Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

35. Keputusan Mengejutkan



35. Keputusan Mengejutkan

0Semua lomba tradisional sudah memiliki peserta masing-masing. Selanjutnya, Nia memilih peserta untuk lomba sastra. Beberapa murid tertarik mengikuti kontes puisi, pidato, dan juga ada kontes pertarungan pantun. Ia sendiri tidak tertarik mengikuti lomba sastra karena tidak memiliki waktu memikirkan puisi maupun pidato yang akan dibacakan nantinya.     

Menarikanya, ada beberapa kenalan Daniel mengikuti lomba ini. Salah satunya adalah peserta kontes puisi, Silvi. Sementara kenalan lainnya, itu adalah Max dan Regi. Pilihan keduanya mengikuti kontes pertarungan pantun agak mengejutkan baginya. Ia menjadi penasaran alasan dibalik keputusan mereka mengikuti lomba ini.     

Pemiihan peserta pada lomba tradisional dan sastra telah selesai. Masih ada satu lomba tersisa untuk dicari pesertanya, yaitu turnamen olahraga. Nia kembali menjelaskan alasan dibalik penyelenggaraan turnamen olahraga di sekolahnya, "Sekolah kita juga akan mengadakan turnamen olahraga. Keputusan ini diambil untuk ikut memeriankan acara Asian Games di negara kita ini. Jadi, ada lima cabang olahraga dipilih untuk diselenggarakan, yaitu Futsal, Bulutangkis, Basket, Voli, dan Tarik Tambang."     

"Mari kita mulai dari peserta turnamen futsal. Adakah di antara kalian yang tertarik?" tanya Nia kepada murid-muridnya.     

Beberapa siswa mengangkat tangan mereka, tetapi jumlah itu sedikit melebihi jumlah pemain normal dalam olahraga futsal. Mereka yang tertarik saling mendiskusikan tentang lomba ini bersama wali kelas sementara mereka. Hasil diskusi menunjukkan ada tujuh pemain yang terpilih sebagai peserta, sisa lainnya akan diarahkan ke lomba lainnya.     

Masalah pada pemain untuk turnamen Futsal telah selesai. Selanjutnya, antusiasme siswa meningkat saat melakukan pemilihan pemain pada olahraga Basket. Yudhistira menjadi orang pertama yang mendaftar pada turnamen Basket ini. Ia adalah wakil ketua dari ekstrakurikuler olahraga Basket dan anggota osis di bidang olahraga, jadi permainan basketnya cukup terkenal di sekolah.     

Akibatnya banyak siswa berebut untuk ikut mendaftarkan diri menjadi pemain basket. Yudhistira tersenyum bangga melihat teman sekelasnya saling berebut masuk ke dalam tim basket karena dirinya. Ia pun mulai menengahi mereka dan saling berdiskusi untuk menentukan pemainnya. Pada akhir diskusi, terdapat delapan pemain pilihan dan semua pihak menyetujuinya dengan keputusan bulat.     

Yudhistira membuat proses pemilihan pemain untuk turnamen basket berjalan cepat dan lancar. Nia tidak mengatakan banyak hal dan menyetujui tindakan efesien dari sang ketua kelas di kelasnya. Selanjutnya, dia mencoba menarik perhatian dari siswinya untuk membentuk tim basket putri, tapi kurang dari lima orang mendaftar kepadanya sehingga tim basket putri tidak jadi dibentuk.     

Olahraga selanjutnya banyak menarik perhatian siswi di kelas. Mereka mendaftarkan diri untuk memasuki tim voli wanita dan Nia membimbing mereka untuk memutuskan siapa saja pemainnya. Akhir dari diskusi tersebut telah melahirkan keputusan, yaitu ada delapan pemain di tim voli putri ini, termasuk Bella. Semua murid senang dengan keikutsertaan Bella pada turnamen voli di sekolah.     

Tim voli putra juga segera terbentuk dari beberapa siswa di kelas. Max dan Regi termasuk dalam bagian anggota tim voli ini bersama dengan siswa lainnya. Sekali lagi Daniel dikejutkan dan dibuat penasaran tentang alasan mereka mengikuti turnamen voli di saat Max sering bermain sepak bola.     

Selanjutnya adalah pemilihan tim bulutangkis. Beberapa siswa-siswi yang tidak terpilih maupun mereka yang belum mengikuti turnamen olahraga segera mengajukan diri bermain di olahraga ini. Tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan ganda putri telah memiliki pemain.     

"Bu, saya ingin mengikuti lomba bulutangkis ganda campuran!" Gadis berambut ekor kuda mengangkat tangannya, mengatakan keinginannya untuk ikut serta dalam lomba.     

"Baik. Wakil ketua kelas kita akan menjadi pemain di tim bulutangkis. Apakah kamu sudah mememutuskan pasangan ganda campuranmu untuk bermain nanti?" tanya Nia sembari mencatat nama gadis itu di buku catatannya.     

"Tentu saja. Saya sudah menemukannya," jawab Hana tersenyum. "Saya memilih Daniel!"     

Keputusan Hana membuat wali kelas, teman-teman sekelasnya, dan siswa yang disebutnya terkejut. Dia menarik perhatian seisi kelas karena keputusannya, bahkan gadis di sebelahnya tanpa sadar membuka lebar mulutnya dan tidak mengatakan apapun karena masih kaget.     

'Apa yang dilakukan oleh Hana?' batin Daniel dengan ekspresi terkejut sekaligus heran di wajahnya.     

Ekspresi dari teman-teman sekelasnya, gurunya, dan Daniel membuatnya menghela napas secara diam-diam. Hana sudah mengetahui respon dari keputusannya tersebut, tetapi dia tidak menyesalinya sama sekali. Senyum di wajahnya tak pernah luntur, dan dia berkata, "Apakah ada sesuatu yang aneh?"     

Kalimat Hana membuat Nia dan murid lainnya bangun dari keterkejutan mereka. Meski begitu, keheranan masih nampak jelas di wajah mereka. Nia akhirnya membuka mulutnya dengan berkata, "Apakah kamu yakin, Hana?"     

Anggukan Hana menunjukkan keyakinan atas keputusan yang telah dibuat. Setelah itu, Nia mengalihkan perhatiannya kepada Daniel. Dia bertanya, "Bagaimana denganmu, Daniel?"     

Jika bukan karena beberapa fakta mengenai Hana yang didengarnya dari mulut Yudhistira lalu disambungkan dengan peristiwa masa lalu bersama Hana, Daniel akan menolak ajakan wakil ketua kelasnya itu dengan tegas.     

Ia sempat kaget mendengar keputusan Hana, tetapi saat ini ia sudah mencerna beberapa hal yang dipikirkannya. Meskipun tidak ada bukti jelas mengenai hal itu, ia masih bisa memperkirakan bahwa Hana akan berbicara lagi dengannya mengenai peristiwa masa lalu.     

Ini juga merupakan kesempatannya untuk mengucapkan terima kasih karena telah mengantarnya ke klinik di hari itu dan juga, ia ingin mengucapkan permintaan maafnya atas peristiwa lain karena kesalahpahaman yang dibuatnya. Tentu saja ia melakukan semua ini jika Hana benar-benar gadis yang ditolongnya lebih dari setengah tahun yang lalu.     

Jadi, ia memutuskan untuk menerima Hana sebagai rekan tim ganda campuran di turnamen bulutangkis sekolah mendatang. Ia tersenyum dan berkata, "Tidak masalah, Bu. Saya siap bermain."     

Tatapan sinis adalah hal yang menyambut Daniel setelah mengatakan keputusannya. Bagi beberapa orang, mereka berpikir Daniel akan kembali menggunakan kesempatan ini untuk melakukan kenakalan, meski beberapa waktu terakhir mereka tak mendengar keburukan yang dilakukan oleh Daniel.     

Adapun sisi Yudhistira, keputusan Hana menjadikan Daniel rekan tim ganda campuran pada turnamen bulutangkis sedikit mengejutkannya. Ia merasa sedikit terganggu. Namun, perasaan terganggu itu hanya berlangsung beberapa saat dan mulai menghilang ketika memikirkan hubungan Hana dan Daniel nantinya.     

Baginya, ini merupakan kesempatan baik untuk membuat hubungan Bella dengan Daniel menjadi renggang dengan kehadiran Hana. Kemudian, ia akan muncul dan mendapatkan hati Bella sesegera mungkin.     

"Ini rencana sempurna," gumamnya dengan tatapan penuh keserakahan di matanya.     

"Yudhistira, apakah kamu mengatakan sesuatu?" tanya seorang siswa di sampingnya.     

Ia menggelengkan kepalanya, bibirnya tersenyum lalu menjawab, "Tidak ada apa-apa."     

Sementara itu, Nurul menyipitkan matanya memandang Hana dari samping. Keputusan itu membuatnya sangat terkejut sekaligus kebingungan. Selain keputusan saat ini, dia merasa salah satu teman terbaiknya mulai bertingkah aneh sejak beberapa hari lalu, ketika Bella mengatakan sesuatu tentang Daniel.     

Beberapa waktu lalu dia juga mendapati Hana memandang Daniel secara diam-diam dan sekarang mengajaknya bermain bersama. Dia merasa ada suatu hal aneh terjadi pada kedua orang ini, antara teman terbaiknya dan korban perundungannya.     

'Apakah dia merasa kasihan kepada anak itu atau .... dia memiliki maksud lain?' pikirnya.     

Mulut terbukanya kini sudah kembali ditutupnya dan dia melepaskan tatapan matanya dari Hana. Saat ini adalah hal penting untuk dipikirkannya. Dia menundukkan kepala dengan ekspresi rumit di wajahnya, memikirkan dan menyusun semua informasi yang diingatnya.     

Hana tidak terlalu mempedulikan reaksi dari orang-orang di kelasnya, terutama teman di sampingnya. Saat ini tatapannya tertuju pada senyum Daniel. Tak pernah terpikirkan bahwa penyelamatnya semudah itu itu setuju pada ajakannya setelah insiden masa lalu. Hatinya merasakan firasat aneh saat melihat senyum itu.     

"Baiklah. Hana dan Daniel akan berada dalam tim bulutangkis ganda campuran mewakili kelas kita di turnamen bulutangkis sekolah. Mari kita dukung mereka," kata Nia menyelesaikan persoalan tim ini.     

Diam-diam dia merasa lega dan senang dengan keputusan Daniel. Ini adalah kesempatan baik untuk muridnya membersihkan nama buruk dari segala macam tuduhan tak berdasar yang telah tersebar.     

"Selanjutnya, kita akan memilih peserta lomba tarik tambang," lanjutnya tersenyum manis kepada murid-muridnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.