Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

34. Misi Baru



34. Misi Baru

0Kembalinya Daniel di kelas disambut dengan senyuman aneh dari Max dan Regi. Hanya butuh waktu sesaat untuknya memahami maksud dari senyum mereka. Mereka kemungkinan tanpa senagaja melihatnya makan bersama dengan Kinar. Senyum itu digunakan untuk mengejeknya karena makan dengan seorang gadis cantik.     

Ia menggeleng lalu menepuk bahu mereka satu persatu dan berkata, "Jangan berpikir sejauh itu."     

Bukannya menyerah, Max semakin tersenyum lebar setelah mendengar jawaban Daniel. Ia mengangguk berkali-kali, seolah ingin menagatakan ia sangat mengerti jelas maksud dari kata-kata Daniel.     

"Sejak kapan kau berkenalan dengan Ketua Osis?" tanya Max penasaran lalu menyambungnya, "Kami pikir kau menyukai Bella."     

"Aku mengenalnya karena dia membantuku beberapa waktu lalu. Mulai saat itu kami saling kenal dan mulai mengobrol," jawab Daniel santai. "Tentu saja kami berteman, tidak lebih. Jangan memikirkan sesuatu yang tidak-tidak."     

"Sesuatu yang lebih dimulai dari sebuah hubungan pertemanan," sahut Regi ikut menggoda Daniel tentang hubungan sahabatnya itu dengan Ketua Osis sekolah.     

Bukan ekspresi marah yang muncul, melainkan ekspresi jijik tampak jelas di wajah Daniel. Ia menatap mereka dengan sedih lalu berkata, "Jika hal itu benar, bukankah kalian seharusnya berpacaran? Aku tidak percaya kalian benar-benar melakukannya."     

Senyum Max dan Regi langsung membeku. Ekspresi marah segera terlukis jelas di wajah mereka. Mereka saling memandang lalu berkata, "Ia mengejek kita lagi. Hajar!"     

Pertarungan mereka kembali terjadi. Max dan Regi saling bekerja sama menyerang Daniel sementara dirinya hanya bisa menggunakan satu tangan untuk menangkis serangan mereka karena tangan lain memegang rantang.     

Hasilnya, Daniel 'babak belur' dihajar oleh kedua sahabatnya. Ia segera mengerang kesakitan seraya menjauh dan berkata, "Kalian curang!"     

Tawa dan kebahagiaan mengiringi perkelahian sengit mereka. Ketiganya cukup menarik perhatian beberapa murid di kelas, tetapi kebanyakan dari mereka mengabaikan trio tersebut dan yang lainnya melanjutkan kesibukan mereka masing-masing.     

Berbanding terbalik dengan siswa lainnya, wakil ketua kelas sangat memperhatikan Daniel. Hana tanpa sengaja melihat Daniel berjalan bersama Kinar menuju taman sekolah ketika dia berjalan menuju toilet sekolah. Merasa penasaran, dia mulai mengikuti mereka secara diam-diam. Dia melihat mereka makan bersama dan tersenyum satu sama lain. Tak lama berselang, dia segera pergi dari sana dengan ekspresi tak nyaman di wajahnya.     

"Aku harus menjelaskan tentang insiden itu kepadanya. Kuharap ia tak membenciku dan salah memahami penjelasanku karena hal lain di masa lalu," gumamnya menatap Daniel dengan penuh tekad. Namun, tatapan itu juga mengandung rasa bersalah dan harapan.     

"Kamu mengatakan sesuatu kepadaku?" tanya gadis berambut keriting di samping Hana.     

"Tidak. Aku hanya menggumamkan hapalan rumus fisika," jawab Hana tersenyum.     

Gadis berambut keriting menyipitkan matanya, kemudian mengikuti arah tatapan Kinar. Apa yang dilihatnya semakin membuat dia semakin bingung atas sesuatu sehingga dirinya pun termenung karena memikirkan hal itu dan tak lagi menanyai temannya lagi.     

....     

Mengawali akhir pekan, Daniel dan siswa siswi lainnya sudah duduk rapi di dalam kelas. Sehari sebelumnya, ketua kelas mengumumkan tentang perayaan kemerdekaan dengan mengadakan lomba dan hari ini, hari sabtu merupakan hari pemilihan peserta untuk partisipasi lomba yang akan datang.     

Hari ini juga merupakan hari spesial karena tak akan ada pelajaran selama sepanjang kehadiran murid di sekolah. Hampir seluruh murid bergembira karena tidak belajar, termasuk Daniel sendiri. Ia gembira karena bisa tidak menghadiri kelas dan langsung pergi bekerja saja, tetapi Kinar melarangnya membolos. Walaupun waktu untuk bekerjanya telah menghilang, tetapi kakak kelasnya itu memberitahunya bahwa sekolah akan pulang lebih awal. Jadi, ia pun setuju untuk datang ke sekolah hari ini.     

Seorang guru wanita memasuki kelas dengan senyum manis nan cantik, dia menyapa semua murid di kelasnya. Murid-murid di kelas menyambut baik sapaan wali kelas sementara mereka. Sapaan dari guru cantik tersebut dibalas dengan salam yang dipimpin oleh Yudhistira.     

"Selamat pagi!" Nia kembali menyapa semua muridnya dengan riang. Ketika seisi kelas telah duduk kembali, dia mulai menjelaskan aktivitas kelas untuk hari ini.     

"Tak lama lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Sekolah kita akan mengadakan berbagai macam lomba untuk turut memeriahkan perayaan hari kemerdekaan ini. Hanya saja, kita tidak akan mengadakan terlalu banyak lomba karena keterbatasan waktu, terutama untuk kalian karena kalian akan segera menghadapi masa-masa praktek kerja langsung di bulan depan hingga akhir bulan November nanti. Jadi, ibu berharap kalian bisa menikmati dan ikut memeriahkan hari kemerdekaan ini sebelum kalian pergi praktek kerja nantinya," ujarnya menjelaskan dan mengungkapkan keinginannya untuk siswa-siswi.     

"Hari ini kita akan memilih peserta lomba. Sekolah akan mengadakan tiga jenis lomba, salah satunya adalah lomba tradisional. Untuk itu, kita akan mengawali pemilihan peserta lomba tradisioan terlebih dahulu, dimulai dari lomba balap karung," ucapnya.     

"Menurut peraturan Osis, setiap kelas wajib memiliki satu peserta dalam setiap lomba yang diadakan. Jadi, ibu harap kalian semua mengikuti setidaknya satu lomba," katanya memberikan sedikit dorongan kepada murid-muridnya. "Siapakah diantara kalian yang ingin mengikuti lomba balap karung?"     

Siswa-siswi di kelas saling menatap satu sama lain, membuat suasana kelas menjadi hening untuk beberapa detik. Tak ada satu pun dari mereka berinisiatif untuk mengajukan diri.     

Daniel tidak terlihat fokus pada penjelasan walikelasnya. Matanya saat ini terpaku pada layar biru transparan yang tiba-tiba muncul di depannya. Bibirnya langsung melengkung membentuk sebuah senyuman. Kehadiran dari benda ini telah membantunya dan ia cukup merindukan kehadirannya.     

"Misi baru telah didapatkan!"     

[Memenangkan Lomba Balap Karung]     

[Keterangan Misi : Sebagai seorang pemuda, Host harus menunjukkan semangat seorang pemuda untuk merayakan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan! Ikuti dan menangkan lomba dengan semangat muda!     

Kondisis Penyelesaian : Juara Pertama.     

Durasi : Akhir Perlombaan Balap Karung.     

Hadiah : Misterius.     

Hukuman : Tidak Ada.]     

Ia telah membaca seluruh isi misi. Keterangan misi tidak berubah sama sekali, tetap menunjukkan semangat yang berlebihan. Namun, satu hal yang membuatnya cukup kaget. Hal itu merupakan hukuman yang telah ditiadakan.     

Menurut penjelasan sistem pada saat aktivasi sistem, butuh usaha untuk mendapatkan hadiah yang disediakan oleh sistem. Beberapa misi yang diselesaikannya juga memiliki beberapa hukuman. Kali ini, misi tidak memiliki hukuman sama sekali dan juga asisten sistem yang seharusnya muncul sudah tidak pernah muncul untuk berbicara dengannya lagi.     

Meski masih meninggalkan segudang pertanyaan tentang sistem setelah cukup lama tidak muncul, ia masih memilih untuk mempercayai sistem dan menerima misi yang diberikan kepadanya.     

Ketika misi diterima, layar biru di depannya segera menghilang. Meski sedikit lama baginya untuk memahami isi dari misi tersebut dan bertanya-tanya mengenai sistem, tampaknya hanya satu orang yang mengajukan diri menjadi peserta lomba balap karung, itupun seorang siswi. Melihat ini, ia segera mengangkat tangannya dan berkata, "Bu, saya ingin mengikuti lomba ini!"     

Termasuk Nia, seluruh murid di kelas menoleh ketika mendengar Daniel mengajukan diri menjadi peserta lomba balap karung. Sebagai wali kelas, ia merasa lega Daniel mengajukan diri dan ada murid lain yang mau berpartisipasi dalam lomba ini.     

Selain Daniel dan seorang siswi lain, tak ada peserta tambahan lagi. Banyak murid lain batal mengajukan diri menjadi peserta lomba ini karena kehadiran Daniel sebagai peserta.     

Nia awalnya lega Daniel mau mengikuti lomba dibandingkan membolos seperti pada saat awal masuk sekolah, tetapi peserta lomba ini hanya sedikit karena kehadiran Daniel.     

Tak banyak hal yang bisa dilakukan oleh Nia saat ini karena masing-masing dari muridnya memiliki ketertarikan yang berbeda dan ia tak bisa memaksakan hal itu kepada mereka. Selain itu, dia ingin mereka menikmati lomba ini dibandingkan ikut lomba dengan terpaksa dan itu tidak membuat hati mereka rileks saat pergi praktik kerja nantinya.     

Untung saja kuota minimal peserta sudah terpenuhi, jadi dia tidak terlalu pusing saat melihat peserta lomba balap karung sedikit. Lomba balap karung telah selesai, dia pun mulai mencari peserta lomba berikutnya.     

Pemilihan peserta terus berlanjut pada lomba-lomba lainnya. Ada satu hal yang menarik perhatian Daniel, itu adalah partisipasi dua sahabatnya pada lomba joget balon. Ia merasa lomba ini cocok untuk mereka karena mereka sangat akrab dan mengenal satu sama lain. Jadi, itu merupakan pilihan tepat sahabatnya.     

Ia dan dua sahabatnya telah selesai mendaftarkan diri pada lomba tradisional. Ia ingin mengalihkan perhatiannya melihat pemandangan di luar kelas, tetapi perhatiannya malah teralihkan oleh Bella yang tiba-tiba bertanya kepadanya tentang perayaan ini meskipun sudah sedikit dijelaskan oleh Nia.     

"Mungkin perayaan kemerdekaan kita di sekolah saat ini mirip dengan perayaan festival olahraga di sekolahmu sebelumnya. Akan ada banyak lomba diselenggarakan dengan harapan seluruh kompenen di sekolah merayakan hari kemerdekaan dengan penuh sukacita, gembira, bersyukur dan bahagia. Ini juga sebagai bentuk syukur atas perjuangan dari para pahlawan pada masa penjajahan di masa lalu," jawab Daniel.     

Bella mengangguk paham, tetapi alisnya berkerut, tampak memikirkan sesuatu dengan serius. Tak lama berselang, dia kebingungan dan akhirnya menatap Daniel untuk meminta bantuan. Dia bertanya, "Bisakah kamu merekomendasikan lomba yang harus kuikuti?"     

Setelah mendengar pertanyaan Bella, Daniel juga mendengar wali kelasnya mengumumkan lomba tradisional selanjutnya, yaitu lomba makan kerupuk. Ia merasa Bella tertarik dan cocok mengikuti lomba ini. Jadi, ia pun merekomendasikan lomba ini kepada Bellla.     

"Lomba makan kerupuk sepertinya cocok untukmu," kata Daniel sembari menjelaskan mengenai lomba makan kerupuk ini kepada Bella sesuai dengan pengalamannya di masa lalu.     

Bella langsung tertarik dengan penjelasan Daniel dan langsung memutuskan untuk mengikuti lomba makan kerupuk. Keputusan Bella mengikuti lomba ini mengejutkan banyak orang, tetapi mereka senang Bella mau berpartisipasi dalam lomba perayaan kemerdekaan. Pemilihan peserta pun terus berlanjut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.