Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

29. Kebenaran dan Serangan Balik



29. Kebenaran dan Serangan Balik

0Sejak menyadari ada orang yang mengikuti dirinya, Daniel dengan sengaja memandu mereka ke tempat sepi. Alasannya melakukan hal tersebut karena ia ingin mencari tahu apa tujuan dari orang yang menguntitnya. Ia juga tak ingin mendapatkan masalah lain jika kemungkinan terburuknya, yaitu berkelahi terjadi di depan banyak orang.     

Menatap jalan buntu di depannya, Daniel tersenyum. Ia memperhatikan sekitarnya demi memastikan tak ada orang di dekatnya. Merasa bahwa situasinya sesuai dengan keinginannya, ia memutuskan untuk melihat siapa yang menguntitnya sejak tadi.     

Saat dirinya akan berbalik, suara seseorang yang akrab terdengar di telinganya. Hanya dari perkataan dan nada bicara orang tersebut, ia mengenali siapa yang menguntitnya sejak tadi.     

Sebuah ide langsung terlintas dalam pikirannya. Ia dengan cepat berbalik dengan tubuh gemetar dan matanya menunjukkan sedikit rasa takut saat melihat orang yang membuntutinya ternyata Yudhistira dan supirnya, orang yang pernah menghajarnya ketika memungut sampah.     

Ia bisa melihat Yudhistira meliriknya dengan senyum penuh dengan kepercayaan diri lalu berjalan mondar-mandir di hadapannya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia muak melihat senyum tersebut, terutama saat menampakkan senyum itu ketika menghina dan merendahkan harga dirinya dan keluarganya. Namun, ia masih bersabar, masih terus menatap Yudhistira dengan ekspresi takut. Ia juga menunjukkan rasa bingung yang nyata, benar-benar bingung mengapa dirinya menjadi target bullying oleh Yudhistira. Ia ingin mendengar sebab dirinya diganggu oleh Yudhstira sejak setengah tahun lalu.     

"Namun, kau telah mengangguku berkali-kali, terutama saat aku ingin mendapatkan hati dari gadis yang kusukai. Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, tetapi kau masih saja mengganggu urusanku. Jangan salahkan aku jika kali ini aku membalas perbuatanmu!" seru Yudhistira dengan perasaan marah. Matanya sangat dingin menatap Daniel.     

Ekspresi terkejut nampak jelas di wajah Daniel, tetapi di dalam hatinya ia tetap tenang memikirkan alasan tersebut. Ia mencoba mencari ingatan tentang dirinya mengganggu Yudhistira mendapatkan hati seorang gadis. Ia tiba-tiba teringat dengan kejadian saat ia memungut sampah sebelumnya.     

'Apakah ini terkait dengan Bella? Kurasa bukan,' pikirnya.     

"Kurasa aku tidak pernah mengganggumu sama sekali," balasnya dengan nada tegas. Ia telah keluar dari aktingnya dan bersikap seperti biasa. Matanya dengan tegas menatap Yudhistira lalu berkata, "Jika aku benar-benar mengganggumu mendapatkan hati seorang gadis, itu berarti caramu saja yang salah di mataku. Jika bukan, kurasa itu hanya alasan bagi seorang anak mami menindas orang lain."     

Anak mami adalah sebutan tabu bagi Yudhistira. Saat mendengar sebutan itu dari siswa miskin pengganggu rencananya, ledakan amarah pun tak bisa ditahan lagi. Ia sangat marah dengan sebutan itu. "Sialan kau, Daniel! Jangan berpura-pura tidak mengetahuinya!"     

Sebuah senyuman tersebut saat menghadapi amarah Yudhistira yang membara. Ia segera membalas, "Benarkah? Aku tidak pernah merasa melakukannya."     

Balasan dan Ekspresi yang Daniel tampilkan membuat Yudhistira sekali lagi meledak dalam amarah. Ia tak pernah membayangkan Daniel akan melawan seperti itu di saat-saat terdesak seperti ini.     

"Ah, bajingan! Kaulah yang mengganggu rencanaku ketika aku mengirim dua preman untuk mengganggu Hana di malam hari setengah tahun lalu! Jika bukan karena kemunculanmu menyelamatkan Hana, akulah yang akan menjadi pahlawan di hati Hana dan mendapatkan tubuhnya!" Kekesalan Yudhistira sudah mencapai puncaknya, "Satu hal lagi, kau juga menggangguku saat aku melakukan hal yang sama kepada Bella beberapa hari lalu dengan mengirimkan dua murid berandalan!"     

Tampilan terkejut sekali lagi nampak pada ekspresi di wajah Daniel, tetapi itu tak menutupi lengkungan senyumannya. Sekarang, ia telah mendapatkan hal penting yang bisa digunakan untuk melawan Yudhsitira di masa depan.     

"Benar saja. Cara seorang anak mami untuk mendapatkan hati seorang gadis benar-benar tidak tahu malu. Aku penasaran bagaimana jika banyak orang tahu tentang hal ini?" ucapnya dengan nada dan senyum main-main.     

"Sepertinya kau tidak ingin mengakhiri ini dengan damai," balas Yudhistira dengan nada dan tatapan dingin, "Kali ini aku akan membalasmu dengan sesuatu yang lebih kejam dibandingkan dengan fintah yang kubuat dengan mantan pacarmu dahulu!"     

"Hajar bajingan sialan itu, Bimo!" lanjutnya memberi perintah kepada pria di sampingnya.     

"Baik, Tuan!" jawab Bimo sembari mulai menjalankan perintah yang diberikan oleh tuannya. Ia segera mendatangi Daniel dengan kepercayaan diri yang tinggi. Menghajar seorang remaja bukanlah pekerjaan sulit, apalagi dirinya ingat ia pernah menghajar musuh tuannya tersebut.     

Daniel menutup matanya saat mendengarkan beberapa patah kata dari Yudhistira, senyum lembut langsung terbentuk di bibirnya. Ia membuka matanya lagi, menatap Bimo yang sudah dekat di depannya. Ia berkata, "Aku sedikit muak mendengar omong kosong dari seorang anak mami, tetapi aku sedikit senang mendengarnya."     

Setelah mengatakan hal tersebut, ia melebar kakinya, membentuk kuda-kuda sesuai dengan beladiri planet origin di dalam pikirannya. Ia merasa lebih ringan setelah mendengarkan beberapa hal dari Yudhistira. Ia sudah sepenuhnya siap melawan orang yang pernah mengalahkannya.     

Saat sudah saling berhadapan, Bimo menyerang terlebih dahulu. Daniel bisa melihat sekilas lintasan pukulan Bimo. Ia menggeser tubuhnya ke samping, menghindari pukulan lawannya.     

Serangan dari Bimo terus berlanjut, sekali lagi menyerangnya dengan serangan beruntun, yang mana tiap serangannya terus meningkat kekuatan dan kecepatannya. Ia mencoba menghindari serangan Bimo dengan usaha terbaiknya, tetapi beberapa serangan gagal dihindarinya dan memilih untuk menangkis serangan tersebut dengan pilihan meminimalkan kerusakannya sebisa mungkin.     

Meskipun sempat terdesak karena serangan beruntun tersebut, Daniel masih mendapatkan keuntungan. Konfrontasi tersebut membuatnya segera beradaptasi dengan perkelahian dan mulai bisa mengimbangi Bimo. Adaptasinya yang cepat tidak lepas dari usahanya berlatih seni beladiri planet origin setiap harinya.     

Apa yang ditunjukkan oleh Daniel membuat Bimo dan Yudhistira kaget. Bagi mereka, Daniel merupakan remaja lemah yang bisa dengan mudah ditindas dan tak akan melawan karena kelemahannya tersebut. Namun, kejadian ini benar-benar diluar harapan Yudhistira.     

Bimo sekali lagi memulai serangannya dengan menyerang dada Daniel menggunakan tinjunya. Ia merasa tinjunya sudah cukup cepat, tetapi ia terkejut Daniel bisa menghindari serangannya. Sebelum ia bisa melanjutkan serangan lain, ia semakin terkejut karena Daniel membalas serangannya dengan tinjuan mengarah pada perutnya. Ia sadar akan serangan balik tersebut, tetapi sudah terlambat untuk menahan atau menghindari serangan itu.     

Berbeda dengan Bimo, Daniel langsung menggunakan kesempatan tersebut untuk terus menyerang. Setelah berhasil menyerang perut Bimo, ia langsung menendang lutut bagian samping Bimo. Serangan itu menyebabkan Bimo sedikit kehilangan keseimbangannya, dan Daniel melakukan serangan penyelesaian dengan tendangan berputar yang mengenai kepala Bimo.     

Ia tak membiarkan Bimo memiliki kesempatan untuk membalas serangannya. Serangkaian serangan itu dilanjutkannya dengan berlari ke arah Bimo yang jatuh, kemudian mengangkat kakinya setinggi mungkin lalu menjatuhkan kakinya menginjak ke arah kepala Bimo.     

Bimo langsung merespon dengan cepat. Tendangan sebelumnya dari siswa SMK yang dilawannya ini sudah membuatnya cukup pusing. Jika serangan itu sekali lagi mengenai kepalanya, besar kemungkinan ia akan pingsan dan berdarah di bagian wajahnya. Jadi, ia langsung berguling ke samping beberapa kali demi menghindari serangan tersebut.     

'Benar saja, masih sulit melawan seseorang yang berpengalaman dalam perkelahian,' ujar Daniel di dalam hatinya.     

Meskipun serangan tersebut dihindari, ia sama sekali tidak kecewa. Saat memasang kuda-kuda untuk bertarung, ia telah menyiapkan rencana pertarungannya dan sekarang masih sesuai dengan jalan rencananya.     

Ia melewati Bimo dan terus berlari ke arah Yudhistira yang tercengang melihat perlawanannya. Kesempatan emas ini tak akan disia-siakannya. Saat berada di hadapan Yudhistira, ia langsung menendang perut Yudhistira. Serangannya tersebut membuat anak mami itu meringkuk seperti udang.     

Serangannya berlanjut dengan menyerang punggung Yudhistira menggunakan siku. Kemudian, sebagai serangan penyelesaian, ia menggunakan tumitnya dengan keras menyerang selangkangan Yudhistira. Tanpa keinginan mengetahui reaksi dari keduanya, ia langsung melarikan diri dari gang buntu tersebut dengan kecepatan tercepatnya.     

Kemudian suara sirene mobil polisi terdengar oleh semua orang, baik itu oleh dirinya maupun Yudhistira dan Bimo. Ia tersenyum lalu berteriak, "Tolong! Ada pengeroyokan di sini!"     

"Kerja bagus, Lala!" ucapnya memuji kinerja Lala karena sesuai dengan permintaannya. Ia terus berlari hingga menghilang dari pandangan Bimo dan Yudhistira.     

....     

"Jangan mengejarnya!" teriak Yudhistira kepada Bimo sembari menahan rasa sakit di selangkangannya. Baik dirinya maupun Bimo sama sekali tidak menduga bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Kejadian ini benar-benar di luar perhitungannya.     

Ia telah terpana oleh serangan Daniel yang berhasil menjatuhkan Bimo dan itu membuatnya tidak waspada akan serangan Daniel kepadanya. Ia tidak menyangka Daniel akan menyerangnya hingga membuat 'bola'nya terasa hancur. Rasa sakit ini membuatnya mengabaikan Daniel yang melarikan diri, apalagi sirene mobil polisi terdengar jelas di telinganya.     

"Bimo, mari kita pulang saja. Bantu aku berjalan," perintahnya sembari mencoba bangkit sendiri, tetapi terjatuh kembali karena merasa nyilu di selangkangannya.     

Bimo langsung menuruti keinginan tuannya. Ia mendekati Yudhistira, membantu tuannya berdiri perlahan, kemudian merangkulnya sembari berjalan keluar dari gang buntu itu secara perlahan.     

"Aku pasti akan membalasmu! Aku akan membalasmu jauh lebih kejam dari ini!" teriak Yudhistira dengan nada amarah yang begitu tinggi. Namun, itu tak lama berlangsung karena rasa nyilu selangkangan akibat melangkahkan kaki terasa menyakitkan hingga membuatnya hampir melupakan amarahnya. "Bimo, bergeraklah perlahan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.