajar lagi tentang komputer di sekolah karena aku memiliki berbagai macam pengetahuan yang jauh lebih maju dari buku pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, aku berpikir untuk keluar dari sekolah dalam waktu dekat–"     

"Tidakkah menurutmu pendidikan itu sangat penting?!" Kinar segera memotong perkataan Daniel setelah mendengar keinginan adik kelasnya berhenti sekolah. "Meskipun kamu memiliki berbagai macam pengetahuan komputer, tetapi di sekolah, kamu masih memiliki banyak hal untuk dipelajari!"     

Saat mendengar keinginan adik kelasnya itu, dia berpikir bahwa pendapat Daniel tentang pendidikan melenceng. Namun, dia segera menyadari bahwa ucapannya terlalu jauh.     

Ingatan tentang kondisi di rumah Daniel kembali terputar dalam pikirannya. Tangannya langsung menutupi mulutnya setelah tak lama mengatakan itu. Dengan suara rendah dia berkata, "Maafkan aku."     

Tak ada ekspresi marah dari wajah Daniel. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan dan permintaan maaf Kinar. Tangannya melambai lalu berkata, "Tidak apa-apa. Aku mengerti kekhawatiramu dan aku senang kamu mengkhawatirkanku. Aku sangat mementingkan pendidikan, karena itulah aku lebih mementingkan pendidikan adik-adiku dibandingkan diriku sendiri."     

"Mereka tak lama lagi akan masuk ke sekolah jenjang berikutnya. Meskipun akhir-akhir ini keuangan di rumah mulai stabil dan memiliki simpanan cukup untuk keadaan darurat, tetapi aku takut itu tidak mencukupi saat mereka akan memasuki SMA nantinya. Solusi dari masalahku adalah pekerjaan full-time sehingga aku bisa memenuhi kebutuhan mereka di masa depan. Jadi, itu alasanku sebenarnya untuk berhenti sekolah. Kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku karena aku mengerti itu," lanjutnya menjelaskan.     

"Tak lama lagi bel masuk akan berbunyi. Mari kita menyimpan semuanya dulu," ucap Daniel sambil menunjuk rantang-rantang dan kotak makan siang di atas meja. Ia segera mengganti topik agar suasana tidak canggung karena hal barusan.     

Kinar cukup menyesali ucapannya, tetapi dia merasa cukup beruntung Daniel tidak marah atas ucapannya. Dia ikut merapikan dan menyimpan benda-benda di atas lalu mengambil kantong kresek tak terpakai untuk menaruh sampah-sampah mereka.     

Tak butuh lama bagi keduanya untuk mengemas rantang dan membuang sampah di atas meja. Kinar lega semuanya telah selesai dan saat ini dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu dan bingung bagaimana mengatakannya kepada Daniel.     

"Katakan saja jika kamu ingin menyampaikan sesuatu."     

Senyum serta ucapan itu membuat keraguan Kinar menghilang. Menarik napas dalam-dalam, dia berkata, "Bisakah kamu membantuku memperbaiki komputer sekolah?"     

"Tentu saja aku membayar jasamu sesuai dengan harga pasar. Juga, jika kamu sibuk, kamu bisa menolaknya," lanjutnya menjelaskan dengan cepat, takut membuat kesalahan seperti sebelumnya.     

"Tidak perlu membayar. Aku akan membantumu memperbaikinya. Kemungkinan besar aku memiliki waktu luang setelah lomba wajib yang harus kuikuti nanti, jadi aku akan mengabarimu ketika waktunya tiba," jawab Daniel.     

"Terima kasih banyak, Daniel! Aku akan menunggu kabar darimu," balas Kinar dengan perasaan senang. Senyum manisnya kembali mekar dan dia terlihat jauh lebih ceria dari sebelumnya. Ini membuat daniel ikut tersenyum ketika melihatnya.     

Kinar berjalan menjauh dari Daniel, kemudian berbalik dan berkata, "Mari makan bersama lagi di lain hari. Aku pasti akan membawa masakan yang jauh lebih baik dari masakan hari ini! Sampai nanti!"     

"Aku menantikannya," jawab Daniel sembari memperhatikan kepergian Kinar. Setelah beberapa detik berlalu, ia berjalan menuju kelasnya dengan menenteng tas kecil berisikan rantang.     

"Akhirnya aku membalas sedikit kebaikannya," gumamnya dengan senyum lega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.