Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

37. Membantu Kinar



37. Membantu Kinar

0"Kelihatannya kau sangat bahagia saat ini. Senyummu terlihat seperti bunga mekar."     

Daniel tidak menyadari kedatangan kembali kedua temannya sampai mendengar suara dari Regi. Ia mengalihkan pandangannya kepada Max dan Regi, kemudian mendengar celetukan dari Max.     

"Mekar seperti bunga Rafflesia Arnoldi."     

"Hei, senyumku tidak seburuk itu." Daniel langsung menyangkal tuduhan dari Max. Ia memutar matanya melihat mereka mengejeknya. "Lupakan hal itu. Aku masih memiliki pertanyaan penting untuk kalian berdua."     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Daniel, Max dan Regi saling memandang dan merasa sedikit tertarik. Daniel langsung mengatakan pertanyaannya untuk meminta pendapat mereka.     

"Saat pertandingan bulutangkis sekolah nanti diadakan, aku akan menggunakan raket legendarisku. Menurut kalian, bisakah itu berguna di turnamen bulutangkis sekolah?"     

Saat mengetahui pertanyaan Daniel mengenai pertandingan bulutangkis dan raket legendarisnya, Max dan Regi tertawa terbahak-bahak meskipun sudah berusaha menahan tawa sekuat mungkin.     

Tak ingin membuat sahabatnya merasa tersinggung, Max langssung mengemukakan pendapatnya. Ia berkata, "Aku seribu persen percaya kau bisa melakukannya. Bahkan ketika melawan juara dunia pun, kau akan menang menggunakan raket itu."     

"Aku setuju dengan Max," timpal Regi mengangguk setuju dengan tawanya.     

"Maka aku akan menunjukkannya kepada kalian, " ucap Daniel tersenyum penuh percaya diri. Jika sebelumnya ia tidak terlalu mempedulikan hal ini, maka setelah melihat dan merasakan keinginan dari Hana, ia benar-benar akan berusaha sebisanya.     

Mengenai perkataan dan tawa dari sahabatnya, ia sama sekali tidak mengambil hati karena ia juga menganggap itu lucu karena raketnya merupakan raket murah dari pasar lalu dua senarnya putus. Untuk mengatasi masalah putus senar, ia hanya mengikatnya diantara senar itu agar bisa digunakan kembali.     

Ia terus mengobrol dengan mereka hingga jam tangannya sekali lagi bergetar, menandakan waktu yang ditetapkan telah tiba. Ia menerima informasi dari Lala, kemudian ia menyudahi obrolannya bersama mereka.     

"Mari kita sambung di lain hari. Aku akan pergi menemui seseorang," ucap Daniel sembari berpura-pura memperhatikan waktu pada jam tangannya.     

Kalimat Daniel membuat Max dan Regi memiliki senyum-senyum ambigu untuk mengejek Daniel. Regi tertawa dan berkata, "Maka nikmati waktumu bertemu dengan gadis cantik lagi."     

"Sepertinya kalian mengintipku lagi," kata Daniel menghela napas tak berdaya. Kemudian, ia menepuk bahu mereka dan kembali berkata dengan senyum bangga, "Maka aku akan pergi."     

Sebelum ia benar-benar pergi, Max mengangkat dua tinjunya, kemudian menaikkan dua jari tengah yang ditujukan kepadanya. Ia hanya menanggapi itu dengan tertawa lalu pergi meninggalkan mereka menuju tempat pertemuan dengan kakak kelasnya, Lab Komputer.     

Saat sudah sampai, ia mengintip ke dalam ruangan melalui jendela kaca di dekat pintu. Ia bisa melihat Kinar sudah menghidupkan salah satu komputer, tetapi terlihat dari ekspresi wajahnya bahwa masalah di Lab Komputer cukup serius. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu, kemudian masuk setelah mendapat persetujuan Kinar ketika melihat kedatangannya.     

Ia berjalan mendekat, melihat sekilas pada layar komputer di depan Kinar. Ia berkata, "Sepertinya ini salah satu komputer yang bermasalah."     

Kinar mengangguk setuju dengan berat. Dia segera menjelaskan permasalahannya, "Kamu benar. Aku sama sekali tidak mengerti awal permasalahannya, tetapi aku mendengar bahwa komputer di sini sudah seperti ini setelah beberapa kelas menggunakannya saat di jam pelajaran komputer. Beberapa komputer yang lain pun memiliki permasalahan serupa."     

"Serahkan kepadaku. Biarkan aku melihat permasalahannya terlebih dahulu."     

Daniel langsung mengambil alih mouse dan keyboard dari kakak kelasnya. Ia sekilas menilai permasalahannya, tetapi untuk amannya, ia memeriksa secara pribadi agar tidak mengalami kesalahan penilaian dan bisa jadi menemukan masalah lainnya yang lebih parah dari penilaian sekilasnya.     

Setelah melalui proses pemeriksaan, ia sudah mengambil kesimpulan sementara mengenai permasalahan yang dialami komputer ini dan bisa jadi juga dengan komputer lainnya. Ia merasa permasalahan ini cukup lucu karena titik utama permasalahannya berasal dari sebuah situs ilegal yang dikunjungi oleh salah satu pengguna komputer ini hingga merambat ke komputer lainnya.     

Permasalahan itu adala sebuah virus di mana virus itu bisa menginfeksi komputer untuk terus menjalankan program-program tidak penting hingga membuat performa komputer jauh melambat. Bahkan jika ia mencoba untuk menutup program itu secara paksa, virus akan menjalankan program itu lagi. Jadi, tindakan itu sia-sia.     

Ia mencari inti virus tersebut dan menemukan sebuah file gambar di dekat file utama virus tersebut. Ia penasaran dan membukanya. Itu menampilkan gambar seorang badut sedang tertawa menghadap seberang layar komputer, layaknya sedang mentertawakan pengguna komputer tersebut. Ini membuat Daniel tertawa kecil melihatnya.     

"Sungguh lucu jika orang yang membuat virus ini terinspirasi dari sebuah film Jerman," gumamnya.     

"Komputer ini tidak terlalu bermasalah, hanya ada sebuah virus nakal saja yang membuat komputer ini memproses sesuatu dengan sangat lambat. Masalah ini pada dasarnya telah terselesaikan karena aku telah menemukan sumber masalahnya," ujarnya menjelaskan sekaligus memberitahu Kinar bahwa ia telah menemukan sumber masalah dan solusinya secara bersamaan.     

"Benarkah?" tanya Kinar dengan mata berbinar. "Maka aku akan menyalakan komputer lainnya." Dia langsung bergerak cepat menuju komputer lainnya.     

Sebelum Kinar benar-benar menyalakan komputer lain, Daniel langsung menghentikan tindakan kakak kelasnya. Ia menggelengkan kepala sembari berkata, "Meskipun aku telah menemukan solusinya, itu hanya solusi satu kali. Jika sesuatu terjadi lagi nantinya, maka permasalahan ini tak akan ada habisnya. Oleh karena itu, aku akan menyiapkan sebuah program sederhana untuk membersihkan virus sekaligus memperkuat firewall komputer-komputer sekolah sehingga tak akan terjadi lagi masalah serupa di masa depan."     

Kinar langsung berhenti bertindak setelah mendengarkan penjelasan dari adik kelasnya. Dia merasa penjelasan adik kelasnya masuk akal, tetapi dia tidak terlalu mengerti dengan program sederhana yang disebutkan. Dia langsung bertanya, "Kamu benar, tetapi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program tersebut?"     

"Itu tidak akan terlalu lama. Saat hari senin tiba, program itu sudah selesai. Aku akan mendatangimu setelah menyelesaikan lomba, jika lomba yang kuikuti dimulai hari senin." Daniel menjawab setelah mempertimbangkan sekaligus memikirkan bentuk awal hingga akhir dari program sederhananya.     

"Secepat itu?" tanya Kinar kaget. Meski tidak terlalu memahami tentang pemrograman, ia masih mengerti betapa sulit membuat suatu program, terutama untuk program seperto pembasmi virus. Namun, dia mendapatkan anggukan percaya diri dari adik kelasnya. Dia pun menerimanya walau masih sulit mempercayainya.     

"Eh, kamu juga mengikuti lomba kemerdekaan?" tanya Kinar sekali lagi kaget.     

"Apakah aku terlihat seperti orang yang tidak antusias dengan perayaan kemerdekaan?" tanya Daniel balik setelah mendapatkan pertanyaan tersebut. Ia tersenyum pahit lalu menjelaskan, "Iya, aku akan mengikuti lomba balap karung dan bulutangkis. Jika saja hal ini tidak diwajibkan, aku lebih memilih untuk membolos agar bisa bekerja lebih lama."     

"Kamu mengakuinya sendiri," sahut Kinar seraya memutar bola matanya.     

Daniel tersenyum canggung mendapatkan sahutan seperti itu. Ia langsung mengganti topiknya dengan bertanya, "Bagaimana denganmu? Apakah masih sibuk untuk persiapan lomba?"     

"Tidak terlalu sibuk. Untungnya ada anggota osis lain dan guru pembimbing yang bisa membantu untuk mempersiapkan lomba. Jadi, aku memiliki waktu mendatangimu untuk menyelesaikan masalah ini," jawab Kinar.     

"Syukurlah. Jangan bekerja terlalu lelah, perhatikan kesehatanmu." Daniel mengingatkan dengan santai seraya mematikan komputer. Ia tidak memperhatikan ekspresi kakak kelasnya itu walau sudah membeku karena kaget mendengar perkataannya.     

Ia bangkit lalu berjalan keluar ruangan dan diikuti oleh Kinar. Ia kemudian berjalan bersama dengan kakak kelasnya hingga sampai di tangga tempat pertemuan mereka untuk pertama kalinya. Ia melambaikan tangannya seraya berkata, "Sampai bertemu lagi."     

"Sampai jumpa." Kinar tersenyum lalu membalas dengan melambaikan tangannya juga.     

Setelah berpisah, Daniel kembali ke kelasnya. Bertepatan dengan kedatangannya, bel pulang berbunyi. Ia langsung mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan sekolah menuju tempat bekerja.     

Saat sampai, Ikhsan memberitahunya kalau barang yang diperbaiki hari ini tidak terlalu banyak. Ia mengangguk paham lalu mengerjakannya dengan cepat. Sebelum matahari benar-benar tenggelam, ia telah menyelesaikan semuanya. Ia merasa senang dengan kecepatan memperbaiki komputer dan laptop yang bermasalah.     

Masih ada dua jam lebih sebelum jam pulang. Ia memanfaatkan waktu ini untuk mulai membuat program untuk menghapus virus dan meningkatkan kekuatan firewall pada komputer sekolah.     

Matahari telah tenggelam, bulan menampakkan dirinya. Jam pulangnya telah tiba di saat ia menyelesaikan program tersebut. Ia menempelkan jam tangan pada port USB komputer untuk mengirim file agar ia bisa mengeceknya kembali. Ia hanya selesai membuat, belum melakukan debugging agar tidak terjadi kesalahan maupun program tersebut memiliki celah untuk diterobos.     

Setelah selesai, ia berterima kasih kepada bos lalu berpamitan pulang. Di jalan pulang, ia mulai berpikir tentang masa depannya. Setelah mendapatkan kemampuan dan pengetahuan teknologi komputer tingkat galaksi, ia telah banyak menyelesaikan masalah komputer, baik dari perangkat lunak maupun perangkat kerasnya dengan mudah. Kemampuan ini masih sangat berpotensi dan ia belum mengeluarkan sisi maksimal dari kemampuan ini. Dengan kemampuan ini, ia mulai merancang jalan masa depannya dan ia percaya bahwa kemampuan ini beserta sistem di sisinya akan membawa kemakmuran dan kebahagiaan untuk dirinya dan adik-adiknya.     

Perjalan tak terasa ketika sembari memikirkan sesuatu saat di jalan. Ia sudah sampai di depan pintu rumah. Sebelum ia mengetuk pintu, suara adik perempuannya yang masih terdengar dari dalam rumah.     

"Kakak!"     

Pintu terbuka. Sosok manis menampakkan wajahnya di balik pintu, menatap Daniel dengan wajah tersenyum. Daniel merasa senang atas sambutan dari adik perempuan tercintanya.     

"Kakak pulang," ucapnya lembut sembari mengusap rambut indah Rika. Ia berjalan bersama adiknya sembari menanyakan bagaimana hari adik-adiknya di rumah. Selanjutnya, ia dan Rika memasak, meninggalkan Raka yang beristirahat dengan menonton televisi seusai membersihkan rumah di sore hari tadi.     

Makanan sudah terhidang di meja makan. Daniel bersama adik-adiknya mengelilingi meja makan dan memulai makan malam. Disela menyuap nasi, Daniel menanyakan keikutsertaan mereka pada lomba di hari kemerdekaan nanti.     

"Bagaimana kegiatan kalian di sekolah hari ini? Apa kalian bakal ikut lomba kemerdekaan nanti?" tanyanya menatap kedua adiknya.     

"Aku ikut lomba futsal. Dengan kemampuanku, aku pasti akan memenangkan perlombaan tersebut!" jawab Raka penuh semangat dan ambisi. Daniel ikut senang mendengarnya, tetapi tetap mengingatkan untuk tidak meremehkan lawan.     

"Aku ikut lomba puisi, Kak." Rika tersenyum bahagia memberitahukan keikutsertaannya dalam lomba membaca puisi di sekolah. Mengenai ini, Daniel sangat mendukungnya dan memberi semangat untuk adik perempuannya tersebut. Ia ingin membantu, tetapi ia sadar diri bahwa kemampuan bahasanya tidak lebih baik dari adiknya sendiri.     

"Bagaimana denganmu, Kak?" tanya Rika kembali setelah mendapatkan dukungan dari kakaknya. Raka juga menatap kakaknya dengan rasa penasaran.     

"Kakak juga mengikuti lomba," jawab Daniel santai sembari menyuap nasi ke mulutnya. Saat ia melihat adik-adiknya lagi, mereka benar-benar menunjukkan ekspresi terkejut kepadanya. Ini membuatnya hampir tersedak karena ekspresi mereka.     

"Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Sekolah mewajibkan muridnya untuk mengikuti lomba, setidaknya satu lomba. Yah, kakak mengikuti dua lomba, sih. Lomba bulutangkis sama lomba balap karung," lanjut Daniel menjelaskan dengan senyum pahit dan perasaan malu karena secara tidak langsung mengajarkan hal tidak baik kepada adik-adiknya di tahun-tahun sebelumnya.     

Mendengar kakaknya terpaksa mengikuti lomba, Raka tertawa keras karena merasa itu sangat lucu. Namun, tawa itu tak berlangsung lama karena tangan Rika sudah jatuh di atas kepalanya. Ia langsung berhenti tertawa dan menatap Rika dengan sedih.. Hal ini membuat Daniel tertawa diam-diam melihat ekspresi lucu adik laki-lakinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.